Takdir Gadis Pelunas Hutang

Pagi hari. Arya dan Gea sudah bangun Gea sedang merapikan tempat tidurnya dan membuka jendela kamarnya.

"Sudah jangan di rapihkan disini ada banyak pelayan yang akan merapikan kamar ini, aku tidak mau kamu kelelahan" kata Arya sambil mengancingkan kemejanya.

Gea pun menghampiri Arya dan membantu memasangkan dasinya. "Kamu mau kerja Mas?" tanya Gea dengan menyebut Arya dengan sebutan mas.

"Iya ada meeting penting hari ini, memangnya kenapa hm?"

"Tidak ada aku kira kamu ambil cuti" balas Gea lalu memakaikan jas suaminya.

"Aku tidak bisa dekat-dekat denganmu kepalaku pusing" batin Arya yang memang sedang menahan dirinya dan memberi waktu untuk gea.

Arya tersenyum tipis lalu membuka dompetnya. "Ini kamu peganglah kamu bisa membeli apapun yang kamu mau dan aku tidak membatasi aktifitasmu kamu boleh pergi sama temanmu dan satu jangan pergi ke club lagi itu tidak baik" Arya memberikan Black card kepada Gea.

Gea pun menerimanya. "Jika aku pergi aku akan ijin kepadamu mas"

Arya pun mengangguk. "Sudah ayo sarapan mungkin Eyang sudah menunggu, dan ma'af ya, kita akan tinggal disini karena sudah peraturannya walaupun sudah menikah kita tidak akan meninggalkan eyang. Tapi jika bosan kita bisa pergi liburan" ungkap Arya.

Gea pun mengangguk paham Seolah-olah perasaannya benar jika keluarga wijaya sangatlah ketat peraturannya.

Mereka pun keluar dari dalam kamar untuk menuju ruang makan. Terlihat jelas para pelayan sedang sibuk menata makanan dan membersihkan rumah di luar masih sedikit ramai, banyak orang yang sedang merapikan tenda dan barang lainnya.

"Selamat pagi..." ucap Arya sambil menarik kursi untuk Gea.

"Pagi Ar," balas Eyang sambil mengoleskan roti untuk Dennis.

"Selamat pagi Eyang" sapa Gea.

"Pagi.. duduk lah dan sarapan." ucap Eyang Gea pun mengangguk dan memperhatikan sekitar ia merasa begitu asing di dalam rumah mewah tersebut.

"Mana Daddy?" kata Dennis sambil mengunyah rotinya.

"Daddymu sedang galau Dennis, aku takut mas Satria akan jadi gila Eyang" sambung Raka.

"Raka tutup mulutmu!" kata Eyang dengan tegas.

Gea hanya bengong saja dan tidak paham atas apa yang di bicarakan Raka dan Eyang. "Kamu bingung ya, Istrinya Mas Satria pergi dan Mas Satria tidak bisa menemukannya" ungkap Arya.

"Kenapa bisa pergi?" bisik Gea dengan penasaran.

"Nanti aku ceritakan, ini sudah siang aku jalan dulu" kata Arya lalu melenggang pergi bersama Raka.

Gea terdiam dan mencerna semua ungkapan dari suaminya ia teringat kembali dengan gosip yang tersebar luas.

"Istri mas Satria pergi? Dan istri pertamanya di buang? Apa yang terjadi sebenarnya dengan keluarga ini, nanti aku di apakan?" batin Gea.

Tidak lama kemudian Satria pun berjalan dengan tatapan lurusnya. "Daddy... Daddy..." pekik Dennis.

"Satria sarapan dulu" kata Eyang.

"Hai Boy, aku tidak lapar Eyang, aku pergi dulu," pamit Satria sambil mengusap kepala Dennis lalu melenggang pergi.

Gea hanya diam dan memperhatikan. "Gea jangan heran dengan sikap cucu-cucuku ya, Eyang harap kamu betah disini, jika ingin pergi jangan sendiri pakai supir dan Eyang harap kamu bisa menjaga nama baik keluarga ini"

"Iya Eyang aku paham, oh ya nama kamu Dennis kan? Kamu kelas berapa?"

