Bagian pertama dari Kembar Pratomo Generasi Ke Delapan
Mandasari Pratomo, putri bungsu jaksa penuntut umum New York, Adrianto Pratomo, tidak menyangka pria yang dikiranya hendak melecehkan dirinya, ternyata hendak menolong. Ditambah, pria itu adalah anggota kopassus yang sedang pendidikan di Amerika dan Mandasari menghajar pria itu hingga keduanya masuk sel. Wirasana Gardapati tidak habis pikir ada gadis yang bar-bar nya nauzubillah dan berdarah Jawa. Akibat dari kasus ini pihak kopassus harus berhadapan dengan keluarga Pratomo. Namun dari ini juga, keduanya jadi dekat.
Generasi ke delapan Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mr Soldier is Mine
Santi menatap tajam ke arah Mandasari yang hanya memasang wajah datar. Gadis itu tampak ingin memukul Mandasari namun dia tahu kalau dirinya harus bermain cantik dan tidak melakukan kesalahan lagi. Sudah cukup dia mempermalukan diri tadi dan sekarang Santi harus berhati-hati karena demi bisa menarik hati Herdiani dan Wira lagi.
"Dengar, don't ever try to fight me, because you're not my level ( jangan coba melawan aku karena kamu bukan level aku)!" ucap Mandasari sambil berjalan ke arah Santi. "FYI, that Mr Soldier is mine. Paham kan? Jadi kalau kamu mau ambil, lakukan dengan fair. Lagipula kalau mas Wira suka sama kamu, sudah dari dulu kamu dipacari kan?"
Santi menatap penuh kebencian.
"Benar atau benar, Mbak Santi?" senyum Mandasari. "Kalau begitu, aku permisi dulu." Mandasari berjalan dengan dagu sedikit terangkat melewati Santi.
Santi menatap belakang kepala Mandasari dan rasanya dia ingin memukul kepala gadis itu. Entah feeling atau tidak, tiba-tiba Mandasari berbalik.
"Bagaimana jika kamu masih penasaran soal Mas Wira, berjuang dengan fair untuk merebut perhatian dia? Siapa yang akan dipilih. Tapi, harus dengan kemampuan sendiri. Jangan cinta ditolak dukun bertindak. Jangan ya dek ya ... itu tidak patut, zheyenk. Semua harus dengan kemampuan sendiri. Tunjukkan kelebihan kamu dan jika kamu pakai dukun, berat say. Pikirkanlah, itu musyrik, menyekutukan Allah. Kalau memang kamu ada banyak kelebihan, ya kasih tunjuk ke Wira. Tapi harus jujur ya ? Tidak usah soal kekayaan, kamu tidak akan bisa bersaing tapi personality kamu. Gitu ya mbak Santi." Mandasari tersenyum manis lalu berbalik dan meninggalkan Santi.
Memangnya siapa dia! Main atur-atur!
***
Mandasari berjalan sambil melamun. "Lha gue kok macam pelakor yang lebih galak dari bini sah? Nak macam pula ini? Eh, tapi gue kan bukan pelakor ... Pan si Wiro Sableng juga masih jomblowan plus doi kan sudah nembung ke Bokap. Berarti gue bukan pelakor dong tapi pelaku pematenan hak milik ... Tunggu. kalau diangkat ... PPHM ..."
BUGH!
"Aduuuhh jidat gue benjol, cumiii!" pekik Mandasari karena menabrak seseorang akibat ngedumel sendiri.
"Coba, mana yang benjol?" tanya pria itu sambil memeluk Mandasari. "Sini, aku cium."
Mandasari tersenyum saat Wira mencium keningnya.
"Ini hilang benjolnya, tapi malah jadi nonong? Addduuuhhhh!" Wira menjerit kesakitan karena kena cubit Mandasari di pinggangnya.
"Tidak usah diperjelas, bold, underlined dan miring! Jidat gue memang nonong dari brojol! Emak gue udah coba memberikan segala cara agar tidak nonong tapi tidak ada yang berhasil!" cebik Mandasari. "Lha kamu ngapain kemari Wiro Sableng?"
"Aku bingung kok kamu lama di kamar mandi. Kirain bertapa," jawab Wira sambil melepaskan pelukannya dan menggandeng tangan Mandasari. "Lagipula, adikmu sudah ribut pengen jalan-jalan lagi."
"Tadi ada kendala sedikit di kamar mandi," jawab Mandasari. "Biasa, kerannya agak susah diputar."
"Oh masa? Biar nanti pak Surip yang periksa. Dia kan bagian maintenance."
Wira mengajak Mandasari kembali ke ruang VIP tanpa tahu ada yang menatap tajam ke arah mereka berdua.
