Kimi Azahra, memiliki keluarga yang lengkap. Orang tua yang sehat, kakak yang baik, juga adek yang cerdas. Ia miliki semuanya.
Namun, nyatanya itu semua belum cukup untuk Kimi. Ada dua hal yang belum bisa ia miliki. Perhatian dan kasih sayang.
Bersamaan dengan itu, Kimi bertemu dengan Ehsan. Lelaki religius yang membawa perubahan dalam diri Kimi.
Sehingga Kimi merasa begitu percaya akan cinta Tuhannya. Tetapi, semuanya tidak pernah sempurna. Ehsan justru mencintai perempuan lain. Padahal Kimi selalu menyebut nama lelaki itu disetiap doanya, berharap agar Tuhan mau menyatukan ia dan lelaki yang dicintainya.
Belum cukup dengan itu, ternyata Kimi harus menjalankan pernikahan dengan lelaki yang jauh dari ingin nya. Menjatuhkan Kimi sedemikian hebat, mengubur semua rasa harap yang sebelumnya begitu dasyat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmbunPagi25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Wewe Gombel
"Selamat datang, di Cake Castle!" sapanya.
Wanita itu tersenyum lembut yang menambah poin kecantikan nya.
"Mau order untuk dine in atau take away, Mbak?"
"Take Away!"
"Oke!"
Kimi menjelaskan beberapa menu yang tersisa di etalase kaca lalu wanita itu memilih dengan cepat.
"Tiramisu!"
"Baik, tunggu sebentar!"
Kimi sempat melirik wanita itu setelah transaksi selesai, dan wanita itu berjalan menjauh. Yang bukan nya melangkah ke pintu keluar, wanita itu justru melangkah... ke kursi pojok dekat jendela kaca itu. Membuatnya mengernyit bingung dan menatap wanita itu yang berhenti tepat di depan Arkan.
Kimi tidak dapat melihat ekspresi dari wajah wanita itu selain punggung nya yang sedikit menunduk demi bisa melihat wajah Arkan yang menunduk memainkan poselnya.
Dan dari jaraknya sekarang, Kimi bisa mendengar suara wanita itu meski samar.
"Arkana Savero, yah?"
Arkan mendongak demi bisa melihat seorang yang menyebutkan namanya. Seorang wanita yang kini melebarkan senyum hingga memperlihatkan deretan giginya.
"Eh, benar Arkan ternyata!" Ucap wanita itu girang.
Sementara Arkan justru mengeryit, mencoba mengingat wajah wanita itu, yang kini mengulurkan tanganya.
"Hai! Lama ngga ketemu."
Kimi dapat melihat interaksi itu, bahkan saat Arkan yang kini malah menatap nya seolah sedang menunggu respon darinya. Lalu kemudian mengangguk sekilas pada wanita itu, tanpa menyambut uluran tangan dari wanita itu.
Wanita itu menarik kembali tangannya yang hanya di biarkan Arkan menggantung di udara.
"Inget aku, ngga?"
Arkan menggaruk pelipisnya mencoba mengingat wanita itu. "Kita dulu teman kuliah, Ar. "
Dan untuk yang satu itu Arkan mencoba menebaknya, kedua mata Arkan menyipit saat mengingat siapa wanita itu. "Ayumi?" Tebaknya.
Wanita itu mengangguk lalu tersenyum dengan girang. "Nah... itu ingat!"
Kimi dapat melihat wanita itu yang ternyata bernama Ayumi, yang kini menarik kursi di depan Arkan lalu duduk di sana.
Ayumi bertanya hal basa basi kepada Arkan yang di jawab lelaki itu sekena nya. Setelahnya Kimi dapat melihat Arkan yang menatap ke arah nya seraya menunjuknya. Membuat Ayumi berbalik menoleh padanya. Raut wajah Ayumi menunjukan keterkejutan.
"Oh... itu istri kamu."
Kimi dapat melihat Ayumi yang melambaikan tangan nya pada Kimi, seraya tersenyum lebar. Dari jarak mereka, kimi tahu wanita itu mengucapkan kata 'Hai' tanpa suara.
Kimi hanya membalasnya dengan senyum kikuk lalu mengabaikan mereka saat kedatangan pembeli lain. Kimi tidak memerhatikan nya lagi hingga pembeli itu berlalu pergi dan suara familiar itu memenuhi pendengaran nya.
"Namanya Ayumi, temen kuliahnya Mas dulu."
Informasi dari Arkan membuatnya menaik kan kedua alisnya lalu kemudian mengangguk setela melihat ke kursi pojok sana dan menyadari Ayumi yang sudah tidak ada disana.
"Gitu, aja?" Tanya Arkan untuk suatu yang tidak Kimi mengerti.
Ia mengeryit. "Gitu, apa?" Tanya Kimi tidak mengerti.
