Selama lima tahun pernikahan, Asha dan Fajar memiliki hubungan yang harmonis, saling mencintai dan saling mengerti satu sama lain.
Pernikahan mereka mulai retak, anaknya yang berumur satu tahun meninggal tanpa sebab.
Ujian dan cobaan rumah tangga Asha dan Fajar tidak hanya dari keluarga tapi juga gangguan gangguan makhluk halus. Di tambah saat Asha keguguran anak ke dua yang lagi lagi tanpa sebab.
Apakah mereka bisa menemukan jalan kembali ke titik surga untuk mempertahankan rumah tangga dan cinta mereka ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ema Virda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#24
Sriati kaget mendengar suara yang berat dan menyeramkan. Suara Nyai berubah, kata-katanya membuat Sriati merinding dan lemas. Dia tak menyangka bahwa di depannya ada roh yang sedang berbicara dengannya langsung.
" Kuwe kudu ngerti ! (Kamu harus tahu) " Perintah Nyai dengan suara lantang di depan wajah Sriati yang tak bisa berkedip, melotot dan penuh raut wajah ketakutan.
Sriati merasa seolah olah terhisap ke dalam lubang yang dalam, tak bisa bergerak ataupun berbicara. Suara Nyai berat laksana petir yang menyambar di telinganya, membuat jantung Sriati langsung berdetak kencang. Dia tak berani menatap netra Nyai yang merah menyala. Rasa takut sudah ada di hatinya.
Kemudian, wajah dan suara Nyai kembali seperti semula. Dengan kulit yang keriput, tua, dan netra yang sayu. Nyai terlihat seperti seorang nenek nenek yang lemah. Tubuhnya yang semula bugar dan sehat, saat kembali seperti semula, tiba tiba lemas dan sedikit limbung. Kepalanya terasa berat seperti sebuah pedang yang dicabut dari tubuhnya.
Nyai menghela napas dalam dalam, seperti baru saja menyelesaikan tugas yang sangat berat. Dia berjalan terhuyung-huyung menuju tempat duduknya, lalu jatuh ke atas tikar dengan lemah.
Kata Nyai dengan suara yang lemas. " Saya tidak bisa mempertahankan energi itu terlalu lama. Energi itu terlalu kuat dan besar. Tubuhku tidak bisa menampungnya. " Nyai seperti menahan sesuatu yang ada di perutnya. Lalu, " Huwek, huwek. " Nyai memuntahkan darah hitam yang keluar dari mulutnya.
Sriati masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Dia tak bisa memahami bagaimana Nyai bisa berubah menjadi seperti itu. " Nyai, tidak apa-apa kan? Sebenarnya, mahluk itu ... "
Nyai membuka netranya yang sayu, lalu menatap Sriati dengan lembut. " Stttt ... Jangan berbicara. Dan jangan khawatir, aku baik-baik saja. Aku hanya perlu istirahat sebentar. " Nyai berusaha untuk duduk dan menegakkan tubuhnya.
Nyai tersenyum, lalu menutup netranya dan mulai bernapas dengan pelan. Sriati mengangguk, lalu duduk di samping Nyai. Dia menunggu dengan sabar sampai Nyai pulih kembali. Tapi, dia tak bisa menghilangkan rasa khawatir dari hatinya.
'Aku akan mempunyai cucu, dan cucu ku akan menjadi korban roh itu? Jika permintaannya tak dilakukan, Fajar akan gagal menjadi kepala desa. Dan desa ini akan kekeringan tanpa ada kemakmuran, ' pertanyaan-pertanyaan yang membuat Sriati gugup dan bingung, rencana apa yang akan dia lakukan selanjutnya.
" Kamu harus tahu, Sriati, " kata Nyai dengan suara yang masih berat dan menyeramkan. "Wong wadon kui dilindungi oleh roh putih. Dia akan menjaganya, dan kamu harus membuang sesuatu yang dia punya. Benda itu bisa menghentikan atau menghancurkan semua yang kamu rencanakan."
Sriati merasa seperti dipukul oleh kata-kata Nyai. "Benda apa itu, Nyai?"
"Aku tidak tahu pasti," jawab Nyai. "Penglihatan ku kabur karena kekuatan tadi. Yang jelas, benda itu ada padanya. Itu yang aku lihat."
Sriati bertanya, " Bagaimana Asha mendapatkan benda yang mempunyai kekuatan itu, Nyai ? Selama ini, dia tidak pergi kemana mana dan tidak ada saudara atau orang tua yang berkunjung ke rumah ? Apakah Asha tahu tentang kekuatan benda itu? Dan apa yang akan terjadi jika benda itu tak dibuang, Nyai ? "
" Kurang ajar ! Aku ora eroh ! Yang jelas, kamu akan terancam apabila kamu tidak bertindak. " sentak Nyai yang mendengar pertanyaan yang bertubi-tubi dari Sriati.
