Harusnya, Ziva menghabiskan malam pertamanya itu dengan sang suami. Namun, saking mabuknya, ia malah masuk ke kamar mertuanya dan membuatnya tidur di ranjang yang salah.
Apa yang akan terjadi pada Ziva dan mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurma_98, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesal
Ke esokan harinya...
Seperti biasa, keluarga ini sedang menyantap sarapan di pagi hari. Bedanya, Heri maupun Victor saling diam, biasanya mereka berbicara satu atau dua kata, namun pagi ini terasa berbeda dalam keduanya.
Heri menyantap sarapan sembari fokus pada ponselnya. Lalu Victor, pria itu fokus pada laptop yang ada di depannya. Keduanya punya kesibukan masing-masing.
Ziva tak kunjung muncul sejak tadi, Heri bahkan tak melihat batang hidungnya sejak kemarin sore. Perasaannya kini resah, apa yang terjadi dengan Ziva?
"Victor, dimana isterimu?" Tanya Heri.
Victor berhenti mengunyah, lalu menatap sang ayah. "Ada apa? Tumben sekali menanyakan isteriku?"
Heri mengerutkan dahinya, kenapa reaksi Victor seperti ini? Apa mungkin Victor sudah tahu tentang perselingkuhan dirinya dengan Ziva?
"Lho, ayah hanya bertanya. Tumben dia tak ikut sarapan bareng kita, apa Ziva sakit?" Sahutnya.
"Mungkin dia kelelahan, kemarin kita melakukannya sampai malam." Celetuknya dengan santai.
Seketika Heri melototkan matanya. Dari sore sampai malam? Apa Victor gila? Ziva sedang hamil, bagaimana jika terjadi sesuatu pada bayinya.
Mendengar itu membuat Heri kesal bahkan sampai mengepalkan tangannya. Bisa-bisanya Ziva mau melayani Victor bahkan sampai malam.
"Apa kau sudah gila? Melakukannya sampai malam? Apa kau tidak kasihan pada isteri dan juga bayi yang ada di dalam perutmu?"
Tak!
"Berhenti ikut campur dalam masalah keluargaku! Biar aku yang mengurusnya, ayah urus saja masalah ayah!" Katanya, dengan tegas.
"Hei, ayah hanya mengkhawatirkan menantu ayah. Kau kenapa sih?"
"Besok kami akan pindah. Kami tidak akan tinggal di sini lagi!"
Degh
Apa ini? Kenapa tiba-tiba pindah? Dari awal Victor dan Ziva hanya akan tinggal sementara disini. Namun karena situasi sekarang, Heri benar-benar merasa tak rela jika harus jauh dari menantunya.
Victor bersikap seperti ini bukan tanpa alasan. Penyebabnya yang tak lain karena Ziva, ia teringat kejadian kemarin di saat sang isteri berpakaian sexy di depan ayahnya sendiri. Apalagi mengingat Heri yang menyentuh pinggang Ziva, membuat rasa cemburunya semakin memuncak.
"Victor, apa kau sudah bicara dulu dengan Ziva? Barangkali ia tidak setuju. Lagian, ayah juga tidak keberatan jika kalian tinggal disini."
Melihat reaksi sang ayah, Victor pun menatap sinis. Sifat Victor memang terbilang cuek, namun rasa cemburunya sangat besar. Pria itu tak suka jika sesuatu miliknya di sentuh orang lain, sekalipun itu ayahnya sendiri.
Drrrkk
Victor beranjak dari duduknya, lalu menutup laptopnya. "Aku berangkat dulu!"
Setelah itu Victor pun melangkahkan kakinya berjalan keluar. Heri hanya menatap punggung puteranya yang semakin jauh.
"Huft.. Kenapa harus pindah? Bagaimana caraku mencegahnya?" Heri memijit pelipisnya memikirkan cara agar Victor dan Ziva tak jadi pindah.
Prang!
Heri terlonjak kaget, ia terkejut saat mendengar sesuatu yakni seperti benda yang jatuh lalu pecah. Suara tersebut berasal dari kamar Ziva, apa yang terjadi disana?
*
*
Ckiiit
Victor sudah tiba di kantor. Ia pun memarkirkan mobilnya terlebih dahulu, sebelum keluar dari mobil.
"Huft.. Apa aku terlalu kasar pada Ziva...?" Gumamnya, sembari menyingkapkan rambutnya ke belakang.
Drrrrtttt
Ada telepon yang masuk ke ponsel Victor. Ia pun dengan cepat merogoh ponselnya dan menatap siapa yang meneleponnya.
"Risa?" Gumamnya, menaikan satu alisnya. "Halo..?" Victor mengangkat telepon tersebut.
"Victor, aku di berada di perusahaanmu. Aku sedang menunggumu di ruang tunggu, apa kau belum juga sampai?" Kata Risa.
Seketika, Victor pun melototkan matanya. Apa yang sedang Risa lakukan di perusahannya? Dengan cepat Victor turun dari mobilnya, lalu berlari masuk ke dalam kantornya.
Setelah itu...
Draaap
Draaap
Draaap
Victor berlari dengan cepat untuk sampai di ruangan tersebut. Ia sedikit gelisah, bagaimana jika orang-orang tahu atau pun mencurigai sesuatu.
Ceklek
"Eh, kamu sudah sam--"
"Hei.. Hosh.. Hosh.. Apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya, sembari mengatur nafasnya karena cape habis lari.
"Aku mau melamar kerja disini? Tapi aku tidak mau wawancara dan sebagainya, aku mau langsung kerja aja, boleh?"
"A-apa kau bilang...?"