NovelToon NovelToon
AVENGERS

AVENGERS

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Jmn

Xander tubuh dengan dendam setelah kematian ibunya yang di sebabkan kelalain sang penguasa. Diam-diam ia bertekat untuk menuntut balas, sekaligus melindungi kaum bawah untuk di tindas. Di balik sikap tenangnya, Xander menjalani kehidupan ganda: menjadi penolong bagi mereka yang lemah, sekaligus menyusun langkah untuk menjatuhkan sang penguasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kebenaran yang Disiarkan

Walaupun ragu, Luna tetap membuat rapat dadakan sesuai dengan intruksi dari penelpon misterius itu. Ia sendiri tidak yakin apakah langkahnya cepat, tapi nalurinya berkata: ada sesuatu yabg lebih besar sedang terjadi.

Ruang rapat dipenuhi suara kursi yang ditarik. Satu per satu anggota tim memasuki ruangan, dari unit forensik hingga para juniornya. Luna duduk di ujung meja, tangannya terlipat di atas berkas-berkas. Matanya menyapu seluruh ruangan, meneliti wajah demi wajah.

"Semua hadir," ucapnya pelan, memastikan tidak ada yang tertinggal.

"Hadir," jawab mereka hampir serempak.

Salah seorang junior mengangkat tangan, suaranya penuh rasa ingin tahu. "Kita mau rapat soal apa, Detektif Luna? Kasus Ibu Citra atau kasus baru lagi?"

Pertanyaan itu membuat ruangan seketika sunyi. Luna terdiam. Lidahnya kaku seolah menolak mengeluarkan jawaban. Hatinya berdebat keras–haruskah ia mengatakan yang sebenarnya? Bahwa rapat ini terjadi bukan atas inisiatifnya, melainkan karena suara asing yang penuh ancaman?

Luna menatap meja, jemarinya mengetuk pelan. Ia meresa sedang diawasi. Entah dari mana, entah oleh siapa. Sensasi itu begitu kuat, hingga ia yakin ada "mata" lain yang mengintip rapat ini, meskipun ruangan jelas tertutup rapat.

Akhirnya, ia menghela napas dalam. "Kasus Ibu Citra," jawabnya singkat, namun sorot matanya tidak bisa menipu ada ketegangan yang tidak biasa.

Beberapa anggota tim saling pandang, heran. Mereka tahu, kalau Luna segelisah itu berarti ada sesuatu yang sangat serius.

Rapat baru saja dimulai ketika tiba-tiba KLIK–suara listrik mengalir membuat semua orang menoleh. Televisi besar di ruang rapat menyala sendiri, layarnya hitam sesaat, lalu muncul siaran. Bukan hanya diruang rapat itu saja, melainkan di seluruh stasiun TV dan siaran langsung di media sosial.

"Ini... apa-apaan?" bisik salah satu anggota tim, wajahnya tegang.

Gambar pertama muncul, rekaman jelas memperlihatkan kepala sekolah Adelwyn Academy, Pak Dermawan, sosok yang selama ini dikenal bijak dan tegas. Namun disisi layar, sisi gelapnya terbongkar. Ia terlihat menyeret Ibu Citra ke kontrakan, lalu... memperkosanya. Tidak berhenti di situ, ia menampar dan menyiksa korban tanpa belas kasihan. Suasana ruang rapat membeku. Beberapa orang menahan napas, ada yang langsung menutup mulutnya dengan tangan kerena tak percaya.

Rekaman kedua diputar. Kali ini tampak Pak Dermawan bersama dua orang. Mereka menyeret tubuh lemah Ibu Citra ke arah toilet kontrakan. Kemera tersembunyi merekam jelas bagaimana mereka menyusun skenario seolah-olah Ibu Citra bunuh diri. Setelah itu, rekaman menampilkan ketiganya membersihkan setiap jejak–lap lain, menyapu, bahkan mengganti beberapa barang agar tidak ada yang mencurigai.

"Ya Tuhan..." gumam Detektif Luna lirih, matanya menegang menatap layar.

Rekaman ketiga berganti. Bukti penggelapan dana bertahun-tahun yang dilakukan Pak Dermawan. Dokumen-dokumen transaksi gelap, semua ditampilkan gamblang. Layar memperhatikan rekaman, hingga foto-foto penyerahan uang yang disamarkan sebagai “sumbangan sekolah”.

Namun yang paling mengejutkan adalah rekaman terakhir. Di sebuah kafe, tampak Ardi, salah satu staf kepolisian, duduk berhadapan dengan Lili, dokter forensik yang selama ini dipercaya tim. Suara mereka terekam jelas.

“Kalau Citra buka mulut, habis sudah kita, Li,” ujar Ardi, wajahnya serius.

“Makanya kita nggak punya pilihan lain. Semua ini demi menyelamatkan nama kita, bukan?” jawab Lili tenang, sorot matanya dingin.

Kalimat berikutnya membuat darah Luna serasa berhenti mengalir.

“Jadi… kematian Citra memang harus terjadi.”

Ruangan rapat bergemuruh. Semua detektif menoleh pada Ardi dan Lili yang duduk di ujung meja. Wajah keduanya pucat pasi.

“B-bagaimana… ini bisa—?” suara Ardi bergetar, matanya tak percaya layar itu menayangkan rahasia tergelap yang selama ini mereka sembunyikan rapat-rapat.

“Tidak mungkin… tidak mungkin ada yang tahu rekaman itu…” bisik Lili, tubuhnya gemetar.

Layar menampilkan tulisan terakhir dengan huruf tegas menyala:

AVENGERS.

Suasana hening, seolah waktu berhenti. Para detektif langsung bangkit dari kursi mereka. Tatapan tajam menghujam Ardi dan Lili, yang sudah kehilangan kata-kata.

“Amankan mereka,” perintah Detektif Luna dingin.

Tanpa menunggu detik berikutnya, beberapa polisi langsung membekuk keduanya. Borgol diklikkan di pergelangan tangan Ardi, sementara Lili hanya bisa menunduk, wajahnya hancur penuh penyesalan.

Sementara itu, Luna menatap layar TV yang kini kembali padam. Dadanya bergemuruh. Ia tahu, di balik semua ini ada sosok atau kelompok yang bergerak lebih cepat dari hukum. Avengers. Nama itu kini melekat kuat di kepalanya.

1
kaylla salsabella
ya Alloh tegang banget aku semoga Xander berhasil
Nona Jmn: Rawr🐯🤣😄🫡
total 1 replies
kaylla salsabella
lanjut Thor
Nona Jmn: Besok, malam yah🤭.
Upnya, jam 00:01
total 1 replies
kaylla salsabella
ikut tegang aku xan
Nona Jmn: 😄😄😄😄😄🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
kaylla salsabella
hoooo aku mampir Thor😍😍😍
Nona Jmn: Selamat datang, semoga suka yah🫡🤭
total 1 replies
Najid Abdullah
terbaikkk..,mantappp....👍👍👍
Najid Abdullah
terbaik Thor.....seruu....lanjuttt....👍💪
Nona Jmn: Terima Kasih🫡
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!