Kemudian dengan suara lantang, " Kamu harus cari jawaban sendiri dari pertanyaan kamu itu !" Lalu, suara Nyai sedikit melembut, "Sepertinya wong wadon kui bukan keturunan orang biasa. Tapi, roh itu ingin melenyapkan sesuatu yang melindunginya sehingga dia bisa memiliki wadon kui seutuhnya, " ucap Nyai dengan senyum menyeringai tajam seakan-akan roh jahat sedang masuk kedalam tubuhnya.
Apa yang dikatakan oleh Nyai, membuat Sriati percaya dan mengingat sesuatu yang pernah dilakukan sebelum ritual. Dia meletakkan sebuah bungkus putih yang terikat kedua ujungnya. Di dalamnya dia isi dengan kebencian yang di letakkan di bawah kasur sebelum dia tahu bahwa Asha memiliki weton yang spesial.
Namun, dia tak melihat hal hal buruk yang terjadi pada Asha hanya pingsan dan kerasukan lalu, kembali seperti semula. Dalam lamunan Sriati, apa yang dikatakan oleh Nyai benar. Bahwa ada benda yang bisa melindungi dirinya. Aku harus mencari dan membuang benda itu.
" Kulo njaluk ngapura lan ninggalake. Kulo bakal nindakake pitutur lan dhawuhe Nyai. (Saya permisi mau undur diri. Saya akan melaksanakan nasehat dan perintah Nyai) " pamit Sriati dengan menggabungkan kedua telapak tangannya dan meletakkannya di atas kening seperti menyembah.
Nyai hanya mengangguk dan berucap, "Hemm." Dan mengibaskan telapak tangannya seperti mengusir seekor lalat yang menganggu istirahat nya.
Dalam perjalanan pulang, suasana sudah mulai gelap. Cahaya bulan tertutup oleh awan sehingga pohon pohon jati yang menjulang tinggi benar-benar membentuk sebuah bayangan tinggi dan besar. Tanpa menoleh ke kanan kiri ataupun belakang, Sriati berjalan cepat walaupun dia merasa seperti ada yang mengawasinya. Dia tak ingin memperlambat langkahnya, takut apabila dia berhenti sebentar, sesuatu yang tak diinginkan akan terjadi.
Di tambah suara burung hantu yang membuat suasana malam semakin mencekam. Suara itu seperti jeritan yang menusuk ke dalam batinnya yang membuat Sriati merasa semakin takut. Dia berusaha berjalan dengan cepat, namun kakinya terasa sangat berat seperti ada batu yang terikat pada kedua kakinya.
Semakin dia berjalan, semakin dia merasa seperti ada yang mengikuti langkahnya. Dia bisa merasakan hawa panas di belakang lehernya, membuat bulu kuduknya berdiri. Sriati mencoba untuk tak memikirkan hal-hal yang tak baik, tapi bayangan tentang apa yang dikatakan oleh Nyai terus menghantui pikirannya.
" Aku harus menemukan dan membuang benda itu, Apa yang dikatakan Nyai membuatku kepikiran Bagaimana Asha dapat benda seperti itu," dalam hati Sriati untuk mengalihkan rasa takutnya. Namun, rasa ketakutan semakin menjalar kedalam tubuh.
Tiba-tiba, suara burung hantu itu terdengar lebih keras, membuat Sriati berlari dengan sekuat tenaga. Dia tak peduli lagi tentang kelelahan, yang penting dia harus sampai ke rumah sebelum sesuatu yang tak diinginkan terjadi.
Namun, semakin dia berlari, semakin dia merasa seperti ada yang menariknya ke belakang, membuatnya tak bisa maju, lalu dia terjatuh tersungkur. Namun tak menoleh kebelakang, jari jarinya menggenggam tanah dengan kecemasan.
" Mungkin ini hanya rasa takutku saja. Aduh Nyai, tolong aku, " gumam Sriati. Kemudian tiba tiba kakinya yang terasa berat itu ringan dan dia bisa berdiri dan berjalan cepat lagi.
Sriati sangat percaya dengan Nyai. Dia menyukai hal hal mistis dan yang di luar logika. Saat Almarhum suaminya di angkat menjadi kepala desa, Sriati datang kepada Nyai agar suaminya menang. Karena dia sudah tak sanggup hidup dalam kesusahan.
Sebelum menikah, Sriati hidup miskin dengan keluarganya. Lalu dia menikah dengan Suaminya, anak dari seorang juragan yang memiliki sawah. Apapun di lakukan oleh Sriati agar bisa menikah dengan suaminya itu. Dengan petunjuk dari Nyai, Sriati berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan. Kecantikan, kekayaan, dan kemakmuran hingga tujuh turunan.
Dia bisa mengorbankan keluarganya sendiri untuk mendapatkan kecantikan memikat dengan mengorbankan adiknya. Dan dia bisa mengorbankan anaknya sendiri agar suaminya bisa menjadi kepala desa dengan kemakmuran yang luar biasa.
Hal inilah yang memicu Sriati untuk melakukan hal itu lagi dan lagi. Tak ada seorangpun mengetahui perbuatan Sriati walaupun itu Fajar dan Dewi, kedua anak kandungnya yang tersisa.