NovelToon NovelToon
Unwritten Apologies

Unwritten Apologies

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Model / Diam-Diam Cinta / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Bullying dan Balas Dendam / Tamat
Popularitas:634.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mae_jer

Ini adalah kisah cinta pria berkebangsaan Korea dan gadis berdarah Indonesia.

Waktu SMA, Ha joon tidak setampan sekarang. Pria itu gemuk dan selalu memakai kacamata tebal kemana-mana. Ha joon sangat menyukai Rubi, gadis populer di sekolahnya.

Namun suatu hari Ha joon mendengar Rubi menghina dan mengolok-oloknya di depan teman-teman kelas mereka. Rasa suka Ha joon berubah menjadi benci. Ia pun memutuskan pindah ke kampung halamannya di Seoul.

Beberapa tahun kemudian, Rubi dan Ha joon bertemu lagi di sebuah pesta pernikahan. Ha joon sempat kaget melihat Rubi yang berada di Korea, namun rasa dendamnya sangat besar hingga ia berulang kali menyakiti perasaan Ruby.

Tapi, akankah Ha joon terus membenci Ruby? Mulutnya berkata iya, namun tiap kali gadis itu tidak ada didepan matanya, ia selalu memikirkannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Calon istri sempurna

Ruby terdiam cukup lama di tempatnya berdiri, bahkan setelah suara langkah kaki Ha Joon menghilang di luar ruangan. Dadanya terasa sesak, matanya panas. Ia mengepalkan tangannya, berusaha menahan air mata yang menggenang.

Ternyata Ha joon sangat membencinya. Ia sudah menabur luka yang sangat amat dalam di hati pria itu. Dan sekarang, dia harus menerima akibatnya. Tuhan itu adil. Dulu, ia yang mengolok-olok pria itu. Sekarang, dirinya berakhir menjadi wanita yang bukan siapa-siapa. Tidak bisa menggapai cita-citanya, hanya mengandalkan kemampuannya yang tidak seberapa di dunia modeling. Sebagian orang bahkan menganggap pekerjaan model adalah pekerjaan yang tidak baik. Apalagi model tidak terkenal seperti dirinya.

Ruby mengusap cepat sudut matanya sebelum benar-benar menangis, lalu menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ia tahu, tak ada gunanya menangis di sini. Yang harus ia lakukan sekarang hanyalah bertahan.

Dengan langkah berat, ia keluar dari lounge, kembali ke lorong restoran. Beberapa karyawan masih bercengkerama di dalam, tetapi Ruby tak punya tenaga untuk bergabung lagi. Ia mengambil tasnya yang ditinggalkan di kursi, mengirim pesan singkat pada Sena bahwa ia sudah pulang duluan, lalu keluar ke jalan.

Udara malam menyentuh kulit wajahnya yang dingin. Ruby memeluk tubuhnya sendiri sambil berjalan ke halte bus terdekat.

Sementara itu, Ha Joon berdiri di rooftop gedung ZAN Group. Ia menatap kota Seoul yang gemerlap, tapi pikirannya kosong. Cangkir kopi di tangannya mendingin begitu saja.

Ia marah. Terlalu marah.

Bahkan pada dirinya sendiri.

Bertahun-tahun ia menyimpan luka, bertahun-tahun ia mengukir ulang kata-kata yang pernah Ruby ucapkan di masa lalu. Dan melihat gadis itu yang tiba-tiba muncul dalam hidupnya lagi membuat pikirannya kacau. Niat balas dendam makin memenuhi pikirannya. Dia ingin Ruby menderita, sebagaimana gadis itu yang sudah membuatnya menderita dulu. Mempermainkan perasaannya dengan seenaknya.

"Bodoh," geramnya pada diri sendiri.

Tetapi, entah kenapa wajah Ruby yang hampir menangis tadi terus terbayang di benaknya, mengusik sesuatu yang rapuh di dalam hatinya.

Ha Joon mendongak, menatap langit. Ia berusaha mengusir bayangan itu, tapi semakin ia mencoba, semakin kuat rasa bersalah itu mencengkeramnya. Namun ia berusaha melawan perasaannya.

"Jangan termakan dengan wajah munafiknya Ha joon." gumam Ha joon pada dirinya sendiri.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hari-hari berikutnya berjalan dengan aneh.

Ruby berusaha bersikap normal saat menjalani pemotretan di kantor Ha joon, terutama saat tidak sengaja berpapasan dengan pria itu, seolah tak terjadi apa-apa di antara mereka. Ia tetap bekerja keras, berusaha menghindari Ha Joon semampunya. Untungnya, pria itu juga tampaknya tidak berusaha mendekatinya lagi.

