Clara yang kini hidup seorang diri, menerima penawaran pekerjaan sebagai mata-mata dari seorang temannya yang merupakan anak dari pemilik organisasi mafia dengan upah yang lumayan tinggi. Ia harus bertahan hidup dengan kerasnya dunia di usia muda.
Ibunya yang meninggal karena kecelakaan dan ayahnya yang cacat akibat kecelakaan itu, membuatnya harus mencari uang, hingga ayahnya juga menyusul ibunya 3 bulan kemudian, saat ia ingin memasuki SMA. Saat itulah kemudian ia menerima sebuah misi baru. Apakah ia akan berhasil menjalani misi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon intan maggie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"minum dulu" ucap ara sambil memberikan sebotol air mineral kepada ray, saat ray kembali dari lapangan basket.
Ara menunggu ray di sisi lapangan, dimana terdapat banyak tempat duduk sambil menonton.
"terima kasih" ucap ray setelah menerima air minum itu dan duduk disamping ara.
"ray, ara, gua duluan" sahut Willie yang beranjak hendak ke luar lapangan.
"hati-hati" balas ray yang juga mengangkat satu tangannya.
Ray minum perlahan air pemberian ara.
"bagus mainnya" puji ara melihat ray yang masih menikmati minumnya.
"btw, ini pertama kalinya lo puji gua, terima kasih" balas ray tersenyum ke ara.
"a..apaan sih lo, lebay, udah yuk pulang, udah jam 6" balas ara dengan pipi merahnya.
"yaelah pelit amat tuh mulut buat puji orang" balas ray, kemudian minum lagi.
"yarin" balas ara kemudian mengeluarkan lidahnya mengejek ray.
"ahh" teriak ara saat lampu lapangan padam seketika sekitar 2 detik, ara memeluk ray erat.
"udah nyala, masih mau meluk gua? gapapa sih" balas ray tersenyum, ara melepaskan pelukannya dengan wajah malu.
"udah yuk pulang, udah jam 6 lewat" ucap ara kemudian beberes, ray juga merapikan isi tasnya, ray menggunakan jaket hitamnya dahulu untuk menutupi tubuhnya dari angin malam.
Mereka berdua berjalan ke luar lapangan, menyusuri lorong sekolah menuju gerbang, hanya lorong yang masih terang, semua kelas sudah gelap.
"oiya, kak yan gak bisa jemput sekarang, mau makan malam dulu?" tanya ray.
"boleh, dimana?" tanya ara.
"hanamasa gimana? Jalan dikit gapapa kan?" tanya ray.
Di dekat sekolah mereka memang hampir tidak ada tempat makan atapun restoran, jadi harus jalan beberapa meter dahulu.
"ayok, gapapa kok" balas ara.
"eh apaan tuh" ray tiba-tiba sedikit berteriak, kemudian lari, meninggalkan ara.
"eh apaan? Ray?" teriak ara panik, lari tergesa-gesa hingga melewati ray yang sudah kembali berjalan.
"ahahah, aduh ngakak" sahur ya kemudian tertawa terbahak-bahak, membuat ara berhenti berlari.
"pengecut banget sih lo" ucap ray kemudian.
"apaan sih, gak lucu tau gak!" kesak ara, kemudian lanjut berjalan meninggalkan ray.
ray berlari mengejar ara, hingga berjalan disampingnya.
"maaf-maaf" ucap ray.
"lya, jangan diulangi" balas ara.
"tumben gampang maafin, biasanya ribet, tapi bagus dah" isi hati ray.
"oiya hubungan lo sama def gimana?" tanya ray.
"ohh.. Itu.. Gak tau, akhir-akhir ini def udah jarang hubungin gua" balas ara.
Ara berkata jujur, entah kenapa mereka jadi jarang bertukar kabar, bahkan update informasi tentang misi mereka.
"ohh" balas ray singkat.
"kok oh doang?" tanya ara.
"emang gua harus bilang apa?" tanya ray.
"gak tau, males" seru ara.
"gak tau males" ray mengikuti.
"ngapain ngikutin gua?" balas ara.
"ngapain ngikutin gua?" balas lagi ray.
"ihh ngeselin lo ya" seru ara dan menjewer kencang telinga ray.
"ampun ibu negara, ampun" ucap ray kesakitan.
Tak lama ara melepaskan jeweran nya, dan terus berjalan lurus sambil menatap jalan, begitu juga ray.
