NovelToon NovelToon
GODAAN RANJANG SANG SEKRETARIS

GODAAN RANJANG SANG SEKRETARIS

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintamanis / Patahhati / Cerai
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.6
Nama Author: Na_Vya

Galang Aditya Pratama—seorang pengacara ternama yang dikhianati oleh sang istri hingga bertahun-tahun lamanya. Kemudian, Cinta Amara hadir di kehidupannya sebagai sekretaris baru. Amara memiliki seorang putri, tetapi ternyata putri Amara yang bernama Kasih tak lain dan tak bukan adalah seseorang yang selama ini dicari Galang.

Lantas, siapakah sebenarnya Kasih bagi Galang?
Dan, apakah Amara akan mengetahui perasaan Galang yang sebenarnya?


###


"Beri saya kesempatan. Temani saya Amara. Jadilah obat untuk menyembuhkan luka di hati saya yang belum sepenuhnya kering. Kamulah alasan saya untuk berani mencintai seorang wanita lagi. Apakah itu belum cukup?" Galang~

"Bapak masih suami orang. Mana mungkin saya menjalin hubungan dengan milik wanita lain." Amara~


***

silakan follow me...

IG @aisyahdwinavyana

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_Vya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30~

~KAMI AKAN BERCERAI, AMARA.

###

Selepas mengantar Kasih pergi, Galang dan Amara memutuskan untuk segera pulang lantaran hari hampir malam. Suasana hati Amara masih dirundung sedih sebab kini separuh jiwanya pergi untuk berobat di luar negeri. Apalah daya, Amara tak bisa mencegah maupun menghalangi. Kesembuhan Kasih adalah yang paling penting saat ini, sedangkan mengenai kebersamaannya dengan Kasih bisa ditunda lain waktu.

"Hfuuh ...." Helaan panjang dan berat berembus dari hidung mancung Amara. Membayangkan hari-harinya kini akan terasa sepi tanpa sosok Kasih yang ceria. Amara pasti akan sangat merindukan canda tawa putrinya itu. 'Belum ada satu jam, tapi ibu udah kangen sama Kasih.' Dia membatin sambil memandangi foto Kasih di layar ponselnya.

Dalam perjalanan pulang, mobil yang dikendarai terjebak macet. Sore ini entah kenapa jalanan sangat dipadati oleh kendaraan, Galang kesal jika harus dalam situasi seperti ini. Kemacetan adalah makanan sehari-hari baginya.

"Huh! Kenapa harus macet segala? Paling males kalo macet begini." Galang menggerutu, memaki para pengendara mobil dan motor yang menghalangi jalannya. Rasanya dia ingin sekali membawa mobilnya terbang, melewati rentetan mobil yang mengular.

Di sela kekesalannya, Galang melirik sekilas Amara yang sama sekali tak bergeming sembari membatin, 'Dia terlihat sangat sedih.'

Galang paham dengan apa yang dirasakan oleh perempuan itu. Tak mudah baginya melepas Kasih pergi. Namun, sifat Amara yang selalu mementingkan kebahagiaan keponakannya, membuatnya rela berjauhan dengan Kasih.

"Terima kasih." Entah kenapa dia ingin sekali mengucapkan kalimat itu. Mengingat, dia sama sekali belum sempat mengatakannya semenjak mengetahui Amara telah merawat keponakannya.

Amara sontak memalingkan perhatiannya ke arah sumber suara yang ada di sampingnya.

"Apa?" Alisnya menaut tak mengerti lantaran fokusnya terbagi. Memandang Galang yang tersenyum hangat ke arahnya.

"Terima kasih. Saya belum sempat mengucapkan terima kasih sama kamu, Amara," ujar Galang mengulangi kalimatnya.

Raut muka Amara semakin bingung.

"Iya. Tapi untuk apa? Untuk apa Anda mengucapkan terima kasih sama saya? Saya enggak merasa ngapa-ngapain?" Saking bingungnya dia bahkan sampai menggeser posisinya menjadi menyamping.

