Luna Arindya, pemanah profesional dari dunia modern, meninggal tragis dalam sebuah kompetisi internasional. Saat membuka mata, ia mendapati dirinya berada di dalam novel fantasi yang pernah ia baca—dan menempati tubuh Putri Keempat Kekaisaran Awan. Putri yang lemah, tak dianggap, hidupnya penuh penghinaan, dan dalam cerita asli berakhir tragis sebagai persembahan untuk Kaisar Kegelapan.
Kaisar Kegelapan—penguasa misterius yang jarang menampakkan diri—terkenal dingin, kejam, dan membenci semua wanita. Konon, tak satu pun wanita yang mendekatinya bisa bertahan hidup lebih dari tiga hari. Ia tak tertarik pada cinta, tak percaya pada kelembutan, dan menganggap wanita hanyalah sumber masalah.
Namun semua berubah ketika pengantin yang dikirim ke istananya bukan gadis lemah seperti yang ia bayangkan. Luna, dengan keberanian dan tatapan tajam khas seorang pemanah, menolak tunduk padanya. Alih-alih menangis atau memohon, gadis itu berani menantang, mengomentari, bahkan mengolok-olok
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 pertemuan
Rui Zhi Han sibuk memetik daun pegagan dengan penuh semangat, memasukkannya ke dalam keranjang yang dibawa Lan Mei.
“Kalau aku campur ini dengan air, terus aku rebus, lalu aku cuci muka pakai ramuan herbal… taraaa! wajahku bakal glowing, mengalahkan semua selir istana!” ujar Rui heboh
Lan Mei menatap langit, seperti ingin minta pertolongan malaikat. “Putri, glowing itu apa lagi? Cahaya ilahi?”
Rui langsung manyun. “Ish, glowing itu artinya wajah bersinar, sehat, kaya artis K-drama.”
“K-drama? Itu aliran bela diri baru ya?” tanya Lan Mei polos.
Rui sampai hampir jatuh dari jongkoknya. “Astaga Mei, aku serius! Kau ini otaknya kebanyakan bubur hambar!” ujar Rui lalu melanjutkan memetik
Tapi ketika Rui asyik memetik daun dan mengumpulkannya di keranjang, semilir angin dingin bertiup. Dari balik pepohonan, suara ranting patah terdengar.
“Lan Mei…” bisik Rui tiba-tiba serius.
"Ada apa putri" tanya Lan Mei heran
“Ada yang mengintai.” jawab Rui
Lan Mei menegang, jantungnya berdegup kencang. “A-apakah itu binatang buas?”
Rui menyiapkan busurnya, matanya menyipit. Refleksku masih ada. Kalau ini memang macan atau serigala, aku bisa melawan.
Namun yang muncul bukan macan, bukan pula kelinci. Seekor ular hijau besar melata keluar dari semak-semak, lidahnya menjulur-julur, tubuhnya berkilau di bawah cahaya matahari.
Lan Mei menjerit, hampir menjatuhkan keranjang. “PUUUUTRIII! ULAAAR!!” seru Lan Mei ketakutan
Rui malah tenang. “Tenang, Lan Mei. Di dunia modern, ular itu bisa jadi tas mahal. Di sini, mungkin jadi lauk juga.”
“PUTRIII!! BUKAN WAKTUNYA BERCANDA!” seru Lan Mei lagi dengan ketakutan
Ular itu mendesis, lidahnya menyambar udara. Rui menarik busurnya, membidik kepala ular yang terangkat tinggi. Dalam sekejap, ia melepaskan anak panah.
Swish!
THWACK!
Anak panah menancap tepat di tanah, hanya sejengkal dari rahang ular. Binatang itu terkejut, lalu melata mundur cepat sebelum menghilang di balik semak.
Rui berdiri dengan wajah puas. “Hah! Lihat? Ular saja takut padaku!”
Lan Mei jatuh terduduk sambil menepuk dada. “Ya Tuhan… jantung saya mau copot…”
Dari kejauhan, sosok berpakaian hitam yang mengawasi sejak tadi terbelalak.
“Dia… memanah seekor ular beracun dengan ketenangan seperti itu? Putri yang dulu kabarnya pingsan melihat cicak… sekarang menantang binatang buas di hutan?”
Mata-mata itu menunduk, wajahnya kaku. “Aku harus segera melaporkan ini. Kalau Yang Mulia Kaisar mendengar… mungkin ia akan tertarik. Atau… justru menganggapnya berbahaya.”
Dengan gerakan cepat, ia lenyap di balik kabut.
Matahari mulai condong ke barat. Rui dan Lan Mei berjalan kembali, membawa keranjang penuh daun obat.
“Lihat, Lan Mei. Kita dapat banyak. Ini bisa jadi stok ramuan wajahku. Kalau aku cantik, mungkin Kaisar Hitam itu nggak tega bunuh aku.” Rui tersenyum licik.
Lan Mei menatap tuannya dengan wajah setengah putus asa. “Putri… saya rasa bahkan kalau Anda cantik bercahaya sekalipun, Kaisar itu tetap bisa membunuh orang tanpa berkedip.”
Rui malah mengedip jahil. “Nah, itu dia. Makanya aku harus lebih licik dari dia.”
