Amirul, yang dikira anak kandung ternyata hanyalah anak angkat yang tak sengaja tertukar pada saat bayi.
Setelah mengetahui jika ia anak angkat, Amirul di perlakukan dengan kasar oleh ibu angkat dan saudaranya yang lain. Apa lagi semenjak kepulangan Aris ke rumah, barang yang dulunya miliknya yang di beli oleh ibunya kini di rampas dan di ambil kembali.
Jadilah ia tinggal di rumah sama seperti pembantu, dan itu telah berlalu 2 tahun lalu.
Hingga akhirnya, Aris melakukan kesalahan, karena takut di salahka oleh ibunya, ia pun memfitnah Amirul dan Amirul pun di usir dari rumah.
Kini Amirul terluntang lantung pergi entah kemana, tempat tinggal orang tuanya dulu pun tidak ada yang mengenalinya juga, ia pun singgah di sebuah bangunan terbengkalai.
Di sana ada sebuah biji yang jatuh entah dari mana, karena kasihan, Amirul pun menanam di sampingnya, ia merasa ia dan biji itu senasib, tak di inginkan.
Tapi siapa sangka jika pohon itu tumbuh dalam semalam, dan hidupnya berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
...Happy reading...
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
"Di beritahukan kepada siswa bernama Amirul, dari kelas Xll, harap segera ke kantor sekarang," terdengar suara dari pengeras suara di kantor sekolah, membuat beberapa siswa menoleh ke arah Amirul yang duduk di kelas.
Amirul merasa jantungnya berdetak kencang, ia tahu bahwa ini tidak baik. Ia sudah menebak bahwa ini pasti masalah uang bulanan sekolah yang belum dibayar. Ia sudah meminta uang kepada Rita, tapi Rita tidak memberinya. Wajar saja jika Rita tidak memberinya, toh dia juga bukan siapa-siapa.
Amirul berdiri dari tempat duduknya, dan berjalan keluar dari kelas dengan perlahan. Ia merasa seperti berjalan menuju hukuman, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Saat ia tiba di kantor, ia langsung menemui Ibu Desi yang duduk di belakang meja. "Amirul, kamu tahu kan kenapa saya panggil di sini?" ucap Ibu Desi dengan nada yang tidak terlalu keras, tapi membuat Amirul merasa tidak nyaman.
Amirul mengangguk pelan, sambil menundukkan kepalanya. "I-iya, Bu. Saya tahu," katanya dengan suara yang hampir tidak terdengar.
Ibu Desi mengangguk, lalu mengambil sebuah amplop dari meja. "Amirul, kamu sudah beberapa kali tidak membayar uang bulanan sekolah. Kami sudah memberikan kamu waktu yang cukup, tapi kamu masih belum membayar. Apa yang terjadi?"
Amirul merasa malu, ia tidak tahu apa yang harus dikatakan. Ia tahu bahwa ia salah, tapi ia tidak tahu bagaimana cara untuk membayar uang bulanan sekolah.
"Bu, saya... saya tidak tahu, Bu," katanya dengan suara yang lembut.
Ibu Desi mengangguk, lalu mengambil napas dalam-dalam. "Amirul, kamu harus tahu bahwa sekolah tidak bisa terus-menerus memberikan kamu waktu. Kamu harus membayar uang bulanan sekolah, atau kamu tidak bisa lagi bersekolah di sini."
Amirul merasa jantungnya seperti berhenti, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia tahu bahwa ia tidak bisa membayar uang bulanan sekolah, tapi ia juga tidak bisa tidak bersekolah.
"Akan saya usahakan Buk, tolong beri saya waktu," kata Amirul dengan suara pelan, sambil menundukkan kepalanya. Ia tahu bahwa ia tidak memiliki banyak pilihan, tapi ia harus mencoba untuk meminta waktu tambahan.
"Baiklah, saya akan beri waktu kamu 1 minggu, jika tidak bisa membayarnya, maka kamu terpaksa di berhenti paksa sampai kamu benar-benar membayar uang sekolah," kata Buk Desi dengan nada yang tegas, tapi tidak terlalu keras. Ia tahu bahwa Amirul adalah anak yang baik, tapi ia juga harus memikirkan kepentingan sekolah.
"Iya, Buk," jawab Amirul, sambil mengangguk pelan. Ia tahu bahwa ia harus berusaha untuk membayar uang sekolah, tapi ia tidak tahu bagaimana caranya.
Amirul pun keluar dari kantor dengan wajah yang murung, ia memikirkan bagaimana ia bisa mendapatkan uang itu. Ia tahu bahwa itu tidak akan mudah, tapi ia harus mencoba.
Saat pulang sekolah, tubuh Amirul semakin lemas, karena selain ia tidak mendapat makan, ia juga tidak diberi jajan. Ia merasa lapar dan lelah, tapi ia harus terus berjalan.
Saat sampai di rumah, Amirul berhenti sejenak, untuk menghilangkan rasa lelahnya. Ia duduk di tangga, sambil memikirkan masalahnya.
Tiba-tiba, Rita keluar dari rumah dengan wajah yang marah. "Hey Amirul! Ngapain kamu duduk disana lagi, cepat sana masak! Gara-gara nungguin kamu pulang kami kelaparan tau!" ucap Rita dengan nada yang ketus.
Amirul merasa tidak enak. Ia berdiri dan masuk ke dalam rumah, siap untuk memasak makan siang.
...⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️⛹️♂️...
thanks teh 💪💪💪