Mereka seperti dua kutub berbeda di satu perusahaan, saling menghindar, seolah keberadaan satu sama lain hanya gangguan kecil yang tidak penting.

Namun, meski Ruby mencoba keras untuk tidak peduli, ia tahu ada beberapa tatapan mengawasi dari jauh, tatapan yang tajam, kadang penuh kemarahan, kadang penuh kebingungan.

Suatu sore, saat Ruby sedang menyusun beberapa dokumen untuk sesi pemotretan baru, ponselnya bergetar.

Pesan dari nomor tak dikenal.

"Ibuku akan datang menemuimu, ingat, tolak semua permintaannya."

Ruby menggigit bibir bawahnya. Ia langsung tahu pesan itu dari Ha Joon. Pesan singkat itu terasa seperti ultimatum.

Ia ingin mengabaikannya. Ia ingin membiarkan saja. Tapi … ia tahu betul, Nyonya Nam adalah orang yang sangat pemaksa. Bagaimana caranya menolak?

Saat ia baru saja hendak membalas pesan Ha joon, ponselnya berdering. Telpon dari nyonya Nam. Ruby menghela nafas panjang. Ia menimbang-nimbang mau mengangkat atau tidak, tetapi karena tidak tega, akhirnya ia angkat.

Sapaan ramah terdengar dari seberang sana. Seperti kata Ha joon, ibu pria itu mengundangnya menghadiri pesta makan malam keluarga besar mereka. Awalnya Ruby menolak karena ia tidak ingin di serang Ha joon lagi. Tetapi nyonya Nam terus memaksanya dengan berbagai macam alasan.

Ruby merasa di lema. Di satu sisi ada Ha joon, di sisi lain ibu lelaki itu. Dua manusia yang membuatnya merasa bingung dengan keputusan apa yang harus dia buat.

"Ruby sayang, pleasee ... Aku sudah bercerita tentang dirimu pada seluruh keluarga besar. Mereka semua antusias ingin melihatmu, memangnya kau tega membuat aku malu?"

Ruby menimbang-nimbang. Dia bingung harus bagaimana.

"Mm ... Ba ... Baiklah kalau begitu. Aku akan datang." akhirnya dia memutuskan menerima undangan nyonya Nam. Biar saja Ha joon makin membencinya dan memikirkan dia sengaja ingin mendekati keluarga kaya.

"Ah, kau betul-betul baik Ruby. Sampai ketemu nanti malam."

Itulah pembicaraan terakhirnya dengan ibu Ha joon.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Malam datang begitu cepat. Tanpa terasa, matahari sudah terbenam, dan Ruby berdiri di depan gerbang rumah keluarga Nam. Rumah mewah bertingkat dengan taman luas dan pencahayaan hangat.

Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan degup jantungnya yang berdebar tak karuan. Ia mengenakan dress sederhana berwarna pastel, tidak terlalu mencolok tapi tetap pantas.

Saat Ruby menekan bel, pintu segera dibuka oleh seorang pelayan. Tak lama kemudian, Nyonya Nam sendiri menyambutnya dengan senyuman hangat.

"Ruby, sayangku!" serunya sambil memeluk Ruby singkat.

"Akhirnya kau datang juga. Aku sangat senang."

Ruby membalas pelukan itu canggung.

"Terima kasih sudah mengundangku, nyonya Nam."

"Ah, panggil saja aku eomma. Kau sudah seperti anakku sendiri," ucap wanita itu sambil menggandeng tangan Ruby masuk ke dalam.

Di ruang tamu, beberapa orang sudah berkumpul. Pria dan wanita paruh baya, beberapa anak muda yang sepertinya sepupu Ha Joon. Semua menatap Ruby dengan penasaran.

Namun, perhatian Ruby langsung tertuju pada satu sosok yang berdiri di sudut ruangan,

Ha Joon.

Ia mengenakan kemeja hitam dan celana panjang santai, tampak kasual tapi tetap berwibawa. Tatapannya menusuk ke arahnya, membuat Ruby merasa ingin segera menghilang dari sana.

Nyonya Nam menggiring Ruby memperkenalkan satu per satu anggota keluarga, memperlakukannya seolah Ruby memang bagian dari keluarga itu.

Mereka makan malam bersama. Suasana hangat, penuh tawa dan cerita masa kecil Ha Joon yang membuat semua orang tertawa, kecuali Ha Joon sendiri. Pria itu hanya diam, kadang mengangguk, kadang menatap piringnya kosong.

Ruby berusaha sebaik mungkin untuk bersikap sopan. Ia tertawa di saat yang tepat, berbicara sopan, dan menahan diri untuk tidak melirik ke arah Ha Joon terlalu sering.