Mereka tertawa kecil, tanpa menyadari bahwa setiap langkah mereka kini sudah tercatat… dan nasib mereka akan segera berubah begitu kabar itu sampai ke telinga Kaisar Kegelapan.
Saat Rui asyik mencari tanaman lain, ia menemukan bunga ungu dengan kelopak bercahaya samar. Matanya berbinar.
“Waaaah! Ini dia, Lan Mei! Bunga ini pasti item langka level SSR! Kalau di dunia asliku, ini udah kayak skin limited edition!” ujar Rui senang
Lan Mei melongo. “Putri… saya tidak paham satu pun kata Anda, tapi dari baunya ini kayak bunga obat kuat. Hati-hati, jangan sembarangan disentuh.”
Rui mendengus. “Halah, jangan lebay. Aku kan sudah upgrade ke versi jagoan.”
Ia pun memetik bunga itu, dan tiba-tiba swooosh! cahaya ungu menyebar, membuat daun-daun di sekitar bergetar.
Lan Mei langsung teriak panik. “PUTRII!! Itu pasti bunga roh! Kalau salah sentuh bisa meledak!!”
Rui terpaku sejenak. “…meledak?!”
Ia buru-buru melempar bunganya ke semak.
BOOM! Semak-semak di belakang mereka mendadak mengeluarkan asap hitam.
Lan Mei terjatuh saking kagetnya. “Astaga dewa langit! Putri hampir saja kita jadi sate manusia!”
Rui nyengir kecut, sambil garuk-garuk kepala. “Ehehe… ya ampun, ternyata benar bisa meledak. Untung aku refleks. Kalau nggak, aku sudah jadi blackwing permanent alias arang gosong.”
Lan Mei hampir menangis. “Putri… tolong… jangan main-main dengan nyawa saya juga… Saya belum menikah masal sudah mati”
"Jika begitu menikahlah cepat, nanti aku carikan....jadi tenang" jawab Rui dan itu membuat Lan Mei ingin menangis kesal
--
Saat mereka masih sibuk panik, terdengar suara langkah berat di balik pepohonan. Lan Mei refleks memeluk lengan tuannya.
“Putri… itu… itu apa lagi?!” bisiknya ketakutan.
Dari kabut, muncullah sosok pria berjubah hitam, wajahnya separuh tertutup kain, matanya dingin seperti salju. Langkahnya anggun namun mengintimidasi, seolah tiap pijakan kakinya bisa menghancurkan tanah.
Lan Mei langsung pucat pasi. “Ya Tuhan… kita selesai. Itu… itu pasti… mata-mata Kaisar Hitam!”
Rui malah menyipitkan mata, lalu bergumam pelan. “Hmm… tinggi, keren, auranya sangar… kalau ini dunia novel, pasti dia karakter penting. Jangan-jangan… dia si Kaisar Kegelapan itu sendiri?” dan itu dapat di dengar oleh pria itu
Lan Mei hampir pingsan. “PU-TRIII!! Jangan bicara sembarangan! Kalau benar dia Kaisar, kita bisa dipenggal di tempat!”
Pria itu berhenti di depan mereka, tatapannya tajam menusuk Rui Zhi Han.
“Menarik…” suaranya dalam, dingin, namun ada nada aneh di dalamnya.
“Putri yang katanya lemah… bisa selamat di hutan roh. Bahkan menyentuh bunga roh yang bisa meledak.” ujar pria itu dingin
Lan Mei sudah mau jatuh berlutut ketakutan. Tapi Rui justru menyilangkan tangan di dada dengan santai.
“Yah, kalau dipikir-pikir, aku ini memang spesial. Bukan Putri biasa. Kau kira aku siapa?”
Pria itu menaikkan alis. “Siapa?”
Rui tersenyum nakal. “Aku adalah versi upgrade dari Putri Keempat. Limited edition, nggak bisa diulang cetak. Aku juga istri tercantik dari kaisar hitam itu" ujar Rui Zhi Han
Lan Mei langsung menutup muka pakai keranjang. “Ya Tuhan, ini akhir hidupku…”
Pria itu terdiam lama, lalu tiba-tiba… tersenyum samar. Senyum yang jarang sekali muncul di wajah dinginnya.
“Menarik…” katanya lagi. “Sangat… menarik.”
"Tentu saja menarik.... Tidak ada yang tidak menarik padaku. Lalu ada apa datang kemari? Kau mengikuti ku atau kau rindu padaku?" ujar Rui Zhi Han penuh tanya
"Apa ada larangan masuk kehutan ini" ujar pria misterius itu
"Tidak ada sih, dan tidak ada yang bisa melarang kaisar sepertimu bukan?" ujar Rui lagi santai
Ada keterkejutan di mata pria itu saat wanita di depannya tidak takut dan tau siapa dirinya, tapi hanya sebentar karena ia menutupi keterkejutan itu.
"kau tidak takut padaku?" tanya pria itu
Bukanya menjawab Rui Zhi Han justru mendekati pria itu lebih dekat dan mendekatkan wajahnya pada wajah pria itu yang berjarak beberapa senti lagi, " Bukanya kau suamiku, kenapa aku takut. Kita juga akan lebih sering berdekatan seperti ini bukan"
Dan seketika itu juga untuk pertama kalinya pria itu merasakan gugup dan juga jantung yang berdetak kencang.
Bersambung