Karya ini murni dari imajinasi penulis. Tidak ada unsur plagiat.
🌺🌺🌺
Angga Pratama, seorang pengusaha muda yang sukses. Dia terkenal dengan kedinginannya. Mamanya memaksa Angga untuk segera menikah. Jika Angga tidak menikah juga. Maka, Santi akan menjodohkannya dengan anak dari sahabatnya.
Anastasya, seorang gadis yatim piatu berusia 21 tahun. Ia dibesarkan oleh asisten rumah tangganya. Yang di kenal dengan panggilan Bibi Ratih.
Suatu hari Angga dan Tasya dipertemukan. Namun, bukan pertemuan yang baik seperti pada umumnya.
Penasaran dengan kisah mereka? Jangan lupa favoritkan novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casilla Bella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter-30
"Kamu berhubungan lagi dengan dia?" tanya Alea, lirih.
"Kalau iya, kenapa?" tanya Raka balik, sambil menatap malas Alea.
"Kita ini sudah bertunangan, dan kita akan segera menikah. Aku mohon, lupakan dendammu pada Angga! Aku yakin adikmu juga sudah memaafkannya!" ucapnya dengan lantang.
Raka mengepalkan tangannya, lalu ia berjalan mendekati Alea.
Tangannya mulai mencengkeram dagu Alea dengan erat. "Aku tidak akan pernah bisa memaafkannya! Camkan itu!" kata Raka, dengan suara yang ditekan.
"Kalau kamu tidak bisa memaafkannya, tolong jangan berhubungan dengan wanita lain! Aku tidak rela," lirihnya.
"Tidak rela?!" Raka tersenyum kecut.
"Dengar ini baik-baik!" Raka terdiam sejenak.
"Aku tidak pernah mencintaimu!" sambungnya.
Alea tersentak, "Ma-maksudmu?"
"Hubungan kita ini, aku hanya ingin main-main saja!" jawab Raka dengan enteng.
"Apa maksudnya? Kita ini sudah bertunangan. Aku juga sudah melakukan semua yang kamu mau! Dengan mudahnya kamu bilang hubungan kita ini hanya main-main?!" kata Alea dengan nafas yang memburu.
"Tidak semua, Al. Tidak semuanya!" ujar Raka.
Raka mendekatkan bibirnya di dekat telinga Alea. "Kau belum melakukan itu denganku!" bisik Raka, sambil tersenyum menyeringai.
Giginya menggertak, nafasnya penuh dengan emosi. Sungguh, ia tidak bisa menerima perkataan kekasihnya itu.
PLAK!
Dengan emosi, Alea menampar wajah Raka dengan amat keras.
Raka memejamkan matanya, ketika telah menerima tamparan tiba-tiba dari Alea.
"Beraninya kau menamparku!!" bentak Raka.
PLAK!
Raka membalas tamparan Alea, lebih keras lagi. Alea mulai menangis sesenggukan.
"Kau! Sudah berani melawanku hah!!" bentaknya lagi. Alea menundukkan kepalanya dan terus menangis.
"Aku sudah tidak membutuhkanmu lagi! Aku mendekatimu bukan karena cinta! Tapi karena aku tahu, kau bisa kujadikan alat untuk memantau Angga lebih dekat. Karena kau! Kau bekerja di tempat ibu Angga. Ibu dari orang yang sangat aku benci!" ucapnya sambil membentak. Membuat Alea semakin menangis sesenggukan.
"Satu hal lagi, aku paling tidak suka jika ada orang yang mengusik kesenanganku! Termasuk kau!" ucapnya sambil mengangkat jarinya.
"A-aku, aku tidak bermaksud mengusik kesenanganmu. A-aku hanya tidak ingin k-kamu menduakanku. Hatiku sangat sakit, ketika tahu, kalau kamu sering jalan bersama wanita itu. Ba-bahkan, a-aku melihat k-kalian masuk ke dalam hotel malam itu!" lirih Alea sedih, dengan tangisan yang membuat suaranya tercekat dan sesenggukan.
"Oh ya? Menurutmu aku peduli terhadap perasaanmu, begitu?" tanya Raka, dengan suara mengejek.
"Aku sudah pikirkan ini. Sekarang kau tidak ada gunanya lagi untukku. Maka dari itu, hubungan kita berakhir sampai di sini!" tambah Raka, sambil tersenyum tipis.
"A-aku tidak mau! A-aku sangat mencintaimu! Tolong, jangan tinggalkan aku! Aku mohon!" pinta Alea memohon. Tangisnya semakin membuncah.
Raka meninggalkan Alea, ia sudah tidak peduli terhadapnya. Toh, dia sudah tidak berguna lagi baginya. Sekarang, ada Mona. Akses untuk menghancurkan Angga, dan akses untuk memuaskan dirinya.
Di sisi lain...
"Uhmm... ini enak sekali Bije!" seru Tasya sambil melahap mangga yang Bije bawa.
Bije sampai berliur-liur, melihat Tasya yang sebelas dua belas dengan Angga. "Gak suami, gak istri, sama-sama doyan mangga muda!" gumam Bije, sambil bergidik.
"Uh! Sudah habis!" serunya.
"Bije, mangga ini sangat enak! Kamu dapat dari mana?" tanyanya.
