Alan ... menikahlah dengan Delila, ku mohon! Aku sangat mencintai anakku Delila, aku paling tidak bisa terima bila dia di permalukan. Nelson Jocelyn
Saya tidak mau karena saya tidak mencintainya. Alan Hendra Winata
Maaf, maafkan aku telah menyeretmu ke dalam masalah besar ini. Delila Jocelyn
Pernikahan yang tak di inginkan itu apakah tumbuh benih-benih cinta atau hanya akan ada rasa sakit yang menjalar di antara keduanya?
Yang penasaran dengan ceritanya langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sadar Diri
"Apa Ibu pernah datang ke perusahaan tempat Alan bekerja?" tanya Delila
"Belum, tapi kata Alan perusahaan itu sangat besar dan terkenal. Alan sangat senang ketika mendapatkan tawaran untuk bekerja disana."
"Jika Ibu mau, siang ini bisa mengunjunginya. Sambil bawakan makanan kesukaan Alan," tawar Delila.
"Apa tidak mengganggu pekerjaannya?" tanya Ibu mertuanya.
"Sepertinya tidak Bu karena sebentar lagi waktunya makan siang."
"Baiklah, ayo kita berangkat. Ibu ingin melihat perusahaan yang selalu Alan banggakan itu." Jawabnya antusias.
🌷🌷🌷
Di lain tempat tampak seorang wanita yang terdiam di dalam mobil seperti biasanya. Kedua netranya menatap lurus ke depan, wanita itu tengah menunggu seorang lelaki yang sampai saat ini masih saja menjadi pemilik hatinya. Ya wanita itu adalah Luna, dia merasa senang ketika melihat mobil Alan yang terparkir di tempat biasa setiap harinya.
Itulah kebiasaan yang di lakukan Luna setiap harinya. Dia akan menunggu Alan masuk ke dalam mobil dan mengikutinya dari belakang. Namun di persimpangan jalan mobil Alan belok ke arah kiri, tempat dimana Alan tinggal sekarang yang berada di daerah xx Jakarta Pusat. Sedangkan Luna berbelok ke arah lain yang menjadi tujuan berikutnya.
Luna merasa puas walau melihat Alan hanya sekilas saja. Dan hal itu cukup membuatnya untuk mengobati rasa rindunya pada Alan.
Tak hentinya Luna terus mengamati, hingga dia menangkap sosok dua orang yang begitu familiar tengah berjalan dan bergandengan tangan memasuki gedung tinggi yang ada di hadapannya.
Dua wanita itu tak lain adalah Delila dan Ibu mertuanya. Mereka terlihat sedang berbicara dengan begitu akrabnya. Sementara di balik kemudi setirnya wajah Luna memerah serta kedua tangannya mengepal. Hingga buku-buku jemarinya memutih karena menahan sebuah amarah.
"Dasar wanita cacat, pintar sekali dia berakting! Pasti dia berakting dengan wajah yang sangat menyedihkan hingga si tua bangka itu tertipu dengan mudahnya," geram Luna yang penuh emosi.
"Sialan ... sialan ... sialan!" maki Luna sembari memukul kemudi setirnya.
Di dalam gedung perusahaan, Delila menanyakan keberadaan suaminya itu pada resepsionis. Delila sengaja tak memberitahu Alan akan kedatangan Ibunya. Dia ingin hal ini menjadi sebuah kejutan.
Setelah itu Delila mengantar Ibu mertuanya menuju ke ruangan Alan. Tapi dia tak menemani Ibunya untuk menemui Alan. Dia memilih untuk menunggu di sebuah sofa di peruntukkan untuk tamu yang berada tak jauh dari ruangan suaminya.
"Kenapa duduk disini? Ayo ikut Ibu menemui Alan," tanya Ibu mertuanya sedikit heran.
"Tidak apa-apa Bu. Lebih baik Ibu saja yang menemuinya," jawab Delila berusaha tersenyum yang menutupi kesedihannya itu. Dia tak ingin Ibu mertuanya tahu tentang apa yang dia pikirkan saat ini.
"Tapi kenapa kamu tidak mau ikut menemui suamimu?" tanya Ibu mertuanya lagi.
Delila memejamkan mata sembari menarik nafas dalam-dalam sebelum dia menjawab pertanyaan Ibu mertuanya.
"A- aku tak ingin mempermalukan Alan Bu," jawab Delila dengan bibir yang bergetar.
Ibu mertuanya hanya diam dengan menatap Delila dengan tatapan tak mengerti apa yang Delila ucapkan.
"Ibu, lihatlah aku ... aku tak ingin Alan merasa malu karena memiliki istri seperti aku," jelas Delila sembari menunjuk kakinya yang tidak sempurna.
Bola matanya mengembun menahan tangis ketika dia mengucapkan hal itu. Kemudian Delila menutup kembali kakinya dengan kain rok panjang yang dia kenakan saat ini.
Ibu mertuanya menarik nafas dalam sebelum akhirnya sang ibu duduk tepat di sebelah menantunya itu.
Suasana berubah jadi hening beberapa saat hingga Ibu Alan mulai bicara.
"Delila, perlu kamu tahu Ibu bukanlah seseorang yang suka basa-basi atau mengatakan hal manis untuk membuat seseorang merasa lebih baik." Ucapnya yang membuka percakapan.
