Dulu Renes berkenalan sejak masih kecil bahkan saat Valia melaksanakan pendidikan, renes selalu ada. Tapi sayang saat akan bertunangan, Valia kabur memilih menjadi istri senior yang notabene adalah duda satu anak. Luka hati tersebut membuatnya sulit menerima hadirnya wanita lain di dalam hidupnya.
Namun di waktu berganti, siapa yang menyangka Tuhan mengirimkan gadis pecicilan, kekanakan, ceroboh dan keras kepala hingga kecerobohan gadis itu membuat Renes harus bertanggung jawab dan menikahi gadis tersebut, gadis yang juga adalah adik dari suami mantan kekasihnya.
Belum cukup dengan itu, sulitnya mengatakan cinta membuat sahabatnya Aria, masuk ke tengah hubungan mereka dan membuat Renes meradang. Apakah sebenarnya Renes mencintai gadis itu.
Saat bunga rasa mulai bermekaran, ujian cinta datang. Kehilangan kekasih hati membuat guncangan batin yang hebat pada diri Renes, hingga Tuhan kembali mengirim satu cinta yang sebenarnya ia pendam dalam diamnya sejak lama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Jika semua harus terjadi.
Ambulans melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit terdekat. Sepanjang perjalanan tidak hentinya derai air mata Bang Renes terhenti. Sesampainya di rumah sakit, Fia langsung dilarikan ke ruang operasi. Bang Renes dan Laras menunggu di luar dengan perasaan campur aduk.
Laras tidak banyak bicara apapun, seperti yang ia tau, suaminya begitu gelisah saat ini.
Waktu terasa berjalan sangat lambat. Bang Renes tak henti-hentinya berdo'a untuk keselamatan Fia. Ia merasa sangat bersalah karena telah membuat Fia terlibat dalam masalah ini.
Setelah beberapa jam yang menegangkan, seorang dokter keluar dari ruang operasi. Wajahnya terlihat lelah, namun ada sedikit senyum di bibirnya.
"Bagaimana keadaan Fia, Dok?????" tanya Bang Renes dengan nada cemas.
"Operasinya berjalan lancar. Kami berhasil menangani dan menghentikan pendarahannya. Sekarang, Mbak Fia sudah dalam kondisi stabil." jawab dokter itu.
Bang Renes menghela napas lega. Air matanya menetes haru. "Alhamdulillah... Terima kasih, Dok."
"Ini semua berkat Mbak Fia sendiri. Dia memiliki semangat hidup yang luar biasa. Dia berjuang sekuat tenaga untuk bertahan." lanjut dokter itu.
Bang Renes mengangguk. Ia tau Fia adalah gadis yang kuat dan berani. Ia sangat bersyukur Fia bisa selamat dari maut.
Tak lama Papa Hananto datang bersama Papa El dan Papa Shano. Di belakangnya menyusul Bang Zeni.
"Bagaimana ada penyusup bisa masuk Markas Kompi??" Tegur Bang Zeni.
"Siap salah, Bang. Saya lalai."
Papa Hananto menarik nafas lalu membuangnya pelan. Istrinya sudah nyaris pingsan tapi Papa Hananto tetap berusaha tegar.
"Saya akan bawa Fia ke luar negeri. Biar dia lanjut kuliah S2 disana. Ini kali terakhir Fia ikut bekerja di bawah naungan intelijen." Ucap tegas Papa Hananto.
Bang Renes diam dan pasrah tak sanggup berkata apapun, hatinya berat namun ia juga tidak ingin Fia celaka.
\=\=\=
Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, kondisi Fia semakin membaik. Ia sudah bisa berbicara dan makan dengan normal. Bang Renes dan Laras selalu menjenguknya setiap hari, memberikan semangat dan dukungan.
Di suatu kesempatan, Bang Renes menggenggam tangan gadis itu dengan erat. "Fia, terima kasih. Kamu telah menyelamatkan nyawa saya dan keluarga saya. Saya tidak tau bagaimana cara membalas kebaikanmu."
"Kalau Om ingin membalas, cintailah Mbak Laras dengan sepenuh hati. Om Ren punya anak perempuan, Om tidak ingin, kan.. Anak gadis Om disakiti laki-laki lain." Kata Fia dengan senyumnya yang entah di paksakan atau tidak.
Bang Renes mengangguk. Dalam batinnya berkecamuk. Nanti malam Fia akan berangkat ke Rusia. Gadis itu memang melanjutkan study nya di negeri orang sejak lepas SD karena kepintarannya.
"Kalau namamu adalah Fianita Farra fieva, maka putri kecilku akan kuberi nama Sefhia Farra Kilanaya. Nama itu untuk mengingatmu, yang memberikan nafas kedua dalam hidupnya."
Terang saja Fia terharu namun ia menahannya. Seperti apapun itu, kini dia berjarak dengan pria yang sudah berstatus sebagai suami orang.
"Semoga tumbuh menjadi anak pintar, cantik jelita seperti mamanya, sholehah dan berguna bagi nusa, bangsa dan agamanya."
"Aamiin.."
Bang Renes undur diri. Ia pahami hatinya tidak sanggup jauh dari gadis itu namun kini dirinya juga telah memiliki seorang istri. Sesak di dada ia tahan kuat dan segera meninggalkan tempat.
