Winda Hapsari, seorang wanita cantik dan sukses, menjalin hubungan kasih dengan Johan Aditama selama dua tahun.
Sore itu, niatnya untuk memberikan kejutan pada Johan berubah menjadi hancur lebur saat ia memergoki Johan dan Revi berselingkuh di rumah kontrakan teman Johan.
Kejadian tersebut membuka mata Winda akan kepalsuan hubungannya dengan Johan dan Revi yang ternyata selama ini memanfaatkan kebaikannya.
Hancur dan patah hati, Winda bersumpah untuk bangkit dan tidak akan membiarkan pengkhianatan itu menghancurkannya.
Ternyata, takdir berpihak padanya. Ia bertemu dengan seorang laki-laki yang menawarkan pernikahan. Seorang pria yang selama ini tak pernah ia kenal, yang ternyata adalah kakak tiri Johan menawarkan bantuan untuknya membalas dendam.
Pernikahan ini bukan hanya membawa cinta dan kebahagiaan baru dalam hidupnya, tetapi juga menjadi medan pertarungan Winda.
Mampukah Winda meninggalkan luka masa lalunya dan menemukan cinta sejati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
08
Jam beker berdering nyaring ketika waktu menunjukkan pukul lima pagi. Winda menggeliat pelan. Dengan matanya yang masih terpejam, tangannya menggapai-gapai. Mematikan alarm, lalu meletakkannya kembali di atas nakas. Menutup mulut yang menguap lebar, lalu mengucek kedua matanya dengan punggung tangan. Cahaya fajar baru saja mulai menerobos celah-celah tirai jendela kamar apartemennya.
Mengerjapkan mata, lalu menghela nafas yang terasa berat ketika mengingat hari ini ia akan pulang ke rumah orang tuanya bersama dengan Ardan. Bagaimana reaksi mama dan papanya nanti ketika tiba-tiba saja dia pulang dan mengatakan akan menikah?
“Apakah aku benar-benar sudah siap?” bisiknya lirih, pertanyaan itu menggantung di udara pagi yang masih dingin. Meskipun pernikahan ini didasari kesepakatan, sebenarnya rasa kagum pada Ardan mulai tumbuh. Namun, ia berusaha membentengi diri, mengingat tujuan utamanya—membalas pengkhianatan Johan.
Winda segera turun dari ranjang, membersihkan diri. Lima belas menit kemudian, ia sudah berpakaian rapi. Sebuah gaun sederhana berwarna biru muda yang membuatnya tampak cantik alami. Sambil menjinjing tas tangannya, Ia turun ke lantai bawah, membersihkan meja makan yang semalam ditinggalkannya begitu saja.
Keningnya berkerut. Dua cabai hijau masih tergeletak utuh di samping mangkuk. “Aneh…” gumamnya.
Pikirannya melayang pada situasi semalam. Ardan tampak berbeda. Matanya memerah. Ketika dirinya bertanya apakah Ardan menangis, pria itu menyangkalnya, mengatakan matanya merah karena mie yang terlalu pedas. Namun, cabai-cabai itu masih utuh.
“Kenapa Ardan berbohong?” gumam Winda dalam hati. “Apakah pria berwajah dingin itu benar-benar menangis? Tapi kenapa?” Pertanyaan itu terus berputar.
Winda merasa ada sesuatu yang tersembunyi di balik sikap datar Ardan. Sesuatu yang tidak ia ketahui.
***
Sementara itu, di sebuah rumah mewah bergaya minimalis modern, Ardan tampak sudah siap. Kemeja lengan pendek berwarna biru muda dipadu dengan celana Levi’s, rambutnya disisir rapi. Ia duduk di tepi ranjang, tangannya memegang sebuah bingkai foto usang.
Di dalam foto itu, seorang wanita paruh baya tersenyum bahagia bersama seorang remaja laki-laki yang mengenakan seragam putih abu-abu. Wajah wanita itu sangat mirip dengan Ardan, mata yang sama, senyum yang sama, bahkan bentuk hidung dan rahang yang sama. Ardan menatap foto itu dengan tatapan sendu, jari-jarinya usap lembut permukaan foto yang sudah mulai pudar. Itu adalah mamanya dan dirinya saat masih remaja.
Suaranya tercekat, hampir tak terdengar, “Mama,,, Aku akan menikah.” Ia mengusap air mata yang tiba-tiba menetes. “Dia gadis yang baik. Tapi, dia juga suka makan mie instan, Ma. Aku akan memarahinya nanti.” Kenangan masa lalu tiba-tiba datang menyeruak. Kenangan tentang hidup mereka yang sulit, masa dimana mereka dipaksa keluar dari rumah mereka. Melepas semua yang seharusnya menjadi milik mereka.