Berdeham sekilas lantas ikut merubah posisi duduknya jadi menyamping. Galang kemudian berkata lagi, "Terima kasih sebab selama ini kamu udah merawat Kasih dengan baik. Sampai dia menjadi gadis kecil yang sangat pintar dan penyayang. Seandainya saja bukan kamu yang menemukan dia, entah apa jadinya keponakan saya saat ini." Menjeda sebentar kalimatnya, Galang memegang punggung tangan Amara..

" ...saya mewakili keluarga saya yang mungkin belum menyampaikan rasa terima kasih kami selama ini kepada kamu," imbuhnya lagi dengan raut serius dan terdengar sangat tulus.

Bola mata Amara bergerak, menelisik sorot mata lelaki di hadapannya ini. Tak pernah sedikit pun dia berpikir akan diperlakukan demikian. Ucapan terima kasih menurutnya sangatlah tidak penting sebab selama ini dia merawat dan membesarkan Kasih dengan sukarela dan tanpa pamrih.

"Mungkin Anda berpikir, selama ini saya mengharapkan ucapan terima kasih dari keluarga Anda," ucap Amara sambil membuang pandangannya ke arah lain. "Tapi kalau boleh jujur saya enggak pernah sedikit pun memikirkan hal itu. Saya tulus merawat Kasih dan sudah menganggapnya seperti anak kandung saya sendiri. Jadi—"

"Iya, saya mengerti dan paham apa maksudmu," sela Galang cepat yang mengerti dengan arah pembicaraan Amara. Dia bisa paham dengan pola pikir perempuan ini. Amara adalah seorang perempuan yang berpendirian dan memiliki harga diri yang tinggi. Ucapan terima kasih mungkin akan sedikit melukai hatinya.

Amara menoleh dengan tatapan penuh arti. Tatapan yang mampu membuat hati Galang bergetar, dan membuatnya menjadi semakin mengagumi sosok Amara setelah perempuan itu berujar demikian..

"Kasih putri saya. Dan, enggak ada seorang ibu di dunia ini yang mengharap balas jasa atau pun ucapan terima kasih. Karena merawat dan membesarkan Kasih adalah kewajiban saya sebagai ibunya. Maaf, jika ucapan saya terlalu kasar. Dan jika boleh, saya akan terus menganggap Kasih putri saya."

Kedua sudut bibir Galang tertarik ke samping, dia mengulas senyum maklum. Tak ada rasa sakit hati sedikit pun mendengar semua ucapan Amara barusan. Seraya semakin mempererat genggaman tangannya, Galang menanggapi perkataan Amara.

"Tentu," sahutnya. "Saya enggak akan melarang kamu untuk itu. Justru saya bersyukur karena Kasih mempunyai seorang ibu yang sangat menyayanginya. Soal ucapanmu itu, saya bisa memaklumi." Galang mengakhirinya dengan tawa guna mencairkan suasana yang nampaknya agak sedikit kaku dan tegang.

Hati Amara begitu sensitif, dia tidak ingin membuat perempuan ini semakin bersedih. Dan, untuk menghiburnya, Galang berpikir akan mengajak sekertarisnya ini makan malam.

Akan tetapi, sekali lagi sikapnya yang tak tahu malu membuat Amara menegurnya.

"Maaf. Apa Anda bisa melepaskan tangan saya?"

Tersentak dengan raut gugup dan malu, Galang buru-buru melepaskan genggaman tangannya di tangan Amara.

"Ah, sorry." Dia lantas merubah posisinya lagi menghadap ke depan. Kebetulan mobil-mobil yang mengular sudah berjalan perlahan-lahan. Galang membawa mobilnya sedikit maju.

Amara menggeleng, tak menganggap serius sikap Galang yang sering sekali seperti ini. Dia memilih menatap jendela saja.

"Setelah ini kita mampir makan dulu. Ini sudah waktunya makan malam," kata Galang membuka suara lagi. Dia tidak suka dengan situasi yang kaku dan dingin.

"Baiklah." Amara menjawab singkat tanpa menatap Galang.

"Amara," panggil Galang, suaranya terdengar begitu khas di telinga Amara.

Amara menoleh. "Iya?"