\=\=\=
Enam bulan berlalu, namun luka lama seperti kembali terbuka. Pertengkaran itu tak terhindarkan. Tuntutan Laras yang begitu berat bagi Bang Renes.
Laras berdiri di ambang pintu kamar, air mata sudah membasahi pipinya. "Laras capek, Bang. Laras butuh Abang, bukan cuma harta yang Abang punya. Laras juga butuh sentuhan, bukan cuma jalan-jalanmu. Laras ini istri Abang, bukan sekadar teman!"
Bang Renes hanya bisa menunduk, tak berani menatap mata Laras yang penuh kekecewaan. "Abang tau, Laras. Abang tau Abang salah. Tapi Abang....m.."
"Tapi apa, Bang? Alasan capek lagi?? Alasan sibuk lembur? Laras sudah bosan dengar itu semua! Apa Abang masih memikirkan Fia? Apa Abang masih mencintai Fia?" Laras berteriak histeris.
Bang Renes tersentak. "Jangan bicara seperti itu, Laras..!! Abang mencintaimu..!! Abang sudah melupakan Fia..!!"
"Bohong! Kalau Abang mencintai Laras, Abang tidak akan memperlakukan Laras seperti ini. Abang tidak akan membuat Laras merasa seperti orang asing di rumah Laras sendiri..!! Kenapa harus Laras yang meminta nya dan di setiap kali juga Abang menolak. Sedikit pun Laras tidak pernah tau seutuhnya sekujur tubuh Abang. Untuk siapa Abang simpan???" Jerit Laras.
Bang Renes menghampiri Laras mencoba memperbaiki hubungan dengan istrinya, utamanya demi putri kecil mereka, Farra.
Perlahan Bang Renes mengecup bibir Laras untuk memulainya. Ia ingin membangun rasa agar bisa menunaikan tugasnya sebagai seorang suami. Jujur dalam hati kecilnya pun ingin menyelesaikan nya namun segalanya terasa kosong.
Laras menyentuh tubuh Bang Renes untuk pertama kali. Awalnya Bang Renes hendak menahannya tapi kemudian ia mengijinkan Laras untuk menyentuhnya bahkan dengan tangan kosong.
Lama semakin lama, tubuh suami Laras itu tetap tidak bereaksi. Bang Renes pun nampak frustasi di buatnya.
Lebih baik kita berpisah saja, Bang. Laras tidak tahan lagi..!!" Laras berbalik dan berjalan cepat keluar dari rumah membawa baby Farra, meninggalkan Bang Renes yang terpaku di tempatnya.
Bang Renes terduduk lemas di lantai. Kata-kata Laras menghantamnya. "Astaghfirullah hal adzim..!!" Rasanya batin Bang Renes sungguh tertekan, tapi sungguh ia seakan mati rasa.
Tau Laras sudah menjauh, ia pun mengejarnya dan secepatnya kembali membawanya pulang.
"Pulang, Laras..!! Kita bicarakan semua di rumah. Jangan bawa anak kita di luar, hari sudah sore." Bujuk Bang Renes. "Abang janji akan memperbaiki diri..!! Kita pulang ya..!!"
"Tidak usah pedulikan Laras. Abang urus saja perceraian kita. Laras bisa urus Farra sendiri."
"Laraas.. Jangan begitu, dek." Suara Bang Renes penuh dengan permohonan.
"Biar Laras pergi, jangan hina Laras seperti ini. Laras tidak akan menuntut apapun, Laras tau tidak pernah ada tempat di hati Abang untuk Laras. Sejak dulu Abang hanya mencintai Fia seorang."
Mata Bang Renes berkaca-kaca penuh rasa bersalah. Ia pun memeluk Laras dengan erat. "Tidak pernah ada niat Abang untuk menyakiti hatimu. Abang yang tidak bisa menjalankan fungsi Abang sebagai laki-laki, sebagai suamimu. Kamu berhak marah, berhak menuntutnya. Abang minta maaf, sungguh minta maaf. Abang yang salah."
"Sanggupkah Abang mengabulkan permintaan Laras???"
Bang Renes terdiam sejenak. Pikirannya kosong melompong, bibirnya kelu tak sanggup berkata-kata. Laras melepas pelukan itu lalu menidurkan baby Farra pada box bayinya.
Laras berjinjit kemudian mengecup bibir suaminya. "Berikan hak Laras..!!"
Jemari Bang Renes gemetar, tangannya bergerak hendak menyentuh namun ia mengurungkannya kembali. Dengan sadar Bang Renes mengecup sepanjang leher Laras dan mendekapnya. Ia balas mengecup bibir Laras, berasa namun masih tahap sopan.
Perlahan Bang Renes membawa Laras ke atas tempat tidur, ia pun membelainya lembut namun tetap masih dalam batas berbeda. Sebisa mungkin Bang Renes memberi rasa nyaman untuk Laras.
"Ceraikan Laras ya, Bang. Cari Fia.. Kembalilah padanya. Laras tau Abang tersiksa dengan pernikahan kita. Jangan pikirkan Laras. Farra adalah hadiah terindah dari Abang untuk Laras."
.
.
.
.
bagus detun, kerjain ayahmu biar gak emosian terus, bang Renes mabok sekalian ngidam disusul bang David jg kebobolan 😂😂😂
awas tumbuh benih² sayang eh cinta 😂😂😂