NovelToon NovelToon
Menantu Sableng Mertua Gendeng

Menantu Sableng Mertua Gendeng

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Konflik etika / Keluarga / Cinta Murni / Pelakor jahat
Popularitas:478.5k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Ketakwaan dan kebaikan akhlak Zidan membuat Sabrina jatuh cinta kepadanya. Terlebih lagi dia berhutang nyawa kepada pemuda desa itu. Demi menikah dengan Zidan, Sabrina rela menukar dengan dicoret dari daftar nama keluarganya yang kaya raya.

Sifat dan tingkah laku Sabrina yang polos, jujur, dan aneh bin ajaib perlahan membuat Zidan jatuh hati kepadanya. Konsekuensi menikah dengan Sabrina, Zidan dipecat dari kantor perusahaan Jaya Grup milik keluarga Sabrina. Zidan pun pulang ke kampung membawa Sabrina.

Bu Maryam yang benci wanita kota memandang rendah Sabrina, terlebih sang menantu tidak bisa melakukan pekerjaan apa pun. Belum lagi Sabrina sering salah mengartikan ucapannya, membuat wanita paruh baya itu sering emosi.

Tanpa Sabrina dan Zidan sadari ada rahasia dibalik pernikahan mereka. Rahasia apakah itu? Cus, kepoin ceritanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Bu Maryam paling tidak suka dengan orang yang suka ikut campur dengan urusan orang lain, apalagi sampai menyebar fitnah. Dia juga suka merasa heran dengan kelakuan para tetangganya yang suka sekali membicarakan orang lain.

Kedatangan Pak Yadi yang kembali tinggal di kampung bersama dengan istrinya, membuat para tetangga menjadikan bahan gosip terpanas saat ini. Tentu saja Sabrina yang tidak tahu apa-apa, sekarang mulai penasaran apa yang terjadi dahulu dengan keluarga Zidan.

Ceu Edoh, Ceu Romlah, Ceu Entin, dan Ceu Euis terkejut dengan kedatangan Sabrina yang tiba-tiba dan mendengarkan pembicaraan mereka. Mereka takut kalau perempuan itu akan mengadu kepada Bu Maryam.

"Memangnya apa yang terjadi sebenarnya dahulu? Kenapa mamah dan bapak bisa bercerai?" tanya Sabrina malah ikutan nimbrung.

Keempat wanita paruh baya itu malah melongo seperti orang bodoh karena tidak menyangka Sabrina malah bertanya. Tentu saja mereka jadi bersemangat untuk bercerita.

"Dulu, Pak Yadi kerja di kota. Tetapi, Ceu Maryam dan Zidan tinggal di sini untuk mengurus kedua mertuanya yang sakit-sakitan. Pak Deden sakit stroke dan Bu Neni punya penyakit darting juga maag. Jadi, harus ada yang mengurusnya," kata Ceu Edoh memulai cerita dengan semangat empat lima.

Sabrina mere'mat kedua tangannya seperti ingin meninju sesuatu. Sungguh geram perempuan itu.

"Eh, tahunya belakangan Pak Yadi malah selingkuh sama wanita muda yang ada di kota. Yang sekarang jadi istrinya," lanjut wanita yang memakai ciput rajut membungkus rambutnya.

Mulut Sabrina monyong ke sana kemari ingin mengumpat kepada bapak mertua dan gundiknya. Matanya yang memiliki bulu lentik kini melotot.

"Padahal dulu keluarga mereka terlihat harmonis. Seminggu atau dua minggu sekali Pak Yadi suka pulang. Namun, waktu itu jadi jarang pulang. Makanya Ceu Maryam curiga," tambah Ceu Entin karena dia rumahnya bersebelahan dengan rumah orang tua Pak Yadi. Wanita paruh baya itu tidak mau kalah dalam bergosip.

"Akhirnya Ceu Maryam pergi ke kota menyusul Pak Yadi bersama dengan Zidan yang kebetulan sedang libur sekolah. Rupanya di rumah itu ada wanita muda. Ngamuklah Ceu Maryam. Dihajarnya Pak Yadi sampai babak belur dan masuk rumah sakit," ujar Ceu Entin yang tahu cerita itu dari suaminya yang menjadi supir mengantarkan Bu Maryam dan Zidan ke kota.

