Alea, wanita tangguh berusia 25 tahun, dikenal sebagai bos mafia paling ditakuti di Itali. Dingin, kejam, dan cerdas—tak ada yang bisa menyentuhnya. Namun, sebuah kecelakaan tragis mengubah segalanya. Saat terbangun, Alea menemukan dirinya terjebak dalam tubuh seorang gadis SMA berusia 16 tahun bernama Jasmine—gadis cupu, pendiam, dan selalu menjadi korban perundungan di sekolah.
Jasmine sendiri mengalami kecelakaan yang sama... namun jiwanya menghilang entah ke mana. Kini, tubuh rapuh Jasmine dihuni oleh jiwa Alea sang bos mafia.
Dihadapkan pada dunia remaja yang asing dan penuh drama sekolah, Alea harus belajar menjadi "lemah"—sementara sisi kelam dan insting mematikan dalam dirinya tak bisa begitu saja dikubur. Satu per satu rahasia kelam tentang kehidupan Jasmine mulai terkuak—dan sepertinya, kecelakaan mereka bukanlah sebuah kebetulan.
Apakah Alea bisa bertahan di tubuh yang tak lagi kuat seperti dulu? Atau justru Jasmine akan mendapatkan kekuatan kedua untuk membalas semua lu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hinata Ochie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 – Retakan Nexus dan Harga yang Harus Dibayar
Alea yang masih berada dalam tubuh Jasmine akhirnya terbangun, keringat dingin membasahi tubuhnya, napasnya tersengal-sengal, kepalanya terasa sangat pusing. Darah mengalir pada pelipisnya, ia menatap ke sekeliling, Zora, Leo dan Cecilia menatapnya dengan senyuman lega.
"Alea kau tak apa apa" tanya Zora.
"Hey kau baik baik saja kan, ya ampun kami pikir kau sudah mati, tadi kau sempat berhenti bernapas" sahut Leo.
Alea belum dapat menjawab pertanyaan mereka, pusing yang mendera membuat kepala nya seakan berputar, jantungnya pun berdetak sangat cepat, seperti habis berlari maraton.
"Kau yakin, kau baik baik saja Lea" suara lembut Cecilia membuat Alea merasa sedikit lebih relaks.
"Hmm, aku tak apa apa, tidak kami baik baik saja" Jawab Alea.
"Kami... maksud mu kau dan gadis itu Alea" Tanya Zora.
"Kau benar, kini jiwa kami telah bersatu, tinggal bagaimana kami dapat menyesuaikan diri dalam mengontrol tubuh ini" jelas Alea.
Kini Alea dapat merasakan langsung jiwa Alea dalam tubuhnya, gadis itu bisa membantu Alea dalam mengambil keputusan, bahkan suara Jasmine kini terdengar sangat jelas, bukan lagu sebagai hantu, namun telah menjadi partner setara. Bahkan kini Jasmine bisa berkomentar, protes, bertanya, dan memberi pendapatnya dalam situasi apapun.
"Tadi itu kau benar benar gila, tapi terimakasih" Suara Jasmine yang lirih dan lembut namun terdengar tulus.
Alea melihat ke sekeliling ruangan, terjadi guncangan hebat, dinding dan atap mulai ada retakan, lampu lampu berkelip dengan cepat.
"Ada apa ini, sepertinya tempat ini akan runtuh" Teriak Zora.
Nexus mengalami keretakan, kaca kaca pecah dan berhamburan. Semua mesin-mesin pengendali jiwa mengeluarkan asap, para teknisi ELRA mencabut semua kabel agar tak terjadi ledakan. Namun sayangnya semua sistem terkunci otomatis, mereka panik, ada beberapa yang akhirnya kabur berlari tunggang langgang untuk menyelamatkan diri.
Lampu merah menyala berkedip-kedip, tanda alarm bergema di seluruh area, tanda bahaya tingkat tinggi dan peringatan untuk meninggalkan tempat itu.
Dr. Velyra yang sejak awal memantau Alea dan tim nya dari ruang kendali sangat terkejut melihat semua kejadian di dalam ruang inti Nexus. Ia berdiri dengan tatapan penuh kebencian pada Alea. Wajahnya pucat dan agak mengeras. Velyra sadar Alea berhasil membentuk konsistensi jiwa yang seharusnya mustahil terjadi. Dan semua ini dapat menghancurkan eksperimen nya.
"Kau pikir bisa keluar dari sini hidup hidup, setelah kau menentang ku, Alea, bunuh aku terlebih dahulu jika kau ingin keluar dari sini" teriak Dr. Velyra.
"Apa yang akan kau lakukan Alea, wanita itu sangat menakutkan" Suara Jasmine terdengar gemetaran, namun Alea dengan sabar dan tulus menenangkan Jasmine agar ia berani dan tak takut pada Velyra.
"Aku ada di sini bersama mu, kau jangan takut Jasmine" ucap Alea.
Jasmine seperti mendapatkan kekuatan baru dalam dirinya yang belum pernah ia rasakan selama ini. Kekuatan yang menenangkan hati dan juga jiwanya. Karena kini Jasmine tak sendiri, ada Alea bersama nya.
