NovelToon NovelToon
Theresia & Bhaskar

Theresia & Bhaskar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / Keluarga / Romansa
Popularitas:611
Nilai: 5
Nama Author: Elok Dwi Anjani

Menyukai Theresia yang sering tidak dianggap dalam keluarga gadis itu, sementara Bhaskar sendiri belum melupakan masa lalunya. Pikiran Bhaskar selalu terbayang-bayang gadis di masa lalunya. Kemudian kini ia mendekati Theresia. Alasannya cukup sederhana, karena gadis itu mirip dengan cinta pertamanya di masa lalu.

"Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Aku yang bodoh telah menyamakan dia dengan masa laluku yang jelas-jelas bukan masa depanku."
_Bhaskara Jasver_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elok Dwi Anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keberangkatan

Bunda langsung terkejut saat membuka pintu yang menampilkan wajah sedih Theresia dengan bekas air mata serta koper yang gadis itu bawa di sebelahnya. Erga juga menundukkan kepalanya karena tidak ingin menatap Bundanya yang akan menanyakan perihal apa yang membuat mereka seperti ini. Bahkan mereka berdua masih menggunakan seragam sekolah.

"Kamu kenapa, Re?" tanya Bunda yang mengangkat kepala Theresia.

Bukannya menjawab, gadis itu langsung memeluk Bunda dengan suara tangisan yang pecah saat itu juga. Ia menangis sesenggukan sambil mempererat pelukannya.

Bunda pun membalas pelukan Theresia sebentar dan melepasnya karena tidak ingin berlama-lama di luar rumah dengan kondisi seperti ini. Wanita itu merangkul pundak Theresia dengan membawanya ke kamar, sementara Erga duduk di ruang tamu dengan melamun.

"Kamu ganti dulu ya? Abis gitu istirahat," pinta Bunda yang di jawab Theresia dengan anggukan kepala.

Setelah dari kamar, Bunda menghampiri Erga dan duduk di sebelah putranya untuk meminta penjelasan.

"Ada apa? Kenapa There bisa kayak gitu?"

Erga menghela napasnya panjang dan mulai bercerita dari awal mereka masuk rumah hingga Linsi yang membentak Theresia agar keluar dari rumah. Bunda yang mendengarnya pun langsung terkejut, apalagi suami saudaranya meminta perceraian juga.

"Aku juga bilang kalau jangan temuin aku, There, apalagi Bunda lagi."

"Tapi mereka masih keluarga kamu, Ga."

"Tapi mereka nggak menganggap kita keluarga, Bun. Bunda tahu sendiri setiap kita datang ke sana selalu tidak dianggap."

"Jadi? Sekarang yang tersisa cuman kita? Bertiga? Nggak ada keluarga lainnya?" Erga mengangguk.

"Lagian kita nggak pernah minta belas kasihan mereka, aku yakin kita bisa hidup sendiri dengan apa yang tersisa. Peninggalan ayah juga masih banyak untuk kebutuhan kita."

"Kalau itu pilihan terbaiknya. Oke, kita jalani dari apa yang masih ada."

"Besok aku nganterin There ke stasiun kereta pagi-pagi sama Bhaskar. Bunda doain biar There lancar dan menang di sana."

Wanita itu mengangguk dan menarik kepala putranya ke pundak untuk dielus. "Kamu persis ayah kamu, Ga."

...••••...

"Ngapain lo telpon gua pagi-pagi buta? Emang mau nganterin There di jam segini? Ganggu orang tidur aja lo." Bhaskar melirik jam di kamarnya yang menunjukkan pukul tiga lewat lima.

"Lo jemput There ke rumah gua. Nanti gua sherlok," jawab Erga.

Mata Bhaskar yang mengantuk langsung terbuka mendengar ucapan Erga. "Ha? Ke rumah lo? Kenapa There nginap di rumah lo?"

Bukannya menjawab, Erga justru langsung menutup panggilannya.

