Dorongan menikah karena sudah mencapai usia 32 tahun demi menghilangkan cap perawan tua, Alena dijodohkan dengan Mahendra yang seorang duda, anak dari sahabat Ibunya.
Setelah pernikahan, ia menemukan suaminya diduga pecinta sesama jenis.
✅️UPDATE SETIAP HARI
🩴NO BOOM LIKE 🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Digital, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Tatapan Alena yang semula kosong langsung berubah dalam sekejap, ia mengepal kedua tangannya dan menatap tajam pada orang yang ada di pintu kamarnya.
"Ali..."
Ali berjalan mendekati Alena.
"Len, kamu baik-baik aja?" tanya Ali, ia menghentikan langkahnya dan berdiri di depan Alena.
"Puas?!"
"Len, aku kesini nggak ada maksud-"
"Udah puas belum lihat Mamaku meninggal? Ini yang kamu mau? Ngehancurin hidupku!"
Ali mencoba menyentuh pundak Alena namun langsung di tepis dengan cepat.
"Gak usah sentuh-sentuh, ya! Kamu yang bikin Mama aku pergi selamanya!"
Rahang Alena mengeras, matanya kembali menyiratkan kemarahan besar.
"Aku benci banget sama kamu, Ali. Dua kali loh! Dua kali hidupku hancur gara-gara kamu. Mau kamu apa sih?! Kataku tuh kamu jauh-jauh aja dari hidupku, nggak usah nongol di depan aku!"
"Len, dengerin aku dulu."
"Dengerin apa? Dengerin omong kosong dari mulut buaya kamu itu, hah?! Kamu mau tanggung jawab kan?"
Ali spontan mengangguk dengan cepat.
"Iya, aku mau tanggung jawab, Len."
Alena mengangguk beberapa kali dengan senyum sinisnya.
"BIKIN MAMA AKU BALIK KESINI! SEKARANG! BISA NGGAK?"
Ali menitikkan air mata, ia kembali bersimpuh di kaki Alena.
"Aku nggak tau gimana caranya bikin kamu percaya sama aku, Len. Hiks. Kali ini aku bener-bener sadar dan nyesel karena udah ninggalin kamu dulu. Setelah pertemuan kita yang pertama kali dengan status baru, hatiku nggak pernah tenang, Len. Sejak hari itu aku pengen kita perbaiki lagi."
Alena tertawa kecil.
"Gila. Kalau kamu mau tanggung jawab beneran, balikin Mama ke aku. Kalau kamu nggak bisa ngelakuin itu, jangan harap aku sudi liat muka kamu."
"Kasih aku kesempatan, Len. Aku janji bakal perbaiki hubungan kita yang udah hancur. Aku janji gak bakalan bikin kamu ngerasa sendiri lagi, Len. Aku janji semua itu. Kasih tau aku, apa yang harus aku lakuin supaya kamu mau kasih kesempatan buat percaya lagi sama aku."
Ali masih memohon dan menangis tersedu-sedu dan berharap maaf dari Alena.
"Balikin Mama aku,"
Ali menggeleng sambil menyeka air matanya.
"Len, aku mohon."
"Budek ya?! Udah deh sana keluar. Jangan bikin aku naik darah." Alena mendorong bahu Ahen.
"Alena..."
Alena menghela napas kasar, ia pun memilih keluar dari kamarnya karena muak melihat tangisan Ali. Saat keluar dari kamar, ia dikejutkan dengan keberadaan Ahen yang berdiri di balik tembok kamar Alena.
"Maksud kamu apa? Kenapa bawa-bawa adikmu?!" tanya Alena dengan kesal karena masih tersulut emosi.
"Tapi cara ini berhasil, kan? Kamu mau ngomong sama dia dan akhirnya sekarang kamu ngomong sama aku." Ahen berdiri tegak dan melangkah pergi berlalu meninggalkan Alena.
Alena mengusap kasar wajahnya.
"Apa-apaan coba?!"
Alena menyusul Ahen, ia membuntuti Ahen sampai di taman bunga yang ada di belakang rumah. Alena menghentikan langkahnya karena teringat larangan Ahen kepadanya untuk tidak mendekati area tersebut.
Ia menelan ludah dan menerobos pergi ke taman kecil itu untuk menyusul Ahen.
"Ahen." panggil Alena.
Ahen menoleh ke belakang.
"Kamu lupa satu larangan di rumah ini?" tanya Ahen.
Alih-alih menggubris pertanyaan Ahen, Alena justru bicara topik lain.