"Aku mau kelas 2. Jangan bertanya banyak kepadaku aku sedang sedih dan sedang kangen sama mba Jingga." ucap Dennis.

"Sudah sana berangkat sekolah ini sudah siang" kata Eyang. Dennis pun mengangguk.

"Jangan di ambil hati, dia baik ko. tapi sekarang dia sedang marah karena ditinggal Jingga. Jingga adalah istri Satria dia pergi entah kemana dan belum kembali, jika ada pertanyaan bisa tanyakan kepada Eyang jangan bertanya kepada orang luar dan jangan percaya apa kata orang." tutur Eyang putri.

"Baik eyang terima kasih, eyang sudah menerimaku dengan baik di keluarga ini"

"Kenapa tidak, asal melihat cucu-cucuku bahagia aku akan melakukan apa pun. Mereka bertiga sudah lama di tinggal oleh kedua orang tuanya dan mereka adalah segalanya untukku, aku harap kamu paham kenapa mereka harus tetap tinggal di sini karena aku tidak bisa hidup tanpa mereka, jika kamu bosan kamu bisa pergi berlibur."

"Aku turut sedih atas apa yang telah terjadi Eyang dan aku sudah paham tentang ini, tenang saja aku tidak akan meminta pindah dari sini"

"Ma'afkan aku yang egois ini, walau pun aku tahu jika sudah menikah itu harus pisah dan punya kehidupan sendiri, tapi aku tidak bisa mengizinkan itu, umurku yang sudah tidak muda lagi aku hanya ingin menghabiskan sisa umurku dengan cucu-cucuku dan aku tidak melarang segala aktifitasmu tapi satu jangan bekerja dan urus suamimu dengan baik!"

Gea pun tertegun atas ungkapan hati eyang putri, walaupun terdengar nada tegas tapi ia paham atas apa yang di maksud eyang putri.

"Terima kasih eyang, aku paham atas apa yang eyang katakan. Oh ya kalau eyang kakung kemana?"

"Eyang kakung pagi-pagi sekali sudah pergi kekebun untuk berolah raga dan melihat-lihat para pekerjanya." sahutnya.

Gea pun mengangguk lalu mereka pun bercerita tentang asal usul keluarga Wijaya.

***

Satria sedang berada di kantor polisi dimana Viona sedang di penjara. Viona terlihat bahagia yang melihat Satria telah menjenguknya ia berpikir Satria akan membebaskannya.

"Satria aku tidak menyangka kau akan menjengukku"

Satria menatap tajam kepada Viona. Lalu Satria pun mencengkram pipinya. "Gara-gara kamu Jinggaku kabur." bentak Satria sambil mendorong Viona sampai terjatuh.

Viona memegang pipinya dan menatap tajam kepada Satria. "Syukur kalau dia kabur berarti kau jadi suami tidak becus"

Plaaak... Plaaak... Satria menampar Viona sampai tersungkur. Polisi yang sedang berjaga pun menghampiri Satria.

"Tuan ada apa?" tanya Polisi.

"Jangan ikut campur kembali ketempatmu!" perintah Satria. Polisi pun mengangguk.

"Kurang ajar kau Satria! kau sudah gila, apa belum puas hah kau menjebloskanku kedalam penjara sampai 7 tahun" pekik Viona.

"Itu sangat ringan sekali untukmu jalang! justru aku ingin kau membusuk didalam sini!"

Viona pun kesal dan hendak menyerang Satria. Satria pun membanting Viona sampai tersungkur kembali. Bruuuk...

"Aku pastikan kau akan lebih menderita dari ini! Karena kau begitu licik dan sudah memanfa'atkanku!" Geram Satria sambil menunjuk kearah Viona lalu melenggang pergi.

"Akhhh... lihat saja aku akan membalas ini semua Satria! tidak akan aku biarkan kau hidup bahagia dengan siapapun!" pekik Viona dengan kesal.