"Kita akan melawan bersama" Alea dapat merasakan jiwa Jasmine sedikit lebih tenang, ia tak lagi takut pada apapun. Jasmine telah percaya pada Alea sepenuhnya.
"Hey Lea, kau bisa berdiri" tanya Cecilia.
Alea mencoba untuk berdiri namun kakinya teramat lemas, akhirnya Cecilia memapah Alea dan membantunya untuk berjalan.
"Terimakasih" Alea tersenyum tulus pada Cecilia, itu senyuman pertama yang Cecilia lihat dari wajah Alea.
"Kita harus cepat keluar dari sini, tempat ini bisa meledak kapan saja" teriak Zora, di ikuti oleh Leo yang berlari ke arahnya. Cecilia akhirnya menggendong Alea karena ia terlalu lemah untuk berlari, mereka berlari menghindari puing puing retakan pada dinding dan juga langit-langit. Jiwa Jasmine mengarahkan jalan pada Alea, karena lorong itu mirip dengan lorong sekolah nya, akhirnya Alea menuruti semua arahan dari Jasmine.
Cecilia dengan lincah berlari mengikuti petunjuk dari Alea, kini Jasmine dan Alea bekerja sama dalam satu tubuh, Alea memberikan strategi pelarian sedangkan Jasmine menunjukan arah untuk menghindari lorong para penjaga. Kerjasama mereka sangat harmonis. Sehingga menciptakan kesinambungan.
"Zora, ke arah kanan" teriak Alea.
"Maaf aku telah merepotkan mu" ucap Alea.
"Diam lah, aku melakukan ini bukan untuk mu, tapi untuk keselamatan gadis ini" walaupun Cecilia amat membenci Alea, namun dalam hatinya ia tak ingin Alea mati di tempat ini. Setidaknya bukan sekarang.
Velyra yang mengetahui Alea dan tim-nya berhasil melarikan diri, mulai mengejar mereka, ia mengirim beberapa pasukan android untuk mengejar Alea. Pasukan ini lebih canggih dari para sentinel yang melawan Alea dan tim sebelumnya. Dengan senjata plasma yang mematikan juga tubuh yang lebih ringan juga ramping. Pasukan pribadi milik Dr. Velyra itu di tugaskan bukan untuk menangkap Alea melainkan mengambil kembali jiwa Alea dengan paksa.
Saat pelarian sudah hampir di luar lorong, tiba-tiba Jasmine menjerit, dan dada Alea terasa sangat sesak, seperti ada kekuatan magis yang menyedot mereka keluar dari tubuhnya. Jiwa Jasmine dan Alea terhisap kembali oleh Nexus, ternyata konsistensi mereka belum stabil, di saat mereka masih dekat dengan inti Nexus, maka jiwa keduanya dapat terhisap kembali ke dalam inti Nexus.
Retakan itulah yang membuat jiwa Alea dan Jasmine terhisap kembali. Alea berpikir bahwa ia harus menghancurkan Nexus, jika tidak maka perjuangan mereka akan sia-sia.
Ia tak bisa kabur begitu saja, Alea harus mengambil keputusan yang sangat ekstrem.
"Alea kau kenapa" tanya Cecilia.
"Retakan itu membuat jiwa ku dan Jasmine seperti terhisap kembali" jawab Alea, napasnya tersengal-sengal, ia memegang dadanya yang terasa amat sesak.
"Lalu apa yang harus kita lakukan" Teriak Zora yang sudah ada di depan. Alea turun di gendongan Cecilia, ia menopang tubuhnya pada Cecilia agar tak jatuh.
"Jalan satu satunya, kita harus, menghancurkan... Nexus sepenuhnya" ucap Alea terbata-bata.
"Itu mustahil Lea, kita tak mungkin kembali ke dalam sana" Alea memandang Cecilia sambil. tersenyum getir.
"Jika tidak, kita semua akan mati di tempat ini" Jawab Alea.
"Baiklah, kita akan hancurkan Nexus sepenuhnya, kita kembali ke dalam sekarang" sahut Leo.
"Tapi apa kau kuat Lea" Cecilia nampak mengkhawatirkan kondisi Alea saat ini.
"Aku tak apa apa, aku kuat dan harus kuat, aku tak boleh lemah, demi kalian dan semua yang menjadi korban Sigma" Alea mencoba untuk berdiri dengan kakinya sendiri tanpa menopang tubuhnya pada Cecilia. Awalnya sedikit goyah namun ia mencoba dengan kekuatannya sendiri, di bantu oleh Jasmine, mereka menjadi kesatuan yang sangat kuat.
"Kita masuk sekarang" Zora, Leo dan Cecilia mengangguk bersamaan, dan mereka kembali masuk ke dalam lorong untuk menghancurkan Nexus.
Saat hampir sampai pada ruang kendali Nexus, Alea melihat dari jauh ruang inti Nexus yang sudah hancur sebagian. Namun Velyra berdiri di depan pintu masuk ruang inti Nexus dengan sebilah pisau di tangannya, ia siap menyerang dengan pasukan pribadinya.
“Kalau kau ingin hidup, Alea, kau harus melewati maya ku terlebih dahulu " Velyra menatap dingin ke arah Alea.