Saat makan malam hampir selesai, Nyonya Nam akhirnya mengeluarkan "bom" yang sudah Ruby khawatirkan.

"Aku pikir Ruby adalah calon istri yang sempurna untuk Ha Joon," katanya ringan, seolah hanya berbicara tentang cuaca.

"Dia cantik, sopan, pekerja keras. Terlebih lagi, ternyata mereka pernah bersekolah di sekolah yang sama waktu di New York.

Ha joon, kau tidak keberatan kan kalau ibu menjodohkanmu dengan Ruby?"

Semua mata di ruangan itu langsung menoleh ke arah Ruby dan Ha Joon.

Ruby tersedak kecil, buru-buru meminum airnya.

Ha Joon tidak bereaksi. Wajahnya datar, tidak menunjukkan setuju atau menolak.

"Apa kau keberatan, Ruby?" tanya nyonya Nam lembut.

Ruby membuka mulut, mencari kata-kata, tapi sekali lagi, Ha Joon lebih cepat.

"Baiklah, aku menerima perjodohan ini."

Katanya sembari menatap Ruby. Tatapannya dingin, hanya Ruby yang menyadarinya. Sementara nyonya Nam dan keluarganya Nam yang lain terlihat senang.

Ruby menatap Ha joon lama.

Apalagi ini ya ampun ...

1
AZTI
kereennn😙😙😙😙
LANY SUSANA
up donk Thor extra part nya/Angry//Angry/
anonim
happy ending - terima kasih Author ceritanya bagus - ditunggu extrapartnya
anonim
kejutan - mama dan eomma sudah berada di dalam apartemen Ha Joon.
Menikah tanpa orang tua ini dua sejoli memang dah ngebet bikin anak
anonim
Ha Joon memandikan istrinya dan berusaha menenangkan hati istrinya dengan kata-kata yang diucapkannya
anonim
Ha Joon berhaail menyelamatkan Ruby.
Semoga semua akan baik-baik - hubungan kembali baik seperti sebelum kedatangan Daniel
anonim
Ruby putus asa rupanya sampai pingin bunuh diri kah ? semoga tidak terlambat Ha Joon segera bisa nenolong Ruby
anonim
Ruby yang telah mengalami peristiwa demi peristiwa yang sangat menyakitkan hatinya di masa lalu - di malam kebakaran apartemen yang ditinggali - beberapa hari terpisah dari suami yang masih marah kepadanya - suami yang baginya adalah tujuan akhir - tempatnya pulang - tapi serasa hancur karena seorang Daniel pria di masa lalunya hadir.
anonim
Ha Joon pridasi yang baik - cepat sadar atas kesalahannya sendiri yang kurang peka terhadap permasalahan yang Ruby alami - tahunya Ruby hanya berubah lebih pendiam - siapa tahu ternyata Ruby sampai mengkonsumsi obat anti depresan.
anonim
Sebenarnya Ruby menanggung beban yang tidak ringan ketika masih tinggal di Amerika - maka Ruby pindah ke Negaranya Ha Joon.
Dwi Retno
aaaahhhhh kenapa cepat sekali tamatnyaaaaaa
anonim
Ruby ternyata sudah di selamatkan dan kini berada di rumah sakit dalam perawatan. Berarti Ruby mengkonsumsi obat anti depresan lagi setelah di campakkan Ha Joon karena peristiwa berpasangan dengan Daniel ketika shooting iklan.
anonim
semoga Ruby aman dari amukan si jago merah. Ruby baru berduka atas musibah perkawinannya dengan Ha Joon yang sedang tidak baik-baik saja - kini mendapat musibah kebakaran di apartemennya.
anonim
Ruby - harusnya kok paksa peluk Ha Joon - seberapa dia berontak tetap peluk - kuat gak badanmu ketika Ha Joon tetap berontak
anonim
baguslah Jin Young menghubungi Ruby.
Ruby kurang sat set menjelaskan masa lalunya - jadi Ha Joon sangat kecewa
anonim
ya memang kau bodoh Ribyỳ
anonim
salah paham terus ini Ha Joon - Ruby bodoh bodoh bodoh dan bodoh tidak segera jujur kepada Ga Joon apa yang pernah terjadi
anonim
akhirnya perjelahian terjadi - biar puas tersalurkan rasa sakit Ha Joon yang sudah mendarah daging marasuk ke tulang - hajar terus Daniel - jangan kasih kendor /Facepalm/
anonim
Ruby bodoh mau menemui Daniel tanpa minta persetujuan Ha Joon yang sudah menjadi suaminya. Bodoh bin tolol ini Ruby - jelas suami masih marah malah cari masalah lagi
anonim
Ruby lebih baik kamu terus terang sama Ha Joon - bagaimana hubungan kamu sama Daniel.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!