Luna Evelyn, gadis malang yang tidak diinginkan ayah kandungnya sendiri karena sang ayah memiliki anak dari wanita lain selain ibunya, membuat Luna menjadi gadis broken home.
Sejak memutuskan pergi dari rumah keluarga Sucipto, Luna harus mencari uang sendiri demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Hingga suatu malam ia bertemu dengan Arkana Wijaya, seorang pengusaha muda terkaya, pemilik perusahaan Arkanata Dinasty Corp.
Bukannya membaik, Arkana justru membuat Luna semakin terjatuh dalam jurang kegelapan. Tidak hanya menginjak harga dirinya, pria itu bahkan menjerat Luna dalam ikatan rumit yang ia ciptakan, sehingga membuat hidup Luna semakin kelam dan menyedihkan.
"Dua puluh milyar! Jumlah itu adalah hargamu yang terakhir kalinya, Luna."
-Arkana Wijaya-
Bagaimana Luna melewati kehidupan kelamnya? Dan apakah ia akan berhasil membalas dendam kepada keluarga Sucipto atau semakin tenggelam dalam kegelapan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Sekretaris CEO
Luna baru saja tiba di lantai 7, dimana ruang CEO berada. Ia berdiri mematung di depan pintu ruang kerja Arkana sambil membawa map di tangannya.
Pikirannya rumit, bahkan kerumitan itu membawanya dalam lamunan.
"Nona Luna?" panggil Bayu.
Luna tercekat, lalu menoleh ke arah suara.
"Asisten Bayu.."
Pria itu tersenyum lalu mempersilahkan Luna untuk masuk.
"Mari nona, Tuan sudah menunggu anda."
"Apa aku harus bertemu dengannya?" tanya Luna sedikit ketus.
"Benar nona, karena ini merupakan pertemuan pertama anda sebagai sekretaris Tuan Arkana."
Luna mendengus. Ia pun hanya bisa menurutinya.
Bayu membuka pintu, kemudian mempersilahkan Luna masuk, lalu kembali menutup pintunya.
Luna yang baru masuk itu pun melihat Arkana yang sedang bekerja. Sejenak ia pun tertegun. Pria itu terlihat begitu serius dalam memeriksa dokumen di mejanya. Dan Luna baru melihat pemandangan yang seperti itu.
"Sudah puas melihatnya?" tanya Arkana.
Luna tercekat, lalu ia pun berjalan mendekati Arkana.
Pria itu menghentikan pekerjaannya lalu memperhatikan Luna. Wanita itu terlihat begitu cantik dan anggun mengenakan pakaian kantor, yang jarang sekali ia lihat ketika mereka masih bersama.
"Aku mulai bekerja hari ini," ucap Luna.
"Kau sudah menandatangani kontrak?"
"Ya."
Arkana beranjak dari kursi dan berjalan mendekati Luna.
"Bagus, artinya kamu tahu apa konsekuensinya jika kamu meninggalkan pekerjaan tanpa pamit seperti kemarin kan?"
Luna mendengus kesal.
"Dimana aku harus duduk?" tanya Luna tak sabaran.
Arkana tersenyum. Ia menatap wajah Luna dengan lekat.
"Apa kau begitu tidak sabar ingin bekerja padaku?"
"Jangan banyak bicara. Aku muak berada di sini. Aku ingin ke ruangan ku!" sahut Luna kesal.
Arkana pun menarik sebelah alisnya seraya tersenyum menyeringai. "Baiklah," sahutnya.
"Bayu!!" panggil Arkana dengan keras.
Pria yang merupakan asistennya itu pun langsung masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk pintu.
"Siapkan meja kerja untuk Luna di ruangan ku!" titahnya.
Bayu dan Luna pun terperangah.
Apa??
"Satu ruangan Tuan?" tanya Bayu dengan heran.
"Aku tahu kau tidak tuli, Bayu."
"Baik Tuan," sahut Bayu lalu ia pun mulai menyiapkan meja kerja Luna dibantu oleh office boy.
"Arkana! Kenapa harus satu ruangan?" protes Luna.
Arkana membelai rambut Luna dengan lembut.
"Kenapa? Karena kau wanita bayaranku. Aku ingin semua mudah aku lakukan jika aku menginginkanmu."
Luna membelalakkan matanya.
"Apa??"
Ia pun menepis tangan Arkana dari rambutnya dengan kasar.
"Jangan macam-macam Arkana Wijaya!!" sentak nya.
"Bukankah perjanjian terakhir kita seperti itu, Luna? Kau magang di sini dan kembali menjadi wanitaku?"
"AKU TIDAK PERNAH MENYETUJUINYA, TUAN ARKANA WIJAYA!!"
