Tak kusangka cinta berselimut dilema bisa datang padaku!
Rena Arista seorang dosen muda yang berusaha meraih mimpinya untuk bisa menikah dengan tunangannya yang sangat dicintainya.
Pada saat bersamaan datang seorang pria yang usianya lebih muda dan berstatus sebagai mahasiswanya, memberikan cintanya yang tulus. Dengan perhatian yang diberikan pria itu justru membuat Rena meragu atas cintanya pada tunangannya.
Sebuah kisah cinta segitiga yang penuh warna. Bagai rollercoaster yang memicu adrenalin menghadirkan kesenangan dan ketakutan sekaligus.
Akankah Rena mampu mempertahankan cintanya dan menikah dengan tunangannya?
Ataukah dia akan terjebak pada cinta baru yang mengguncang hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eren Naa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejadian Tragis
Di sebuah rumah semi permanen, seorang gadis berjilbab terbaring tidak sadarkan diri di atas tempat tidur dengan posisi miring dan tangan terikat di belakang. Sedangkan di sebuah kursi yang terletak di samping tempat tidur nampak seorang pria dewasa berusia kira-kira 30 tahun sedang mengamati gadis itu.
Beberapa kali dia terlihat mengambil gambar gadis itu sambil tersenyum. Dia membelai kepalanya, wajahnya dan bibirnya. Kemudian gadis itu mulai bergerak dan mengerjapkan matanya.
"AAAAARRRRGGGGG !!!" Teriak gadis itu sejadinya. Rena histeris melihat wajah Pak Rian yang berada tepat di depan wajahnya, ia berusaha menjauh dari pria itu. Rena menendang tubuh Pak Rian yang sudah sangat dekat dengannya, masih dengan posisi berbaring karena tangannya tidak bisa digerakkan. Pria itu terjatuh dan kemudian bangkit lagi. Dia kembali mendekati gadis itu.
"JANGAN MENDEKAT !!" teriak Rena lagi dengan air wajah yang sangat ketakutan. Ia mulai menangis.
"Mau kemana Sayang? Aku sudah lama menantikan ini! Aku tidak akan membiarkanmu jauh lagi dari sisiku," kata Pak Rian sambil tersenyum.
Rena bergidik ngeri, air matanya makin deras dan badan bergetar hebat. Dia terus mundur dan terjatuh dari tempat tidur. Ia segera bangkit dan mencoba lari tapi tertahan oleh cengkraman kedua tangan pria itu.
"TOLOONNGG ... !!" Rena berteriak sejadinya sambil memberontak.
"Meskipun kamu berteriak sekencang apapun hanya jangkrik yang akan mendengarnya Sayang, HAHAHA!" kata Pak Rian dengan lantang sambil tertawa.
"DASAR SINT**G! APA MAUMU!!" bentak Rena sambil melepaskan diri dari cengkraman pak Rian.
"Tentu saja menghabiskan waktu denganmu Sayang!" katanya lagi sambil menyeringai.
"TOLOOONNGG ... siapapun tolong aku ...!" jeritnya sambil menangis sejadinya.
"Jangan sentuh aku!! ... LEPASKAN!!" Rena terus memberontak. Sedangkan Pak Rian berusaha membekap tubuh gadis yang sudah lama menjadi incarannya selama ini. Pikiran Rena benar-benar kalut. Ketakutan menyelimuti dirinya, membuatnya makin lemah. Dia berdoa dalam hatinya memohon perlindungan.
"Ya Allah tolong aku!" bisiknya pelan sambil terus menangis. Tangisannya terdengar sangat memilukan.
"Jangan menangis sayang! Ada aku disini!" Pak Rian berusaha membelai pipi Rena. Tapi dengan sigap Rena menjauhkan wajahnya berusaha mengelak. Lalu dengan cepat Rena membenturkan kepalanya ke wajah Pak Rian hingga cengkeraman pria itu terlepas.
Rena segera lari menuju pintu, berusaha membukanya tapi terkunci. Ia memutar kuncinya dan berhasil membukanya. Saat hendak lari keluar, tiba-tiba tangan pria itu kembali menariknya dan menghempaskannya dengan keras ke lantai. Kepalanya membentur tepian tempat tidur yang terbuat dari kayu. Dia kembali tidak sadarkan diri.