"Persetan dengan itu semua Viona, jika aku tidak memasukanmu kedalam bui kau sudah mati ditanganku dan aku tidak mau itu terjadi karena ada Dennis" gumam Satria sambil menyetir mobilnya.

"Jingga sayangku ma'afkan suamimu ini yang tidak becus menjadi suami yang baik, kamu boleh marah kepadaku Jingga tapi aku mohon kembalilah kita mulai dari awal lagi, aku bodoh sekali dan lambat menyadari perasaanku, tapi sampai kapanpun aku akan tetap mencarimu"

Satria benar-benar sudah merasa kehilangan Jingga dan merasakan penyesalan yang amat dalam. Ia semakin dingin dan semakin menyeramkan karena sudah tidak ada senyuman lagi diwajah tampannya.

Satria sampai di kantornya. Banyak karyawan dan security yang menyapanya namun Satria hanya diam dan berjalan lurus untuk menuju ruangannya.

Didalam lift ada seorang wanita cantik yang sedang mencuri-curi pandang kearah Satria.

"Dia tampan sekali, wangi lagi, pantas saja berita tentangnya sangat panas di luaran sana, aku harus bisa mendekatinya" batinnya.

"Ma'af pak, saya menggunakan lift ini karena lift yang sebelah sedang dalam perbaikan, oh ya kenalin saya Nessa, saya kesini untuk bertemu dengan Pak Satria dan Pak Bayu." ucapnya panjang lebar sambil mengulurkan tangannya.

Satria tidak menjawab ia hanya diam seperti tidak ada orang yang sedang berbicara kepadanya. Pintu lift pun terbuka Satria keluar begitu saja. Sedangkan Nessa seperti orang bodoh.

"Menyebalkan sekali, sedari tadi aku bicara tapi tidak di jawab, hm... Tidak apa-apa ini menantang" gumamnya lalu keluar.

Satria sampai di ruangannya. Satria melihat Bayu yang sedang menyiapkan kopi untuk dirinya. "Pagi Bos, hari ini kita akan meeting bersama putri pak Rico" belum sempat selesai berbicara Nessa pun mengetuk pintu.

Bayu membuka pintu. "Selamat pagi pak Bayu, ma'af ya rencana diubah aku datang pagi-pagi sekali, karena aku mau menemui klienku yang lain.

"Tidak apa-apa. Bos mau di ruang meeting apa disini?" tanya Bayu.

"Disini saja" sahut Satria sambil membuka laptopnya.

"Baiklah, Nona silahkan duduk dan berikan dokumen yang aku minta kemarin" kata Bayu.

Nessa pun mengangguk dan memberikan dokumennya. Bayu pun mengeceknya dengan teliti sedangkan Nessa sedang menatap kearah Satria yang sedang fokus ke arah laptop.

"Saat sedang fokus dia tampan sekali, bagaimana caranya supaya aku dekat dengannya." batin Nessa.

"Sudah lama sekali ya Tuan Rico bekerjasama dengan perusaha'an ini aku tidak tahu" kata Bayu.

"Ya biasanya aku datang ke kantor cabang Pak Bayu, apa semuanya sudah jelas dan baik untuk barangnya?"

"Bos coba lihat ini, jika bos oke kita akan langsung membuat kontrak kerjasamanya"

"Aku percayakan kepadamu saja" balas Satria sambil mengetik.

"Baiklah kalau gitu aku permisi dulu mau ke ruang HRD" ucap Bayu lalu melenggang pergi.

Hati Nessa pun berdebar-debar tidak karuan yang hanya berduaan dengan Satria. Lalu Nessa pun melihat bekas cake yang menempel di baju Satria. Nessa pun bangun dan mendekati kearah Satria.

"Ma'af pakaianmu kotor" kata Nessa sambil mengulurkan tangannya untuk membersihkan baju Satria.

"Jangan menyentuhku! Atau aku akan mematahkan tanganmu!" kata Satria sambil menatap tajam kearah Nessa lalu melenggang pergi.

Hati Nessa pun berdebar-debar tidak karuan yang mendengar peringatan dari Satria. "Dominant sekali" gumamnya.