Mendengar itu Sabrina sangat senang. Matanya berbinar dan senyum lebar langsung menghiasi wajahnya.

"Mampus! Kenapa enggak mati saja sekalian," kata istrinya Zidan. "E, kalau mati nanti mamah akan di penjara. Kasihan Zidan kalau begitu."

Keempat wanita paruh baya itu terdiam sejenak. Lalu, mengangguk membenarkan ucapan Sabrina.

"Rupanya Pak Yadi pintar. Semua aset harta kekayaan sudah dijual diam-diam dan uangnya di simpan ke rekening atas nama wanita simpanannya itu. Bu Maryam tidak mendapatkan apa-apa ketika bercerai. Bahkan Zidan yang seharusnya diberi nafkah, tidak pernah sekali pun mendapat kiriman uang. Padahal dulu Pak Yadi kerja di perusahaan besar dan dapat gaji banyak," ucap Ceu Romlah yang tinggal di samping rumah Zidan itu melanjutkan ceritanya.

"Huh, dasar laki-laki brengsek! Seharusnya Kang Zidan biarkan saja mereka jadi gelandangan. Biar tahu rasa. Geram aku!" gumam Sabrina dengan tangan kanan terkepal dan dipukul-pukulkan ke telapak tangan kiri.

"Dasar laki-laki! Begitu menemukan wanita muda dan cantik langsung saja jadi gila," celetuk Ceu Euis kesal karena dulu suaminya beberapa kali berselingkuh, tetapi mereka tidak sampai bercerai.

Sabrina sekarang paham kenapa ibu mertuanya begitu benci kepada pelakor itu. Jika dia berada di posisi Bu Maryam pastinya akan memasukan mereka berdua ke penjara. 

***

Sabrina mendengarkan Zidan mengaji. Dia jadi teringat kejadian dahulu dan membuatnya jatuh cinta kepada sang suaki. Suara merdu laki-laki itu seperti sebuah cahaya di dalam gelapnya hidup dia.

"Sekarang Neng yang baca!" titah Zidan.

"E ...." Sabrina terkejut karena tiba-tiba disuruh mengaji sama suaminya. Padahal dia mengaji baru iqra dua.

"Ikuti akang, ya! Neng harus hafal surat pendek ini," kata Zidan yang kembali membaca surat Al-Kautsar.

Dengan perlahan Zidan melafalkan bacaan surat pendek itu agar Sabrina bisa mendengarkan dengan jelas dan mengikutinya dengan benar. Beruntung laki-laki itu begitu sabar dan sang istri juga tidak pantang menyerah dalam belajar. Walau harus mengulang sampai puluhan kali.

"Alhamdulillah, akhirnya bisa!" seru Sabrina senang.

"Ini reward-nya karena sudah hafal surat Al-Kautsar," ucap Zidan, lalu memeluk Sabrina dan menciumnya dengan mesra.

Mendapatkan pelukan dan ciuman dari suaminya sudah membuat Sabrina senang sekali. Perempuan itu tidak meminta uang atau barang sebagai hadiah ketika bisa melakukan sesuatu atas usaha belajarnya.

"Akang mau Neng pijit?" tanya Sabrina tersenyum manis. "Pastinya lelah sudah bekerja seharian. Di rumah harus mengajari Neng mengaji dan belajar ilmu agama juga."

"Ya, mau, dong, Neng!" balas Zidan yang ikut tersenyum senang. Dia menghargai sang istri, walau pijatannya tidak terasa karena lemah tenaganya.

Sabrina merasa bersyukur bisa memiliki Zidan sebagai suami. Karena kekurangan dirinya itu membuat orang-orang selalu kesal, benci, dan menjauhi dirinya.

***

"Mau apa kalian ke sini?" tanya Bu Maryam ketika Niken dan Pak Yadi datang ke rumah di pagi hari. Wajah wanita itu terlihat garang seperti seekor betina yang siap menerkam mangsa.