Pak Rian mendekati gadis yang terkulai tak berdaya itu. Wajahnya penuh amarah. Hidungnya yang sedikit bengkak dan berdarah membuat wajahnya semakin mengerikan. Dia menarik jilbab gadis yang tidak sadarkan diri itu dan merobek bajunya dengan kasar. Dia mendekatkan wajahnya ke bibir Rena dan ....
Braakkk!
Pintu itu hancur, secepat kilat seseorang menendang punggung Pak Rian hingga ia terjungkal jauh. Pria itu memukul wajah Pak Rian membabi buta, hingga Pak Rian tak sadarkan diri.
Melihat musuhnya tak bergerak, pria penolong itu bergegas memeriksa keadaan Rena yang masih tidak sadarkan diri di lantai. Ia membuka ikatan tangan gadis itu dan menutupi tubuhnya yang mulai terekspos dengan jaketnya. Dia mengangkat kepalnya dan meletakkan di pangkuannya.
"Rena!" katanya lirih sambil mengelus lembut pipi gadis itu. Dia mengambil jilbab yang tergeletak tak jauh darinya dan menutupi rambut gadis itu.
Tangan Rena yang berada dalam genggaman Yori mulai bergerak. Mata gadis itu mengerjap dan terbuka. Namun ia kembali memejamkan matanya karena merasa nyeri di kepalanya akibat benturan tadi. Rena berusaha bangun dan duduk dibantu oleh Yori. Kemudian saat kesadarannya pulih yang ia liat pertama kali adalah tubuh pria yang telah menganiayanya tergeletak agak jauh darinya.
Rena segera mundur, badannya bergetar hebat. Semua ketakutannya kembali menyelimutinya, dia menutup wajahnya. Yori yang melihatnya segera mendekati gadis itu dan memegang tangannya yang menutupi wajahnya, kemudian dia mengarahkan mata Rena agar menatap matanya.
"Kamu udah aman, ada aku disini!" katanya dengan lembut tapi sangat meyakinkan. Airmata Rena yang sedari tadi menggenang di sudut matanya meluncur dengan derasnya. Dia memeluk Yori dan menangis sejadinya. Yori pun mengeratkan pelukannya dan membiarkan gadis itu menumpahkan segala kesedihan dan ketakutannya untuk beberapa saat. Kemudian dia melepaskan Rena dari pelukannya dan memegang pundaknya
"Ayo kita pergi dari sini!" ajaknya dengan kembut. Rena mengangguk pelan. Dengan sigap Yori segera menggendong Rena menuju mobilnya. Yori mendudukkan Rena di dalam mobil dan segera masuk. Ia memasangkan safety belt Rena dan memperbaiki jaket yang menutupi tubuh gadis itu.
"Tas mu ada dimana?" Rena menggeleng. Yori kembali turun dari mobilnya dan menuju mobil yang dikendarai oleh Pak Rian. Mendapati tas Rena di kursi penumpang. Setelah mengambil tas Rena, dirinya kembali ke mobil dan segera melajukannya meninggalkan tempat itu.
"Kamu nggak lapor polisi, kan?" tanya Rena lemah memecah kesunyian di antara mereka.Yori menggeleng
"Apa kita ke kantor polisi dulu?" tanyanya kemudian.
"Jangan! Aku nggak mau masalah ini sampai terekspos!" jawabnya dengan suara yang parau.
"Tapi ini tindakan kriminal! Aku khawatir sama kamu, takut dia berulah lagi!" kata Yori dengan lembut. Dia tidak ingin mengintimidasi gadis yg sangat berarti baginya saat ini. Rena diam. Air matanya terus menetes meski tanpa suara. Dia tidak mau masalah ini diketahui orangtuanya, Aldi dan juga orang-orang dikampus.
"Baiklah, nggak usah dipikirin lagi. Kamu istirahat aja!" kata Yori kemudian. Yori terus menggenggam tangan Rena sambil menyetir. Dia berusaha menenangkan gadis itu. Beberapa saat kemudian mereka sampai di sebuah IGD rumah sakit. Para medis segera memeriksa Rena dan memasang infus. Yori yang selesai mendaftarkan pasien, mendekati Rena yang tertidur lelap.