"Dari pasar, Nona!" sahut Bije.
"Wah! Bisakah kamu membelikannya untukku? Mangga ini sangat lezat! Satu mangga tidak cukup rasanya!"
"Apa?" ucap Bije terkejut dalam hati.
"Nona, tapi saya harus kembali ke kantor,"
"Ayolah... aku mohon Bije..." pintanya sambil merengek.
"Tapi---"
"Aku mohon! Aku mohon! Aku mohon!" rengeknya lagi.
Bije menggeleng-gelengkan kepalanya, "Suami dan istri ini, mengapa menjadi sangat aneh seperti ini?" gumam Bije bingung.
"Baiklah Nona. Saya akan membelinya sekarang!" Bije pamit dan segera kembali ke pasar yang membuat sepatunya kotor tadi.
***
KLEK! (suara pintu terbuka)
"Dia sudah tidur lagi!" Angga melihat Tasya yang tengah tertidur di atas lantai.
Sebenarnya, di dalam lubuk hatinya. Angga merasa tidak tega, melihat Tasya yang selalu tertidur di lantai yang beralaskan karpet dan selimut saja.
Angga membungkuk, lalu duduk di samping Tasya. Ia terus memperhatikan wajah Tasya. Ya! Inilah kebiasaan Angga, jika sudah pulang di waktu Tasya sudah tertidur. Angga selalu pulang jam 11 malam. Itu membuat Tasya, selalu tertidur terlebih dahulu.
Sebenarnya Tasya selalu menunggu Angga pulang. Namun, karena tidak melakukan apa-apa. Tasya jadi mudah mengantuk, dan akhirnya ia selalu tertidur.
Angga membelai rambut Tasya. Entah mengapa, Angga ingin berada di dekat Tasya. Tapi, ia hanya berani mendekati ketika Tasya sedang tertidur saja. Ia tidak berani untuk mendekati Tasya di waktu selain itu. Gengsinya terlalu besar untuk itu.
"Apa benar, kalau kamu menyelingkuhiku sebelum aku kecelakaan dan hilang ingatan?" tanyanya dalam hati.
Raut wajahnya menjadi sedih, "Tapi... aku merasa kalau kamu bukan wanita seperti itu..." lirihnya.
"Aku juga tidak pernah melihatmu jalan bersama laki-laki lain. Mama juga, kamu urus dengan baik sampai sembuh seperti sekarang ini."
"Apa benar? Jika aku mencintaimu?" Angga menatap wajah Tasya yang tertidur pulas.
"Tapi, bagaimana dengan Mona?" Angga menghela nafasnya.
"Memang sih, aku menjadi ragu pada Mona. Semua yang dia katakan tentangmu, tidak pernah aku lihat."
"Apa Mona berbohong padaku? Tapi... untuk apa dia melakukan itu?"
"Apa mungkin... karena dia cemburu padamu?" gumam Angga, masih membelai rambut Tasya.
Angga menghela nafas berat, "Aku harus mempercayai siapa?" tanya Angga bingung.
Keesokan harinya...
"Ma, Tasya ikut Mama ke salon ya? Sudah lama, Tasya gak bertemu sama Bunda, Nuri dan Alea!"
"Iya, boleh. Ayo!" seru Santi.
Mereka telah sampai di salon milik Santi.
"Aww... ada Ibu dan Tasya!" jerit Bunda Mawar, menyambut kedatangan mereka.
Bunda Mawar bercipika-cipiki pada Tasya dan Santi. "Ih... yey kok baru ke sini! Eke kangen tahu, sama yey!" rengek Bunda Mawar pada Tasya.
Tasya tersenyum sambil mengusap lehernya, "Maaf Bun, baru ada waktu!" ujar Tasya beralasan.
"Ayo masuk! Nuri pasti senang bisa bertemu dengan yey!" serunya.
Mereka masuk ke dalam salon itu, dan berjalan ke arah Nuri.
"Hei!!! Lihat nih! Siapa yang sedang bersama eke!"
Nuri menoleh, "Tasya!" serunya girang.
Tanpa aba-aba, Nuri langsung memeluk Tasya. Tasya pun membalas pelukannya. "Kamu kemana saja sih? Sudah lupa ya? Sama kita-kita!" ujar Nuri, berpura-pura ngambek.
"Ada... di rumah. Maaf, baru bisa ke sini lagi!" ucap Tasya sambil tersenyum.
"Oh iya, kok Alea gak kelihatan?" tanyanya sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Alea.
"Dia gak masuk kerja hari ini!" jawab Nuri.
"Lho... kenapa?" tanyanya lagi.
"Katanya sih, sakit! Nanti sore, aku mau jenguk dia sih!" ujar Nuri.
"Aku ikut ya? Aku juga ingin tahu keadaannya!" seru Tasya.
"Tentu saja! Alea pasti senang kalau bertemu kamu!" seru Nuri.
***
Happy reading 🥰
#Hai semua! Dukung saya dengan Like, Komentar, Favoritkan, Rate ⭐⭐⭐⭐⭐, Vote atau ngasih hadiah juga boleh 😊😋 terima kasih! 😊
.... payyyaahhhhh dahhh😤😤😤😤😤😤