David Ferrero
adalah seorang pengusaha muda yang berbakat dan tampan namun sayang ketampanannya tertutup oleh sikap dingin dan galaknya sebagai CEO dari Ferrero grup. sikapnya yang dingin membuat para wanita takut untuk sekedar menyapa atau meliriknya
Bela diana putri
adalah wanita sederhana yang berasal dari desa terpencil. bela memiliki karakter ceria, ramah dan sangat baik terhadap semua orang, walaupun bela berasal dari desa terpencil tapi otaknya sangat cepat tanggap dalam menerima sesuatu yang berkaitan dengan ilmu atau perusahaan. oleh sebab itulah bela direkomendasikan bekerja oleh kampusnya di perusahaan terkenal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Yulianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 4
"hari ini anda memiliki jadwal,,,,"
"tidak sebutkan jadwal hari besok hingga sebulan kedepan" potong david mulai serius
"jadwal anda besok bertemu dengan klien dari jepang jam 10 lalu setelah itu anda memiliki waktu kosong satu jam dilanjutkan dengan jadwal makan siang bersama klien dari Perancis,,,,,," bela terus saja mengoceh menghafal jadwal seperti menyetor hafalan
david cukup terkesan dengan performa pertama bela, dia cukup bisa diandalkan pikir david
"baiklah aku cukup terkesan dengan mu karena bisa menyelesaikan tugas yang ku berikan dengan cepat, aku menerima mu sebagai sekertaris ku" ucap david dingin
"terimakasih pak,,, mm ini sudah sore apa boleh saya pulang pak?" kata bela
"berani beraninya kau mengucap kata pulang sedangkan aku disini sibuk bekerja, kau lupa bekerja sebagai sekertaris ku" tutur david
"ma,,,,maaf pak, apa yang bisa saya bantu" ucap bela sopan
"Diam disini lalu kerjakan file yang kukirim ke email mu" kata david
"mm baik pak, saya boleh pinjam sofa pak, saya akan memeriksa file yang bapak kirim lewat posel" ucap bela mengeluarkan ponselnya
"sekertaris ku tidak boleh miskin, gunakan laptop ku lalu kerjakan" kata david
"ta,,,,"
"tidak ada bantahan" potong david
"baik" ucap bela cepat mengambil laptop lalu pergi ke sofa untuk mulai bekerja
satu jam berlalu mereka belum selesai mengerjakan pekerjaan yang seperti gunung tiba tiba disaat keheningan ponsel bela berbunyi
bela menatap david yang sedang menatap tajam kepadanya, bela tanpa berpikir panjang menolak panggilan dari ibunya
lagi lagi ponsel bela berbunyi dan mengganggu konsentrasi david
"angkat saja sebelum aku melempar ponsel mu dari sini" ucap david kesal
bela mengangguk mengangkat ponselnya dan sengaja membesarkan volume agar bela bisa berbicara sambil bekerja
"belaa!! apa kau gila menolak panggilan ibumu? dasar anak durhaka aku akan mengutuk mu menjadi perawan tua jika kau mengulangi nya" teriak ibunya dari seberang sana
bela menutup telinganya dan dengan cepat mengecilkan volume ponselnya agar tidak didengar oleh david sedangkan david yang mendengarnya terkekeh
"ibu bisakah jangan berteriak seperti itu? aku anak mu kenapa kau mendoakan ku agar menjadi perawan tua" jawab bela kesal
lagi-lagi ibunya berbicara dengan berteriak hingga bela menjauhkan ponsel dari telinganya karena tidak tahan
"baiklah baiklah apa yang kau inginkan, tolong bicara tanpa berteriak telinga ku sakit mendengar ocehan tidak berguna mu" ucap bela yang masih asik dengan keyboard laptop
"kembalilah ke desa kau sudah tumbuh dewasa ini saatnya kau menikah" kata ibunya mulai halus
bela mulai kesal dengan arah pembicaraan ibunya
"lebih baik aku perawan tua daripada menikah dengan rentenir jelek pilihan mu ciiih tidak sudi aku menyerahkan tubuh indah ku padanya, sudahlah jika kau terus menghubungi ku bos ku akan marah lalu memecat ku, aku akan mencari tempat tinggal disini dan jangan cari aku jika niat mu masih ingin menjodohkan ku dengan si tua bangka jelek itu" ucap bela mulai meluapkan kemarahannya, dia langsung memutuskan sambungan lalu melempar ponselnya hingga terjatuh dengan keras
bela terkejut melihat ponselnya retak karena ulahnya sendiri
"huaa ibu bahkan saat kau tidak ada kau mengutuk ku dari jauh, dasar ibu durhaka" ucap bela nyerocos
david semakin tidak bisa menyembunyikan senyum nya lagi, dia baru pertama kali melihat seseorang mengatakan bahwa ibunya yang durhaka bukan anaknya