"Bagaimana keadaannya dok?" tanyanya pada dokter yang telah selesai memeriksanya.
"Dia hanya terkena geger otak ringan dan shock! Kami memberinya obat penenang, untuk sementara biarkan dia beristirahat dulu, sampai dia pulih. Nanti perawat akan memindahkan ke ruangan agar lebih tenang!" kata dokter itu dengan gamblang.
"Baik dokter, terima kasih!' jawab Yori singkat. Dokter tersebut mengangguk dan beranjak pergi. Lalu Yori mendekati Rena, duduk di samping tempat tidurnya dan memperbaiki jilbab Rena yang berantakan. Tiba-tiba terdengar ponsel Rena berbunyi. Yori mengambilnya dari dalam tas yang sedari tadi dibawanya. Ia mengangkatnya.
"Rena kamu di mana? Kenapa dari tadi aku hubungi tidak aktif? Kamu bikin aku khawatir dari tadi!" cecar si penelpon.
"Manda, Ini aku Yori!"
"Yori?? Rena dimana?... Kenapa dengan dia??" Suaranya terdengar sangat khawatir.
"Dia baik-baik aja, sekarang lagi tidur" jawab Yori setenang mungkin
"Kalian dimana?"
"Kami di Rumah sakit, aku kirim lokasinya sekarang!'
"Oke!" jawabnya cepat dan langsung memutuskan panggilannya. Yori mengirim lokasinya pada Amanda dan meletakkan ponsel itu kembali ke tas Rena.
Tiga puluh menit berlalu. Amanda sampai di Rumah Sakit dan segera turun dari mobil yang mengantarkannya. Dia berlari memasuki IGD dan bertanya pada perawat. Dia segera menuju tempat tidur pasien yang ditunjukkan perawat dan mendapati Yori sedang tidur di kursi sambil menggenggam tangan Rena. Ia terbaring dengan jarum infus ditangannya.
Amanda mendekati hendak memeluk Rena tapi Yori menahannya. Dia terbangun sesaat sebelumnya.
"Kata dokter dia butuh istirahat!"
"Apa yang sebenarnya terjadi?" kata Manda lirih. Matanya berkaca-kaca.
Yori pun menceritakan panjang lebar kejadian yang menimpa Rena. Amanda menangis sesenggukan mengetahui kejadian yang menimpa sahabatnya itu.
Dia menggenggam tangan Rena.
"Maafin aku Ren, ini semua gara-gara aku. Harusnya aku nggak minta kamu datang nemenin aku," bisiknya lirih sambil menangis.
"Ini bukan salahmu!" kata Yori menenangkan Amanda. Amanda menghapus air matanya. Hatinya mendidih saat mengingat perbuatan Pak Rian. Dia mengepalkan tangannya.
"Dia harus dikasi pelajaran, aku akan lapor ke polisi!" katanya geram.
"Jangan dulu, Rena nggak mau masalah ini sampai di polisi!"
"Tapi kenapa, ini udah keterlaluan udah gak bisa di tolerir lagi?" katanya berkeras.
"Dia nggak mau masalahnya terekspose."
"Tapi ... " Kata-katanya terpotong.
"Aku ngerti maksudmu, nanti kita bicarakan lagi setelah dia sudah membaik!" sanggah Yori dengan cepat. Amanda terdiam. Pikirannya kalut, dia merasa sangat bersalah pada sahabatnya.
"Aku keluar dulu cari makanan ya!" kata Yori kemudian.
Amanda hanya mengangguk, dia terus menggenggam tangan sahabat itu. Air matanya mengalir deras saat dia teringat kata-kata puitis yang Rena buat untuknya saat ulang tahunnya.
Aku melangkah bersama bayanganmu,
mengingat setiap tangis dan tawa yang kita lewati,
bersama mengetuk langit, bersama melawan dunia,
dan aku akan selalu ada di sampingmu.
Berharap kita bisa mengalahkan hidup ini dengan senyum di bibir kita.
Bersambung.
...****************...
bonus lumayan
Next lanjut