Kenangan itu begitu menyakitkan. Mamanya mengalami depresi atas kecurangan yang dilakukan oleh Gunawan Aditama, papa Johan.
Dirinya yang baru saja duduk di bangku kelas 11 terpaksa putus sekolah. Bekerja demi mengupayakan kesembuhan sang ibu. Makan asal kenyang, terkadang hanya sebungkus mie instan yang gunakan untuk lauk berdua.
Flashback on
Urmila, seorang CEO wanita, cantik dan anggun, hidup bahagia bersama putra semata wayangnya, Ardan yang baru duduk di kelas tujuh. Kehidupan mereka berubah ketika Gunawan Aditama, seorang pria tampan dan berkarisma, mendekatinya. Gunawan, dengan rayuan mautnya, berhasil memikat hati Urmila. Mereka menikah, dan Gunawan menjadi ayah tiri bagi Ardan.
Awalnya, Gunawan tampak sebagai ayah tiri yang penyayang. Ia memperlakukan Ardan dengan baik, membuat Ardan merasa memiliki sosok ayah yang selama ini ia rindukan. Gunawan juga memiliki seorang anak laki-laki, Johan, yang usianya terpaut dua tahun di bawah Ardan. Johan dan Ardan pun tampak akrab, bermain bersama, bersekolah bersama. Kehidupan keluarga mereka tampak sempurna, jauh dari bayangan masalah.
Namun, di balik senyum dan kebaikannya, ternyata Gunawan menyimpan hati yang busuk. Ia mengincar harta kekayaan Urmila. Dengan licik, ia merencanakan untuk menguasai semua aset milik Urmila.
Satu per satu, aset-aset itu dipindahkan atas nama Gunawan, dengan bantuan orang-orang kepercayaan Urmila yang ternyata ikut berkhianat. Urmila, yang terlalu percaya pada Gunawan, tak menyadari rencana jahat suaminya.
Empat tahun Gunawan menjalankan rencananya. Hingga suatu hari, setelah semua aset Urmila berpindah tangan, Gunawan menunjukkan wajah aslinya. Dengan kejamnya, ia mengusir Urmila dan Ardan dari rumah mewah itu. Tanpa sepeser uang pun.
Urmila, yang hatinya hancur berkeping-keping, hanya bisa menangis menggandeng putranya yang masih remaja pergi meninggalkan rumah yang telah menjadi tempat tinggal mereka selama bertahun-tahun.
Johan, anak Gunawan, hanya menyaksikan kejadian itu dengan tatapan datar, bahkan seolah mengejek, dan puas karena merasa tak lagi punya saingan. Ia puas dengan nasib ibu tirinya dan saudara tirinya.
Urmila dan Ardan hidup dalam kesusahan. Mereka harus berjuang untuk bertahan hidup. Beratnya beban hidup dan pikiran, membuat Urmila depresi..
Ardan, yang masih muda, harus belajar untuk tegar, untuk menghadapi kenyataan pahit yang telah merenggut segalanya dari mereka. Ia berjanji pada ibunya, ia akan membalas semua yang telah dilakukan Gunawan. Ia akan membuat Gunawan merasakan penderitaan yang sama seperti yang telah mereka alami.
Flashback off
Ardan meletakkan bingkai foto itu dengan hati-hati di atas nakas. Bayangan ibunya pada akhirnya meninggal dengan tragis terus menghantui pikirannya. Penderitaan dan kemarahan yang akhirnya menjadi bibit-bibit dendam yang tumbuh subur. Menyala bagaikan api yang siap membakar semak berduri.
Ardan berdiri, mengatur kembali kerah kemejanya. Tatapannya tertuju pada jam tangan di pergelangan tangannya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan debaran jantungnya yang semakin cepat.
“Sekarang aku sudah sukses, Ma.” Suaranya hampir tak terdengar. “Dan pria itu… pria yang telah merebut segalanya dari kita, dia dan anaknya… mereka akan merasakan balasan yang setimpal dariku.” Kalimat terakhir keluar dengan penuh amarah terpendam, bergetar menahan emosi yang meluap.
Bayangan wajah Gunawan, pria yang telah menghancurkan keluarganya, kembali muncul di benaknya.
Merebut Winda dari tangan Johan, itu adalah bagian dari rencananya, bagian dari balas dendam yang telah lama ia rancang.
Perlahan tapi pasti, Gunawan dan Johan akan kehilangan segalanya.
nama fans nya udah bisa di ganti tuhh..kali aja mau di ganti ArWa🤭 Ardan dan winda
mana mau winda mungut sampah yg sudah dibuang/Right Bah!/
🤔
kalo tuan bagaskara dan nyonya.. berasa terpisah