Di cerai karena anak yang dia lahirkan meninggal, membuat hati Adelia semakin terpuruk, akan tetapi beberapa hari kemudian, dia di minta untuk menjadi ibu susu anak CEO di tempatnya bekerja, karena memang dirinya di ketahui mempunyai ASI yang melimpah.
Apakah Adelia mampu menyembuhkan lukanya melalui bayi yang saat ini dia susui? Temukan jawabannya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengikis Ego
Adel begitu terkejut mendengar suara larangan itu, beruntung dia sadar sedang menggendong bayi, mungkin kalau tidak pertahanannya akan goyah dan bayi yang dia gendong akan ikut terkejut.
"Tuan, siapa suruh anda berteriak," ucap Adel, bukannya takut tapi dia malah memarahi balik atasannya itu.
"Apa kau bilang! Kau berani menyalahkan aku atas kesalahanmu sendiri!" desis Arthur dengan tatapan elangnya.
"Bu-bukan begitu Tuan, maksud aku Tuan bicaranya jangan kencang-kencang, Baby Dalton baru saja tertidur," sahut Adel.
"Aku tidak peduli itu hanya alasanmu saja," ketus Arthur sambil menatap wajah Adel dengan tatapan elangnya.
Adel pun mencoba untuk melihat ke arah lawannya, meskipun pria dihadapannya itu mulai memajukan langkahnya untuk terus menggertak nya agar takut, akan tetapi bukannya takut Adel justru ikut menatapnya dan mulai memajukan langkahnya juga sehingga kedongkolan di hati pria itu semakin bertambah.
"Kau ini tidak ada takut-takutnya sama sekali ya!" gertak Arthur.
"Kita ini sama-sama manusia Tuan, jadi untuk apa aku harus takut dengan anda, aku sadar sudah melakukan kesalahan tapi bukan berarti anda bisa melampiaskan kekesalan anda terhadap para pekerja anda, kita ini punya perasaan jadi tolonglah hargai perasaan kami, bukannya diantara atasan dan bawahan saling ketergantungan? Aku butuh gaji anda, anda juga butuh tenaga kami jadi hargailah setiap orang yang bekerja dengan anda!" cetus Adel yang tidak kalah menohok nya.
"Ah ...! Dasar wanita keras kepala, bertahun-tahun baru kali ini aku bertemu dengan wanita semacam ini!" teriak Arthur sambil menendang kursi yang ada di sampingnya itu sehingga menimbulkan gelombang suara yang menyebabkan putranya terbangun.
"Oek ... Oek ....," tangisan itu mulai terdengar kembali karena kaget mendengar suara mengagetkan itu.
"Cup ... Cup ... Jangan nangis ya Nak," ucap Adel sambil menimang-nimang bayi di dalam dekapannya itu.
Dalton pun semakin menangis kencang bahkan mulutnya mulai menempel di dada Adel mungkin bayi itu mulai terasa lapar sehingga membuat Adel refleks lalu mulai mulai mengeluarkan sumber makanan dari bayi tersebut.
"Tuan keluar dulu aku mau kasih ASI dedek bayi," pinta Adel yang membuat Arthur semakin tercengang dibuatnya.
"Apa! Kau bilang mau kasih ASI langsung seperti itu?!" tanya Arthur dengan nada tingginya, sehingga membuat bayinya itu semakin menangis kencang.
"Tuan! Anda ini gila ya, anak anda sudah nangis seperti ini tapi anda malah melarangnya untuk menyusu, memangnya kenapa jika dia menyusu langsung dari sumbernya, bukannya itu jauh lebih baik," balas Adel.
"Itu memang lebih baik, tapi masalahnya kamu bukan ibu kandungnya dan kamu hanya ibu susunya seharusnya kau sadar diri dan mengerti dengan batasanmu yang hanya sekedar ibu susu bukan ibu kandung!" Arthur pun mulai memberi peringatan kepada Adel yang menurutnya begitu lancang.
Adel pun hanya bisa terdiam, dan sadar kalau dirinya bukan siapa-siapa untuk bayi yang saat ini tengah ia susui.
Adel pun mulai meletakkan bayi itu lalu mulai mengambil pompa yang sudah disediakan dan juga botol susu, tidak membutuhkan waktu lama akhirnya botol itu terisi penuh oleh ASI nya.
Tangis anak itu semakin menjadi setelah di rentangkan diatas kasur bahkan sang ayah tidak mau mengambilnya entah kenapa yang sebenarnya terjadi, bahkan semenjak kabar kematian sang istri Arthur seperti tidak pernah menyentuh darah dagingnya itu.