Arkan menghela napasnya. "Kamu ngga minta penjelasan?"
Kimi tahu Arkan sedang menahan senyum nya. Sebab itulah ia pun menatap tepat di mata Arkan seraya bersedekap. "Mas, selingkuh?"
Arkan terkesiap, tidak menyangka Kimi akan berkata demikian. "Eh? Baru juga nikah. Masa udah di bilang selingkuh, aja!"
"Yaudah, ngga usah dibahas lagi. Mas." Kimi mengabaikan Arkan seraya mulai menyiapkan diri untuk pulang usai Bagas membalikan sigh board akrilik dengan tulisan 'Tutup'. mereka bisa pulang lebih awal karena kue sudah lebih dulu ludes dari jam biasanya.
"Kalian berdua pulang, bareng?" Kimi bertanya pada Maudy yang ternyata boncengan dengan Bagas. Saat mereka sudah keluar dari toko, usai Kimi mengunci pintu kaca itu dari luar. Dulu, ia juga pernah menyerahkan satu kunci untuk dipegang oleh Maudy.
"Yoi! Kita pulang duluan, yah." Jawab Maudy seraya duduk di belakang motor Bagas.
"Kalian berdua hati-hati dijalan sepi, sono! Senja begini, rawan ada hantu Wewe Gombel." Ucap Bagas mencoba menakut- nakuti. Membuat Kimi tiba-tiba merinding dan tanpa sadar menyentuh tengkuk nya yang dilapisi kerudung. Yang anehnya Arkan justru terkekeh menanggapi selorohan nya Bagas.
"Aman! Saya sering lewat sana. Wewe Gombel sudah kenal dengan saya." Ujarnya.
Bagas mengedikan bahunya. "Tapi belum pernah sungkeman, kan?"
Maudy cekikikan menyela. "Nah... kalau kalian berdua betulan ketemu, tuh. Sungkeman dulu, kasih tau kalau kalian itu pengantin baru."
"Memangnya kenapa kalau pengantin baru, Maudy?" Bagas menatap Maudy dari kaca spion.
Maudy menatapnya, "Yah, siapa tahu. Bisa nego."
Bagas menyahut, "Emang nyawa bisa dijual? Pake nego, segala." Lanjut Bagas seraya tertawa bersama Maudy. Membuat Kimi semakin geram karena ditakuti takuti.
"Kalian berdua, tuh. Yang hati-hati! Karena biasanya, yang ketiga nya itu setan!" Ujarnya membalas.
Maudy cekikikan di belakang Bagas. "Tenang aja, Kim! Setan juga mikir mau nakutin Bagas. Soalnya, nih orang kalau berak ngga cebok, dulu!.
Bagas mendelik, tidak terima. "Sembarangan! Emang lo pernah nemenin gue, berak?" Sewotnya meledak-ledak layaknya petasan Cina.
Maudy bergidik ngeri. "Ya, engga lah. Gila... aja! Cuman dengan sekali liat, muka lo. Orang lain juga pada tau, kali."
"Yee... gue turuni juga, lo tengah jalan. Baru tau rasa!" Ucap Bagas seraya menyalakan motor nya.
"Baperan, lo!"
"Kita pulang duluan, Kim. Ti-ati lo berdua!" Pamit Bagas seraya melajukan motornya.
Kimi masih bisa mendengar perdebatan antara Bagas dan Maudy saat motor itu melaju dan perlahan membawa kedua teman nya menjauh.
Ia menatap Arkan yang kini juga menatapnya dengan senyum simpul. "Ketawa aja kali, Mas. Ngga usah ditahan begitu!" Ujarnya pada Arkan saat lelaki itu melangkah menaiki motor nya.
"Siapa yang mau ketawa? Mas, maunya pulang!" Ujarnya seraya memasang helm nya.
"Yok, pulang!" Arkan menarik tangan Kimi mendekati nya lalu memasang kan helm di kepala Kimi dari atas motornya.
Wanita itu tersentak, namun tubuhnya tidak bereaksi berlebihan seperti hendak marah. Kimi hanya diam membiarkan nya untuk mengaitkan kancing helm nya, Kimi.
Untuk beberapa detik, mereka berdua sama-sama bergeming dengan posisi itu. Membuat Arkan dengan leluasa untuk menatap wajah wanita itu.
Arkan mengamati wajah Kimi yang nampak memiliki kulit yang bersih dan halus. Tampak sehat dan terawat. Juga mata dengan bentuk seperti kacang almond itu. Hidung nya kecil, terlihat pas dengan proporsi wajahnya. Dan juga... tatapan mata itu yang mengingatkan Arkan dengan gadis berambut pendek dulu.
"Sudah, selesai!" Ujar Arkan begitu sadar telah terlalu lama mengamati wajah Kimi.