"Sudah jadi kebiasaan atau memang begitulah sifat dasar manusia yang akan melihat seseorang pertama kali dari fisiknya. Terlebih lelaki ketika melihat wanita memang seperti itu. Tapi ... tak sedikit juga orang yang melihat seseorang melalui hati mereka dan ini memerlukan waktu karena bisa melihat dengan hati harus mengenal orang itu terlebih dahulu." Jelasnya perlahan.
"Namun bagi Ibu yang baru mengenal kamu beberapa hari terakhir ini saja sedikit banyak bisa tahu bahwa kamu seorang wanita yang baik dan tulus. Sehingga bagi Ibu kamu adalah seorang wanita yang sempurna. Dan Ibu sangat yakin kalau Alan merasakan hal yang sama tentangmu."
Delila tersentak mendengar ucapan Ibu mertuanya, detik selanjutnya pertahanan nya pun runtuh. Dia tak bisa lagi menahan air bening yang menggenang di pelupuk matanya. Detik itu juga air mata bercucuran membasahi wajah cantiknya dan secepat kilat Delila menghapus air matanya dengan punggung matanya.
"Apa Alan pernah berbuat kasar atau menyinggung perasaan kamu?" tanya Ibu mertuanya dengan hati-hati.
Delila menggelengkan kepalanya sebagai jawabannya dan membuat Ibu Alan merasa lega karena tahu jawaban dari pertanyaannya.
"Kamu tenang Delila. Jika dia melakukan hal itu, jika dia berani menyakiti kamu maka Ibu sendiri yang akan menghukumnya. Ibu akan jewer dia," ucap Ibu Alan dengan mimik wajah yang serius.
Delila tertawa mendengar itu dan begitu juga dengan Ibu mertuanya.
"Sesungguhnya tak ada yang salah darimu, Delila. Kamu memiliki 2 kaki yang dapat berjalan maka bersyukurlah atasnya karena masih banyak orang lain yang tidak seberuntung dirimu," ucap Ibu Alan sembari memberikan usapan-usapan halus di punggung menantunya itu. Dan Delila menganggukkan kepalanya pelan sebagai tanda mengerti dari apa yang Ibu mertuanya ucapkan.
"Tetaplah ingat apa yang Ibu katakan ini. Tak ada yang salah dari dirimu Delila, jika seseorang memandangmu dengan merendahkan maka kesalahan ada padanya." Ucapnya lagi berusaha menghibur menantunya itu.
"Terimakasih Ibu," ucap Delila sembari memeluk erat Ibu mertuanya. Meskipun kaku, dia tetap membalas pelukan menantunya.
"Loh, lagi pada ngapain disini?" tanya Alan yang tampak terkejut dan kini telah berdiri di hadapan keduanya.
"Ibu ingin memberikan kejutan padamu, Nak tapi kita tersesat ketika mencari ruanganmu," jawab Ibu Alan. Tak mungkin dia menceritakan hal sebenarnya yang baru saja terjadi.
"Kamu lupa ya ... kan aku dulu pernah kasih tahu, kalau kamu kangen bisa datang kapan saja di ruangan aku lantai 7 belok ...." Tiba-tiba Alan menghentikan ucapannya ketika sadar bahwa apa yang dia ucapkan itu dulu bukan pada Delila tapi pada wanita lain yang kini telah meninggalkannya. Wanita yang lebih memilih datang ke apartemen atau kantor laki-laki lain yang kini jadi kekasihnya.
Alan pun tersenyum kecut mengingat itu semua. Dia juga merasakan sakit karena Luna dan merasa tak enak hati pada Delila. Walau bagaimanapun Alan takut Delila merasakan sakit dengan apa yang telah di ucapkan barusan. Dan ternyata apa yang Alan pikirkan benar adanya. Delila merasakan ngilu di hati ketika mendengar apa yang Alan ucapkan, dia hanya tersenyum masam menanggapinya. Entah kenapa hatinya tiba-tiba merasakan ... cemburu? Delila menggelengkan kepalanya berusaha menepis semua rasa yang menggelitik hatinya saat ini.
.
.
.
🌷Bersambung🌷
Cerita cinta setelah pernikahan dimana keduanya sama-sama terluka oleh orang yang mereka cintai. Ngebayangin diposisi Alan dan Delila pasti rasanya enggak mudah untuk mereka menerima satu sama lain.
Meski perlahan sekarang hubungan mereka mulai membaik, tetapi komunikasi dan pikiran mereka terhadap masa lalu yang membuat semuanya jadi rumit.
Apalagi masa lalu yang justru nggak terima atas kebersamaan Alan dan Delila, semoga enggak jadi penghalang untuk hubungan mereka kedepannya.
Semoga Alan dan Delila dapat saling mencintai, tanpa terikat oleh masa lalu.
Bahagia selalu untuk mereka, juga tanpa adanya kontrak yang terikat😊😊
Semangat untuk Kakak.
Semangat untuk nulisnya, jaga kesehatan, dan sukses selalu💪💪❤️❤️🥰😘
Hanya masalahnya sekarang ....😔
suger Daddy
Ngapain nyari-nyari Delila?😒