Mulut mereka memang sedang diam tapi tangan mereka ingin saling menggapai satu sama lain beberapa kali, saling menyentuh, sampai akhirnya berhasil saling berpegangan.
"tangan lo dingin seperti biasa, padahal abis olahraga" ucap ara.
"iya, angin malam" balas ray singkat.
"hmm, padahal siang-siang juga dingin" sahut ara.
"merhatiin gua banget kali" ucap ray sambil tersenyum ke ara.
"ihh apaan sih, jangan kepedean dah" ara menggerutu.
ray hanya tersenyum, akhirnya mereka tiba di restoran yang dituju, mereka memesan makanan dan memilih tempat duduk di dekat dinding.
"oiya btw tadi kok mata kamu nyala ya saat gelap?" tanya ara setelah duduk, mengingatkan kejadian di lapangan, sebelum matanya benar-benar terpejam.
"hah? lo kira mata gua lampu kali" balas ray bingung.
"enggak seterang lampu, tapi mata lo nyala aja gitu" ara berusaha menjelaskan kemudian berpikir "kayaa... Mata kucing kalo lagi gelap"
"Gua manusia bukan kucing, salah lihat kali lo, lo liat siapa?" ray menjawab dengan raut wajah bingung.
"apa jangan-jangan gua salah liat ya? Terus yang gua liat tadi apa dong?" tanya ara takut.
"hayoloh, jangan-jangan.." ray menakut-nakuti ara.
"ihhh ngeselin ahh, udah jangan dibahas lagi" balas ara dengan nada kesal, setelah itu ray hanya tertawa.
"kalung mu bagus, dari siapa?" tanya ray setelah melihat kalung yang digunakan ara terlihat liontinnya yang berbentuk kupu-kupu itu keluar dari baju seragamnya, biasanya dimasukan ke dalam baju.
"ohhh ini.. Hadiah dari def saat masih SMP" balas ara.
"ohh" lagi-lagi ray hanya membalas singkat.
"oh mulu sih jawabnya" kesal ara.
"gak boleh ya?" tanya ray.
"enggak" seru ara kesal.
Kemudian ray diam cukup lama.
"kok malah diam?" tanya ara kesal.
"katanya gak boleh ngomong oh" balas ray.
"ya jawab yang lain, jangan oh doang" balas ara kesal.
"iya deh" balas ray singkat padat jelas.
tak lama makanan mereka datang, mereka makan dengan tenang, hanya tatapan ray yang beberapa kali melihat ke luar restoran.
Ara memerhatikan mata ray yang beberapa kali tertuju pada seseorang yang menurutnya hanya orang yang sedang menunggu angkutan umum, sebab hanya berdiri di tanda pemberhentian bus.
"kamu liatin apa?" tanya ara.
"ada yang memerhatikan kita" jawab ray.
"dia siapa?" tanya ara, ray menggeleng, kemudian memasukan makanannya ke mulutnya.
"mungkin lagi bosen aja nunggu bis" sahut ara.
"mungkin" jawab ray hanya untuk menenangkan ara, nyatanya mata ray masih memerhatikan itu beberapa kali.
"wajah lo terlihat khawatir gitu" ucap ara lagi.
"perasaan lo aja kali" balas ray.
"perasaan gua gimana? jelas-jelas mata gua nih, mata gua tertuju langsung ke muka lo ray" ara menjelaskan perlahan yang kemudian menunjukkan wajah ray,
"iya, Udah makan" balas ray, kemudian kembali melihat ke luar, orang itu sudah tidak ada, padahal belum ada satu pun bus yang melewati jalan itu.
"orang yang tadi Udah enggak ada ray" ara memberi tahu.
"hmmm iya, udah cepetan abisin makanan lo" balas ray yang sudah menghabiskan makanannya, kemudian minum.
"lo liat bis lewat?" tanya ara lagi.
ray menggeleng dengan mata masih memerhatikan lingkungan sekitar mereka.
"terus orang tadi.." ucapan ara terhenti ketika jari telunjuk ray menempel di tengah bibirnya kemudian berkata "enggak usah dibahas, oke?"
Ara mengangguk, baru kemudian ray menarik jari telunjuknya kembali.
"kak yan masih lama?" tanya ara lagi yang wajahnya juga sudah tidak seceria tadi.
Clara juga jadi berpikir, siapa orang tadi? Apa yang dilakukannya? Itu benar-benar membuat ara penasaran.
"udah di jalan" jawab ray.
sekitar 10 menit berlalu, akhirnya kak yan tiba di luar restoran untuk menjemput mereka.