Anak yang semula dipinta untuk diaborsi saat mengetahui menderita penyakit bawaan, ternyata tumbuh dengan baik. Dengan kejeniusan si kembar membalas dendam perlakuan ayah mereka dengan mengambil alih perusahaan ayahnya diusianya 10 tahun.
"Gugurkan mereka....! Aku tidak sudi membesarkan anak penyakitan!" titah Rama.
"Tidak. Mereka darah daging kita. Jika kamu tidak menginginkan mereka. Aku sanggup membesarkan mereka!" tegas Alea.
"Ayo kita cerai!"
Saat mengetahui istrinya berhasil hamil, Rama begitu bahagia. Namun sayang, ketika kehamilannya mencapai lima bulan, kandungan Alea yang hamil kembar ini mengalami masalah.
"Maaf nona! sepertinya calon bayi kembar anda memiliki kelainan. Sebaiknya anda melakukan aborsi sebelum mereka berhasil dilahirkan. Jika bertahan, mereka akan tumbuh dengan penyakit bawaan," ucap dokter membuat langit seakan runtuh seketika.
Rama tidak bisa menyembunyikan kesedihannya dan langsung beranjak meninggalkan Alea yang masih mematung di tempatn
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Akhirnya Tertolong
Alea yang baru saja menyelesaikan makanannya lalu mengambil baby Azira untuk disusui-nya. Namun baru saja ingin memberikan Asi pada putrinya itu, tiba-tiba Azira mengalami demam membuat Alea seketika panik.
"Ya Allah. Kenapa baby Azira demam? Bagaimana ini bibi Sari?" cemas Alea ketakutan sendiri.
"Coba tanya dulu petugas bandara, apakah di sini ada klinik atau tidak non? Tolong jangan panik! Nanti bayinya terpengaruh dengan perasaan cemas ibunya," nasehat bibi Sari.
"Iya bibi. Maaf, aku sangat takut karena penyakitnya baby Azira," keluh Alea sambil menangis.
Alea menghampiri salah satu petugas bandara untuk menanyakan letak klinik di bandara itu sambil menggendong bayinya.
"Maaf pak. Apakah di sini ada klinik khusus untuk balita?" tanya Alea.
"Sepertinya ada tapi, letaknya cukup jauh dari gedung ini, nyonya ," jawab petugas bandara itu.
"Apaaa...? jadi klinik itu tidak menyatu dengan gedung ini?" pekik Alea makin kacau.
"Sebaiknya, nyonya bawa saja bayinya ke rumah sakit karena bayi anda terlihat sangat lemah. Kalau mau saya akan ambilkan anda kursi roda untuk nyonya," tawar petugas bandara itu.
"Siapa yang mau dorong saya? Lagian saya bawa bayi kembar bersama saudara saya itu!" unjuk Alea pada bibi Sari yang menggendong baby Abrar.
Petugas bandara itu mau mencari rekannya untuk menolong Alea melalui radio penghubung namun, tidak ada satupun yang bersedia menolong Alea.
Tanpa pikir panjang, Alea mengajak bibi Sari keluar dari bandara menuju rumah sakit karena putrinya terlihat makin pucat karena jantungnya yang bermasalah.
"Bibi. Kita tidak bisa hanya menunggu di sini. Kita harus segera ke rumah sakit!" ajak Alea berusaha tegar walaupun guratan kecemasannya nampak terlihat jelas oleh bibi Sari.
"Baik non."
Keduanya berjalan beriringan menuju pintu lift. Ketika masuk ke dalam lift, Alea bertemu lagi dengan tuan Mark yang sedang serius menatap ponselnya hingga tidak melihat keberadaan Alea. Begitu pula Alea yang tidak lagi memperhatikan wajah orang di dalam lift karena ia sibuk mengusap air matanya sambil menatap wajah putrinya yang makin tampak lemah.
"Baby. Kamu harus kuat ya, sayang! Lihatlah bunda! jangan menyerah. Bunda tahu kamu sakit, tapi tolong jangan buat bunda gila di sini! Bunda mohon sayang!" pinta Alea dengan suara lirih lagi bergetar.
"Nyonya. Ada apa dengan bayinya?" tanya asistennya tuan Mark memperhatikan bayi Azira yang menarik nafasnya tersendat-sendat.
"Jantung bayiku lemah dan dia mengalami demam," jawab Alea pada asisten tuan Mark yang bernama Barack.
Mendengar pengakuan Alea, Barack langsung membisikkan sesuatu pada Mark yang terlihat menuli karena fokus pada ponselnya.
"Bos. Ada seorang bayi sedang sakit parah bos," bisik Barack membuat Mark baru mengangkat wajahnya melihat ke arah asistennya.
"Siapa?" tanya Mark lalu beralih menatap wajah Alea yang masih setia menatap bayinya dengan air mata berderai.
"Bukankah dia wanita yang tadi? Bukankah dia tadi bilang mengejar pesawatnya," batin tuan Mark menatap Alea penuh tanda tanya.
"Bos ...!" tegur Barack pada Mark untuk melihat keadaan putrinya Alea.