"Maksud kamu apa, Ahen? Apa-apaan kok melibatkan adikmu? Aku nggak ada urusan ya sama dia." tanya Alena dengan mata agak melotot.
"Kenapa? Harusnya kamu seneng sih bisa ketemu dia di rumah ini dalam keadaan ada suamimu."
Napas Alena tidak lagi teratur.
"Maksudnya?!" tanya Alena yang kebingungan.
"Coba malam ini Adik kesayanganku itu tidak kesini, mungkin sekarang kamu masih ogah buka suara, ogah membuka mulut malah."
"Gak usah bertele-tele ya! Jelasin maksud kamu apaan!"
"Len..." terdengar suara Ali di belakang mereka berdua.
Ahen dan Ali menoleh, mereka melihat Ali membawa sebilah pisau dapur.
"Apa?!" tanya Alena dengan ketus.
"Kalau kamu nggak mau kasih aku kesempatan berarti lukamu sedalam itu. Aku rela kamu kasih aku luka pakai pisau ini."
Ali berjalan mendekati Ahen dan Alena, ia menyodorkan pisau ditangannya kepada Alena.
"Ali?!" Ahen tersentak dan hendak mencegahnya.
"Mas, ini urusanku sama Alena."
Alena mengambil pisau di tangan Ali dan menodongkannya pisau itu di depan wajah Ali.
"Sekalipun kamu menebus kesalahanmu pakai nyawamu, lukaku akan tetap ada."
Bukannya takut, Ali maju dan kini ujung pisau itu sudah menempel di dagunya.
"Bebaskan aku dari rasa bersalah ini, Len." pinta Ali dengan mata yang masih sembab.
Alena dengan ekspresi datar sedikit menekan pisau itu, Ali memejamkan mata saat merasakan ujung pisau itu telah melukai kulit di dagunya.
"Alena!"
Ahen langsung merebut pisau itu dari tangan Alena.
"Kamu sadar nggak?!" tanya Ahen.
"Sadar, kok. Dia kan yang minta sendiri?" jawab Alena sambil tersenyum sinis.
"Aku minta dia kesini bukan untuk penghilangan nyawa, Alena."
Alena tertawa kecil.
"Terus apa?"
Ahen memilih bungkam, ia menarik Alena juga Ali pergi dari sana.
"Ali, pulanglah. Kita bicara lagi besok." pinta Ahen sambil meletakkan pisau di dapur.
"Mas?!"
"Ali, jangan ngelawan. Terimakasih udah mau datang kesini."
Ahen membukakan pintu untuk Ali, Ali pun tidak bisa melawan dan menuruti perintah kakaknya. Alena menyaksikan sendiri seberapa patuhnya Ali pada kakaknya itu.
"Mau kamu apa sih, Ahen?" tanya Alena.
"Apa-apaan melibatkan Ali adikmu itu." lanjutnya.
"Semua sesuai dugaanku, Alena." jawab Ahen yang masih enggan memberi tahu alasan sebenarnya.
Ahen berlalu pergi meninggalkan Alena yang masih berdiri di tempatnya.
Keesokan paginya, Ahen masuk ke kamar Alena sambil membawa nampan berisi makanan dan minuman untuk Alena.
"Makanlah, jangan sampai sakit."
Setelah itu Ahen langsung keluar dari kamar Alena tanpa melihat ataupun mendengar respon Alena bagaimana.
Malam harinya sepulang bekerja, Ahen masuk ke kamar Alena dan melihat Alena sudah tertidur pulas. Ahen duduk di sofa yang ada di sudut kamar sambil memandangi Alena yang sesekali mendengkur pelan.
"Dari awal hubungan ini sudah salah." gumamnya pelan.
Saat tengah sibuk dengan isi pikirannya, Ahen dibuat kaget saat Alena tiba-tiba bangun dengan napas yang tidak beraturan, ia nampak ketakutan.
Ahen langsung duduk di sebelah Alena, Alena ketakutan sambil melihat sekelilingnya, Ahen menarik Alena ke dalam pelukannya dan dalam pelukan Ahen, Alena pun menumpahkan air matanya.
"Mama, hiks..."
Ahen mengusap pelan punggung Alena.
"Tadi aku liat Mama disini."
"Cuma mimpi, kok." ucap Ahen menenangkan Alena.
Perlahan Alena kembali terlelap, Ahen dengan gerakan pelan turun dari tempat tidur dan pergi dari kamar Alena. Tanpa Ahen sadari, Alena dengan mata setengah terbuka melihat Ahen yang berjalan keluar kamar.
"Ahen..."
Suami istri ❎
Tom n Jerry✅