Saat cahaya matahari mulai terlihat, Theresia dan Erga sarapan dengan Bunda sebelum berangkat sambil menunggu kedatangan Bhaskar.

"Kamu nggak pulang sampai besok, di sana hati-hati ya?" tanya Bunda yang sudah selesai makan.

"Iya, Tan. Dan... makasih untuk semuanya."

"Nggak apa-apa, kalau ada apa-apa bilang aja. Kita kan keluarga."

Erga tersenyum tipis mendengar ucapan Bundanya yang terdengar sangat hangat. Wanita itu juga mengelus rambut Theresia dengan lembut.

Tidak berselang lama, suara ketukan pintu membuat Theresia menyahut tasnya di meja dan mengikuti Erga yang menyalami Bunda terlebih dahulu di depan. Bhaskar yang sampai juga menyalami wanita itu dengan tersenyum ramah.

"Hati-hati ya?"

Putranya memberikan jempol kepada Bundanya dan melambaikan tangannya saat keluar dari pekarangan rumah.

Di perjalanan, Theresia hanya melamun dengan melihat jalanan yang tidak terlalu ramai. Sementara Bhaskar ingin tahu alasan Theresia menginap di rumah Erga.

"Kenapa lo nginap di rumah Erga, Re?" tanya Bhaskar yang membuat Erga melirik Theresia.

"Wah! Bagus juga mobil lo ya, Bhas. Nggak nyicil kan ini?" sahut Erga yang seolah-olah memperhatikan mobil Bhaskar.

"Paan sih, gaje."

Walaupun Bhaskar berbicara seperti itu, tetapi Erga bernapas lega karena Bhaskar tidak melanjutkan pertanyaannya kepada Theresia. Gadis itu terlihat tidak mood sejak tadi dan jika ditanyakan Bhaskar seperti itu lagi. Maka akan membuat mood Theresia semakin hancur.

Kedua laki-laki itu memang sangat perhatian kepada Theresia, namun memiliki sisi lain dari dirinya. Seperti Erga yang lemah dulunya, dan Bhaskar yang yang memiliki ketakutan karena masa lalunya.

"Re!" panggil seseorang yang terlalu jauh dari posisi Theresia. Baru saja Theresia sampai, sudah langsung disapa dengan seseorang yang siap sedia.

Theresia yang tahu itu Bu Rifa langsung menatap Bhaskar dan Erga. "Makasih udah anterin gua, gua duluan ya?"

Erga menganggukkan kepalanya dan akan mengelus rambut Theresia. Tetapi itu juga dilakukan Bhaskar yang menyebabkan kedua laki-laki itu melakukan hal yang sama kepada gadis itu.

"Nggak usah ikut-ikutan lo," ujar Erga yang tidak suka. Akan tetapi, Bhaskar tidak memperdulikannya dan tetap mengelus rambut Theresia dengan tersenyum tipis ke arah gadis itu.

"Hati-hati, jaga diri lo," ucap Bhaskar yang dijawab anggukan kepala.

Gadis itu pun menjauh dari pandangan Bhaskar dan Erga yang menatapnya. Mungkin akan terasa aneh jika tidak ada Theresia karena mereka sudah terbiasa dengan keberadaannya.

"Gua ramal There menang," kata Erga yang berbalik untuk kembali.

"Kayak dukun lo, tapi semoga aja menang," balas Bhaskar yang mengikuti laki-laki itu.

Di sisi lain, Theresia baru saja duduk di kereta dengan Bu Rifa di sebelahnya. Tampak wanita itu kelelahan karena matanya yang sayu seperti seseorang yang mengantuk.

"Bu Rifa kenapa?" tanya Theresia.

"Nggak apa-apa, semalam anak ibu nangis terus karena tahu mau ditinggal pergi dua hari. Jadinya harus memanjakan dulu sebelum ditinggal, tadi aja dia masih tidur dan ibu keluar diam-diam."