Santi keluar dari toilet restauran dan tersenyum smirk. "Kamu kira aku akan mendengarkan kata-kata kamu? Tidak Sari. Tidak boleh ada yang menggagalkan rencana aku!"
***
"Jeruk Mandarin! Lama amat di kamar mandi!" omel Oscar.
"Sabar Kadal ! Gue itu lagi cari dukun buat ruqyah elu di Bengawan Solo nanti malam!" jawab Mandasari cuek.
"Itu gimana konsepnya? Dukun tapi ruqyah?" gumam Mavendra bingung sendiri dengan kakaknya.
"Intinya, kamu itu mau kemana?" tanya Wira ke Mavendra.
"Kuliner lah!"
Mandasari menggelengkan kepalanya. "Heh, Vendra, elu itu habis nasi dua piring, satu ayam goreng, satu nila goreng, satu potong terong goreng, trancam satu piring sendiri, dua es teh sama lima tempe tahu. Kurang?" pendelik Mandasari.
Mavendra melongo. "Kok ya apal tadi gue maem apa saja sih."
Herdiani cekikikan melihat keributan kakak beradik itu. "Tapi Vendra kan anak laki, Sari. Wajar lah..."
"Nah tuh! Benar kata Bu Herdiani. Aku anak laki-laki yang masih masa pertumbuhan keatas bukan ke samping atau ke depan. Ngunu lho mbak," seringai Mavendra dengan wajah usil khasnya.
"Seneng ada yang belain," cebik Mandasari sambil menyipitkan matanya.
Herdiani tertawa. Biarpun anak sultan tapi soal ribut antar saudara, tetap saja sama.
***
Wira akhirnya ikut menemani pasukan New York dan mereka pun hunting kuliner di Solo. Membeli es putar dekat rumah sakit Kasih Ibu, serabi Notosuman, pasar Gede mencari dawet, cabuk rambak, dimsum. Mandasari dilarang Wira membeli ayam goreng disana karena nanti akan makan malam ke gudeg mbak Yus. Mavendra langsung bersemangat karena di matanya, semua makanan murah dan enak plus habisnya tidak sampai seratus dollar!
***
Sementara Wira pergi, Herdiani ke ruang kerjanya dan tak lama Santi pun mengetuk pintu ruang kerja Bossnya itu. Setelah Herdiani memberikan ijin, baru Santi masuk.
"Selamat siang Bu," sapa Santi sopan seperti biasanya.
"Siang Santi. Tutup pintunya dan duduk."
Santi pun menutup pintu lalu duduk di kursi yang sudah tersedia depan meja kerja Herdiani.
"Santi, kamu itu ikut ibu sudah lama dan biasanya tidak kamu punya sopan santun. Kenapa tadi kamu main selonong saja masuk ke dalam ruang VIP? Jangan karena rasa cemburu membutakan manner kamu! Jujur ibu tidak suka!" ucap Herdiani pelan namun tegas.
"Iya Bu. Saya tadi terlalu terkejut karena gadis itu datang ke Solo. Saya ingin tahu seperti apa ... Dan ternyata sombong sekali! Dia dengan arogannya menghina saya Bu!" adu Santi.
"Kapan kamu ketemu dengan Mandasari?" tanya Herdiani bingung.
"Tadi saat saya mau ke toilet. Dia sombong sekali bahkan melihat saya seperti ... Sebuah debu. Apa ibu tidak tahu? Yakin ibu dan mas Wira tidak tahu?" Santi menatap dengan wajah polos ke Herdiani.
Masa Sari seperti itu? Tapi Sari bilang, dia tidak akan menyenggol jika tidak disenggol. Apa Santi yang mulai duluan lalu membuat Sari tidak suka? - batin Herdiani.
"Apakah benar begitu?" tanya Herdiani berlagak terkejut.
"Iya Bu. Sayang, di kamar mandi tidak ada CCTV nya. Ibu bisa melihat gayanya yang arogan bahkan dia menabrak saya saat hendak pergi."
Herdiani mengernyitkan dahinya. Masa Sari begitu?
***
Sementara itu di toko Abon Mesran, Mandasari merasa hawa dingin menyelimuti tengkuk lehernya. Rasanya ada yang aneh membuat dirinya merasa hhhiiiihhh.
"Kamu kenapa?" tanya Oscar melihat Mandasari seperti merinding.
"Ada setan lewat kayaknya ...." Mandasari menyeringai membuat Oscar bergidik.
"Lu jangan horror nape?" ucap Oscar sebal.
Mandasari cekikikan.
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
plisssssssssssssss
lagian d jamin itu setannya juga bakalan lari d bawah ketiaknya eyang Surti..
cba mnta bntuan shea aja,biar ada lwan'nya.....ya kali msti ngelwan yg gaib....