"Anak nangis kok hanya diam," gerutu Adel yang masih terdengar jelas di telinga Arthur.
"Jangan sembarangan ya kalau ngomong, jika tidak mau kehilangan pekerjaan!" bentak Arthur.
"Aku gak takut kehilangan pekerjaanku," sahut Adel.
Adel pun mulai memasukkan karet susunya itu ke mulut sang anak yang dia asuh, akan tetapi anak itu menolaknya bahkan tangisan Dalton semakin kencang sampai-sampai perawat dan dokter yang masih menjaga datang kembali.
"Buk ini ada apa ya? Perasaan dari tadi baby Dalton sudah tenang lalu kenapa menangis lagi?" tanya dokter itu.
"Dia mau nyusu tapi kata Daddy nya tidak boleh nyusu langsung harus dengan botol susu, tapi lihatlah anaknya yang menolak," sahut Adel, dengan berani.
"Tuan ini gimana bayi anda hanya mau menyusu dari ibu susunya mungkin itu akan merangsang tumbuh kembangnya," jelas dokter tersebut akan tetapi pria itu tetap kekeh tidak mau kalau anaknya di susui secara langsung oleh wanita yang menjadi ibu susunya itu.
"Apapun alasannya aku tidak mau jika anakku menyusu secara langsung, jelas-jelas dia bukan ibu kandungnya, dan seharusnya dia mengerti aturan yang aku buat, bukan malah pasrah dengan keadaan, dan ingat kalian juga sebagai tenaga medis harus berusaha bagaimana caranya bayiku mau menyusu di botol susunya bukan malah pasrah seperti ini!" gertak Arthur yang juga tidak mau kalah.
Sedangkan Baby Dalton masih terus saja menangis bahkan suster yang ada di sini merasa kasihan padahal baru saja kondisi bayi itu membaik akan tetapi ulah ayahnya yang mementingkan ego membuat bayinya menjadi tersiksa seperti ini.
Suster, kau bawakan dot terbaik untuk Baby Dalton agar dia mau menyusu," perintah dokter itu.
Lima menit kemudian suster pun mulai membawa dot tersebut yang sudah di sterilkan, akan tetapi masih sanggup bayi menolak keras dengan tangisannya, hingga membuat dokter itu menyuruh susternya kembali untuk mengganti dengan kualitas dot terbaik, akan tetapi masih saja bayi tersebut menolaknya.
"Ini sudah percobaan yang kedua kali, apa kita mau membiarkan bayi ini terus menangis sebagai seorang dokter saya juga mempunyai ketegasan Tuan, jika memang anda masih ngotot maka jangan salahkan kami jika ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi dengan anak Tuan!" ancam dokter itu yang mulai lelah menghadapi keegoisan orang tua pasiennya ini.
Suster pun mulai membawa dua dot lagi dengan kualitas yang jauh lebih baik dan merek yang terkenal, akan tetapi lagi-lagi Baby Dalton menolaknya dan hal itu di lihat langsung oleh Arthur, sehingga membuat pria itu kesal sendiri.
"Hah! dasar melakukan hal sekecil ini saja tidak becus!" sentak Arthur.
"Tuan bukannya kita tidak bisa, tapi Tuan sendiri juga melihat kalau anak Tuan yang menolak, sebagai orang tua seharusnya anda sedikit mengalah demi kebaikan anak anda,!" cetus dokter itu.
********
Karena melihat bayi yang dia gendong tidak berhenti menangis akhirnya dengan terpaksa Adel mulai mengeluarkan kembali sumber makanan dari bayi itu, bahkan saat ini dia tidak peduli dengan kemarahan pria dihadapannya itu.
"Oek ... Oek ....," syara tangisan itu semakin kencang.
Sebentar ya Nak," ucap Adel lalu mulai menyusui anak di dalam dekapannya itu.
Tidak membutuhkan waktu lama bayi itu langsung terdiam bahkan dirinya menyedot sumber makanannya itu diiringi dengan nada sesenggukan.
"Waduh sambil sesenggukan gitu minumnya," celetuk dokter itu.
Entah kenapa melihat anaknya yang begitu lahap menyesap buah dada ibu susunya itu sambil sesenggukan, membuat hati Arthur sedikit iba.
"Jangan egois Daddy aku juga butuh asupan gizi," sindir Adel yang membuat lelaki dihadapannya itu semakin mengeluarkan tatapan tajamnya.
Bersambung ....
vote pun udah meluncur lho