Theresia langsung paham dengan perasaan Bu Rifa sebagai seorang ibu dari anaknya. Meskipun Theresia tidak pernah merasakan kelembutan seorang ibu, tetapi ia paham perasaan seorang ibu pada anaknya di kehidupan orang lain.

...••••...

Seusai kelelahan di perjalanan kereta dan harus menaikkan taksi dulu ke penginapan. Bu Rifa sangat antusias membawa tas yang berisikan peralatan dan perlengkapan melukis untuk muridnya. Bahkan saat Theresia akan membantunya, beliau selalu menjawab dengan gelengan kepala dan mengucapkan bahwa Bu Rifa bisa melakukannya agar bukan Theresia yang kelelahan.

"Lombanya dimulai jam satu, masih ada waktu satu jam setengah lagi. Kamu bisa istirahat di kasur, saya mau telpon suami dulu."

Wanita itu keluar dari kamar sementara Theresia menatap langit biru dari balkon penginapan. Jika dipikir-pikir, Bu Rifa sangat bersemangat karena beliau masih guru baru yang ingin menunjukkan bahwa beliau dapat membimbing muridnya menjadi seorang juara hingga mengikuti perlombaan yang jauh dari tempat asalnya.

Tiba-tiba ponsel Theresia berdering lama yang menandakan ada panggilan yang masuk. Ternyata Bhaskar yang ingin melakukan vidio call bersamanya dan entah kenapa dada Theresia langsung berdegup kencang padahal biasanya saat bertemu secara langsung biasa saja.

Namun dugaannya salah, yang ditampilkan setelah ia menerimanya malah wajah Erga yang memenuhi layar. Itu membuat Theresia terkejut lalu tertawa karena wajah Erga yang lucu.

"Minggir kek, itu hape gua, bagi napa sama pemiliknya. Dan nggak usah deket-deket kamera."

Kini Theresia bisa melihat pertengkaran mereka secara virtual yang membuat ia merindukan keduanya. Padahal tadi pagi mereka mengantarnya berangkat tetapi ia sudah merindukan mereka saat di rasa jaraknya jauh.

"Iya-iya, nih." Tampilannya sekarang berganti pada Bhaskar yang menyugar rambutnya di depan kamera.

"Dih, sok kegantengan lagi," ucap Erga yang kembali menyahut ponsel Bhaskar namun pemiliknya menolaknya yang membuat tampilan layar ponsel Theresia hanya bahu mereka yang kesana-kemari karena memperebutkan ponsel Bhaskar.

Pertengkaran keduanya membuat Theresia tertawa yang dapat Erga dan Bhaskar dengar di sana. Itu mungkin sudah cukup untuk menghibur Theresia yang sejak diperjalanan tadi hanya murung terus-terusan dengan memasang wajah datar.

Kedua laki-laki itu yang mendengarnya juga langsung tersenyum melihat tampilan Theresia yang tertawa di ponsel Bhaskar.

Sebelumnya, Bhaskar mempertanyakan perihal Theresia menginap kepada gadis itu sendiri tetapi disahut oleh Erga karena terlihat Theresia sedang tidak ingin diajak bicara. Tetapi setelah kembali dari stasiun, Bhaskar menanyakan lagi kepada Erga yang langsung laki-laki itu ceritakan dengan sedih mengingat keadaan Theresia semalam.

Kini yang bisa kedua laki-laki itu lakukan adalah menghibur Theresia walaupun tidak secara langsung melainkan virtual melalui vidio call.

"Semangat ya! Gua yakin lo balik bawa piala kejuaraan," ucap Erga yang antusias.

"There pasti menang, tapi kalau urusan peringkat nilai nanti pasti gua yang menang," balas Bhaskar yang membuat Erga menjitak dahi kepala laki-laki itu.

"Lihat aja, gua yang menang." Tampak Theresia kini tersenyum dengan percaya diri di layar ponsel Bhaskar.

...••••...

...Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!