Sabrina yang baru ke luar kamar juga dibuat terkejut oleh kedatangan mereka. Dia juga sebenarnya tidak suka dengan kehadiran bapak mertua dan istrinya. 

"Kita mau bertemu dengan Zidan," ucap Niken dengan dagu terangkat.

"Kang Zidan sedang tidak ada di rumah," balas Sabrina.

"Ke mana?" tanya Pak Yadi.

"Ya, kerjalah! Dia cari duit buat istrinya," jawab Bu Maryam menyindir sang mantan.

Pak Yadi dan Niken saling melirik. Kemudian mereka pun pergi.

"Kira-kira mereka datang ke sini mau apa, ya, Mah?" tanya Sabrina penasaran.

"Mana mamah tahu," jawab Bu Maryam sambil berlalu menuju dapur.

Sabrina ikut bantu memasak walau sering membuat Bu Maryam berteriak mengingatkan sang menantu agar jangan salah memasukan bumbu atau ketika membalikan makanan yang sedang digoreng. 

"Astaghfirullah. Apa, sih, yang kamu bisa? Kayaknya jika mamah meleng dikit, dapur langsung berubah jadi kapal pecah. Makanan gosong. Perabotan hancur. Aduuuuuh ...."

"Kan, namanya juga sedang belajar, Mah. Jadi, wajar kalau masih melakukan banyak kesalahan," balas Sabrina.

"Kamu ini dibilangin selalu saja menjawab."

"Mama kalau ada orang bicara itu kita harus kasih respon," kata Sabrina. "Kalau aku diam terus kayak patung, lalu ada orang lewat lihat Mamah ngomel-ngomel sendiri nanti dikira kurang se-ons otaknya."

Bu Maryam menghela napas. Dia selalu saja kalah kalau berdebat dengan Sabrina. Bukannya tidak bisa membalas, tetapi dia diminta untuk bersabar demi putra semata wayangnya.

Setelah selesai melakukan pekerjaan rumah, Sabrina dan Bu Maryam pergi ke toko untuk membantu Zidan. Tokonya dari hari ke hari semakin ramai.

Ketika sedang sibuk melayani pembeli, tiba-tiba saja datang seseorang yang membuat Sabrina bersiap siaga. Dia membenarkan letak jilbabnya sebelum perang di mulai.

***

1
Hary Nengsih
zidan punya adik m anak yg masi kecil
Nar Sih
dunia ank kecil bnr,,luar biasa ,seperti aktar dan om kecil nya yg heboh dan rame tpi asyik bikin orang tua seneng
Noor hidayati
😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂,kalau sampai digoreng pasti jadi ribut,ngga digoreng juga sama
Wanita Aries
Gmn nnti ayamnya aslan digoleng gak tuh
Happyy
😘😘😘
Wanita Aries
Lanjut thor
Wanita Aries
Ihh sombong kali ortu amira. Blm tau aja klurga pak prabu
tiara
tinggal menunggu adik bayi dari om Shaka nih
Ita Xiaomi
Wah seru nih om dan ponakan janjian ktm. Mau berkunjung ke kampung jg.
Esther Lestari
Akhtar mau ketemu dengan om Aslan, pasti seru dan ramai
Nar Sih
sdh komlit ya sabrina kebahagiaan keluarga mu ,tinggal nunggu dedek byi om shaka dan aunty humaira otw
Purnama Pasedu
janjian pulkam,ntar pada nangkap ikan sama ayam ya
Noor hidayati
wuih duo bocil mau ketemuan,pasti makin ramai jadinya
Melia Gusnetty
maka nya humairah jgn d rahasia in pernikahan mu dgn shaka....pebinor d mana2.
contoh nya dokter darius...
kamu hrs cerirai sm shaka...
sryharty
Shaka emang kamu ga pengen punya baby sendiri apa,,
Happyy
👌👌👌
Sri Desika Arfianti
bagus
Ita Xiaomi
Ntar makin shock klo tau siap Om nya Humairah.
Ita Xiaomi
Seandainya ortu Amira tau siapa itu Shaka. Gmn ya reaksinya😁.
Ita Xiaomi
Om dan ponakan adu kecerdikan😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!