"Makanan favorit kamu apa?" Galang menggigit lidahnya sendiri lantaran sudah kelepasan bicara. 'ck! Tahan Galang! Tahan!' gerutunya dalam hati.

"Hah?" Amara melongo. "Maksudnya?"

Menoleh sekilas sambil memasang raut berpura-pura bodoh. Galang lantas menyahuti,

"Ma-maksud saya, kamu mau makan apa? Seafood? Chinese food? atau ....?

"Terserah Bapak aja. Saya enggak pilih-pilih dalam urusan perut," sela Amara sembari terkekeh kecil. "Kalau Bapak mau saya bisa ajak ke tempat makan langganan saya dan Kasih. Gimana? Mau enggak?"

"Boleh. Di mana?"

"Nanti saya akan tunjukkan tempatnya. Tapi Bapak janji jangan mengeluh kalo tahu tempatnya."

Galang menggeleng. "Enggak akan. Saya enggak akan mengeluh."

"Kita liat aja nanti. Bapak bakalan kaget apa enggak setelah tahu tempatnya."

Galang dan Amara terkekeh bersamaan. Bicara ringan seperti ini membuat Galang ingin semakin mengenal Amara lebih dekat lagi.

Jalanan akhirnya lengang sedikit demi sedikit. Mobil-mobil yang tadi mengular kini sudah berkurang. Galang langsung melesat ke tempat yang ditunjukkan Amara. Dia sudah tidak sabar ingin makan di tempat langganan perempuan itu.

"Hem, maaf. Kenapa saya enggak pernah lihat istri Anda?" Amara tiba-tiba teringat istri Galang. Selama ini dia jarang melihat atasannya itu bersama istrinya.

"Istri saya ada di rumah," sahut Galang. "Memangnya kenapa?" tanyanya kemudian.

"Enggak. Enggak kenapa-napa. Soalnya saya jarang lihat Nyonya Vanila ke rumah."

"Dia memang enggak deket sama Mami dari dulu. Enggak akur. Apalagi setelah kabar perselingkuhan dia beredar, Mami jadi makin enggak suka sama dia." Galang bercerita tanpa ada yang ditutup-tutupi.

Amara manggut-manggut. Seketika dia mengingat gosip antara dia dan Galang. Gosip murahan yang pelan-pelan mereda dengan sendirinya. Amara juga baru tahu ternyata mami Sarah tidak berhubungan baik dengan menantunya.

"Saya sedang dalam proses perceraian dengan istri saya."

Amara sontak terkejut hingga tak sadar langsung bertanya,

"A-apa? Cerai?"

"Iya. Cerai. Kami akan bercerai, Amara."

###

1
Taty Hartaty
manager si vanilla kali nih
Vitriani
Lumayan
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
nah gini dong lang, jgn oon
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
gk heran sii..secara pergaulan vanilla begitu
Masumi Hayami
ini serius udah END?
Atau penulis nya udah keabisan ide utk kelanjutannya?
sayang klo ga sampe abis n ending yg entah itu happy or sed ending.
setidaknya di selesaikan dulu sampe finish. jangan ngegantung.
sri lestari
bagusan
Dewa Dewi
kapan Kasih bahagianya thor? bukannya sembuh malah dikasih penyakit lain.... kayanya author punya dendam sama Kasih
Dewa Dewi
😭😭😭😭😭😭😭
Dewa Dewi
kasian Kasih 😭😭😭😭😭😭😭
Dewa Dewi
makin posesif aja Galang
Dewa Dewi
ini udh abis apa blm thor? kok ceritanya masih gantung ya? Kasih blm sembuh juga .... berharap ada lanjutannya trs Kasih sembuh dr sakitnya
Dewa Dewi
instruksi kali thor
Dewa Dewi
Aldo lucu bgt😁😁😁😁
Dewa Dewi
😭😭😭😭😭😭😭
Dewa Dewi
😭😭😭😭😭😭
Dewa Dewi
Kasih pinter bgt 👍👍
Dewa Dewi
gitu dong Lang jadi cowok tuh harus tegas
Dewa Dewi
rasain lu Vanila
Dewa Dewi
👍👍
Dewa Dewi
Kasih pinter bgt 👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!