Arkana pun tersenyum meski dibentak oleh Luna.
"Tapi kamu sudah ada di sini."
Luna terkesiap. Ia menelan saliva nya dengan kasar. Lagi dan lagi, ia harus terperangkap dalam jeratan mematikan Arkana.
"Kau brengsek!!"
Arkana pun tertawa mendengarnya.
"Maki lah aku sepuasmu, Luna. Tapi kau tidak akan pernah menang dariku," bisiknya di telinga Luna.
Lalu ia menarik tubuh wanita itu hingga tubuh mereka bersentuhan. Arkana pun menghirup aroma tubuh Luna yang telah lama tak ia rasakan.
"Lepas!"
Arkana tidak mendengarkannya. Ia malah mendekap tubuh Luna dengan satu tangannya.
"Arkana!! Lepas aku bilang!! Kau adalah calon tunangan adik tiriku! Kenapa kau tidak meminta Maya saja untuk memuaskan mu hah?"
"Wanita bayaranku adalah kamu, Luna. Sedangkan Maya, dia adalah calon istriku. Kau pasti tahu bagaimana kedudukan wanita bayaran dan calon istri bukan?"
Luna tertegun. Kata-kata Arkana barusan benar-benar menghantam jantungnya. Menyakitkan dan begitu merendahkan.
Tidak. Jangan menangis, Luna. Dia memang bajingan. Jangan menangis!
Luna mencoba menguatkan dirinya sendiri. Selama enam bulan ke depan, ia akan melewati hari seperti ini bersama Arkana.
Ia harus kuat. Ia harus terbiasa.
Arkana pun melepas dekapannya pada Luna ketika seseorang hendak masuk ke ruangannya.
Bayu dan Radika.
Bayu sedang menyiapkan meja untuk Luna sedangkan Radika datang karena merasa khawatir.
Tapi baru saja tiba, dia merasa kaget dengan persiapan meja tersebut. Ditambah lagi, Luna dan Arkana yang terlihat begitu intens.
Radika mengernyit.
Adakah sekretaris magang bisa berdiri begitu dekat dengan CEO nya?
"Ada apa Radika?" tanya Arkana datar.
Radika memperhatikan Arkana dan Luna sejenak, lalu berjalan mendekat.
"Tidak apa-apa, aku hanya mengkhawatirkan Luna."
Arkana pun menyipitkan matanya menatap Radika.
"Dia baik-baik saja," sahutnya.
Radika pun mengangguk, lalu menatap Luna.
"Kau tidak apa-apa?" tanya nya lembut seraya menyentuh kedua bahu Luna.
"Aku baik-baik saja Dika."
Radika pun tersenyum, lalu mengusap lembut puncak rambut Luna.
"Hubungi aku jika terjadi sesuatu," ucapnya.
Luna pun mengangguk dan membalas senyuman Radika dengan manis.
Arkana melirik Luna lalu mengangkat sudut bibirnya dengan muak.
Setelah percakapan singkat itu, Radika pun pergi meninggalkan ruangan.
"Bayu."
"Ya Tuan?"
"Keluarlah," perintah Arkana.
Bayu tercekat. Meja kerja belum selesai ditata. Tetapi perintah tetaplah perintah. Ia pun keluar dari ruangan bersama OB yang membantunya.
Setelah kepergian Bayu, Arkana pun menatap Luna dengan tajam.
"Kau masih begitu dekat dengan Radika, Luna?" tanya Arkana dengan penuh penekanan .
"Aku tidak pernah mendekati nya!!"
"Tapi yang terlihat mataku tidak seperti itu!" sentak Arkana.
"Terserah!!" sahut Luna kesal.
Ia pun hendak pergi, namun Arkana menarik tangan Luna dengan kasar.
"Aku belum selesai bicara!"
"Aku tidak ingin mendengarnya!!"
Arkana murka. Tatapannya semakin tajam menekan Luna. Ia pun menarik tubuh gadis itu dan menjatuhkannya di atas sofa.
"Dengar! Kau adalah wanita bayaran milikku! Kau seharusnya melayani aku, Luna!"
"Aku tidak mau!!"
Arkana tidak peduli, ia pun segera melucuti pakaian Luna dan memaksanya untuk melakukan itu.
"Dia bahkan berani menyentuhmu di sini? Kalau begitu kau akan tahu akibatnya!!" sentak Arkana lalu mulai melancarkan aksinya.
.
.
Bersambung
tekan kan juga sama arka kalau dia tidak boleh menikahkan maya selama kamu di sisi nya atau sampai kamu lulus kuliah...
dan buat Arkana mengejarmu sampe tergila2.