"Maaf nyonya! Apakah putrimu sakit?" tanya Mark walaupun dia sudah tahu dari asistennya.
Alea menengok ke arah Mark dan sedikit kaget. Belum saja dia menjawab, Mark lebih dulu merasakan denyut nadi baby Azira.
Barack memberikan stetoskop milik Mark yang dengan cepat memakaikan di telinganya. Alea masih belum mengerti dengan Mark yang berwajah datar dan bermulut pedas ternyata seorang dokter.
"Tampangnya lebih cocok seorang mafia daripada seorang dokter?" batin Alea yang menilai kepribadian orang lain dari covernya saja.
"Apakah jantungnya bermasalah?" tanya Mark lagi.
"Iya. Putriku menderita penyakit bawaan dari kandungan," ucap Alea." Dan itu saudara kembarnya juga menderita sakit yang sama?" tanya Mark lagi.
"Putraku mengalami kelumpuhan," ucap Alea.
"Mengapa kamu nekat bawa mereka ke Amerika dalam keadaan seperti ini? Apakah dokter mengijinkan kamu membawa mereka ke Amerika?" cecar Mark.
"Aku di mutasikan ke Amerika karena tugas. Sekalian untuk berobat mereka," ujar Alea.
"Kenapa tidak menunggu mereka berusia satu tahun? Kalau masih enam bulan masih rawan untuk dibawah jauh jika keadaan bayi bermasalah. Sakit jantung lagi. Harusnya ditunda sampai mereka sudah cukup usianya," omel Mark begitu kesal dengan kecerobohannya Alea.
"Berikan putrimu padaku! Kita harus membawanya ke rumah sakit. Jantungnya makin lemah dan saturasi nya makin menurun dan di mana ayah mereka?" tanya Mark sambil memindai ruang lift itu yang tidak ada lagi laki-laki dewasa selain dia dan asistennya.
"Ayah mereka sudah mati," tegas Alea ketus.
Mark hanya bisa meneguk salivanya dengan susah payah." Pantesan, dari tadi aku melihat gadis ini hanya berdua saja dengan ibu itu," batin Mark sambil memijat dada baby Azira dengan ujung jarinya karena bayi itu makin lemah.
Mobil ambulans bandara sudah menunggu mereka di depan ruang kedatangan. Tuan Mark langsung masuk ke dalam mobil itu bersama dengan Alea. Sementara bibi Sari dan Barack mengendarai mobil pribadi mengikuti mobil ambulans menuju rumah sakit.
Di dalam mobil ambulans, Mark dengan cekatan melakukan pertolongan pertama pada baby Azira dengan memasang EKG ke tubuh bayi mungil itu. Alea hanya bisa berzikir memohon pertolongan kepada Allah.
Mark terus memantau layar monitor jantung baby Azira. Sementara satu orang suster memasang jarum infus pada punggung tangan bayi itu. Selang oksigen sudah terpasang di hidungnya.
"Apakah putriku baik-baik saja?" tanya Alea melihat putrinya tidak membuka matanya sama sekali.
"Doakan saja yang terbaik untuk putrimu menurut agamamu!" titah Mark datar tanpa memberitahukan keadaan yang sebenarnya pada Alea karena takut Alea makin syok.
Alea terdiam. Ia tidak ingin lagi bertanya apapun pada Mark yang terlihat serius memberikan beberapa obat pada putrinya melalui tempat infus.
Tiba di rumah sakit, bayi itu dibawa ke ruang ICU. Alea tepaksa menunggu di luar karena tidak diperbolehkan oleh pihak rumah sakit. Sebagai dokter yang sudah terkenal, Mark disambut oleh dokter senior dan juga direktur utama rumah sakit tersebut. Usai melakukan tindakan intensif pada baby Azira, Mark baru menemui Alea untuk menyampaikan keadaan putrinya itu.
"Syukurlah. Bayimu sudah melewati masa kritisnya. Tapi, dia harus tetap dirawat di sini hingga keadaannya pulih," ucap Mark.
"Alhamdulillah. Terimakasih dokter...!" ucap Alea.
"Sebaiknya kalian menginap di hotel. Kasihan bayimu yang satunya. Jangan sampai dia juga ikutan sakit karena kondisinya yang kelelahan karena melakukan perjalanan jauh," ucap Mark.
"Saya belum booking hotel dokter. Lagipula saya ingin di sini. Dekat dengan putri saya," pinta Alea.
"Asistenku yang akan mengantarkan kalian ke hotel dekat dengan rumah sakit ini. Jadi, kamu tidak perlu memikirkan untuk menyewa hotel. Ikuti saja apa yang aku minta demi kebaikan bayi kembarmu.
Pasti kalian tadi terlambat naik pesawatkan ? Sekarang kalian pulang ke hotel dan istirahat! Biar saya yang akan mengawasi bayimu. Dan jangan membantahku!" tegas Mark membuat Alea hanya bisa menuruti perintah Mark.
"Silahkan ikut dengan saya, nyonya!" ajak asisten Barack.
👍❤❤❤❤
👍❤