NovelToon NovelToon
SANG JENDERAL

SANG JENDERAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Enemy to Lovers / Cintapertama
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lia Ap

Yuna seorang dokter muda jenius di pindah tugaskan ke area baku tembak.. Dan pertemuannya membawa nya pada Kenzi sosok dokter senior yang kaku dan dingin... Serta Jendral dari base musuh, menjadi cinta segitiga yang rumit..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia Ap, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

pengorbanan seorang jendral

Suasana camp markas Mark pagi itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Udara terasa berat, bahkan angin yang berhembus pun seakan enggan membawa kabar baik. Para tentara berbaris di halaman utama, menunggu kabar penting dari sang Jenderal yang dipanggil mendadak ke podium pusat. Tidak ada yang tahu pasti, tetapi rumor sudah beredar: Mark akan membuat pengumuman besar.

Mark melangkah pelan menuju podium, seragamnya masih rapi, tetapi tanpa lencana kebesaran.

Senyap menyelimuti barisan, mata para prajuritnya mengikuti setiap gerakannya. Davis, tangan kanan Mark, berdiri di sisi kanan, wajahnya suram, seakan sudah tahu apa yang akan terjadi.

“Prajuritku,” suara berat Mark terdengar tegas namun datar, bergema di udara dingin. “Hari ini… aku berdiri di depan kalian bukan sebagai Jenderal Mark Valen. Hari ini, aku berdiri sebagai seorang lelaki biasa.”

Bisik-bisik langsung pecah di barisan, tetapi Mark mengangkat tangan kanannya, menuntut diam. Matanya yang berwarna hijau tajam menyapu satu per satu wajah para tentaranya.

“Aku telah menerima perintah dari Dewan Negara,” lanjutnya. “Perintah untuk mengakhiri semua urusan personal, termasuk hubunganku dengan Yura, dan fokus pada penaklukan Namura… atau mundur dari jabatanku.”

Ia menarik napas panjang, menahan emosi yang hampir bocor dari wajah dinginnya. “Aku tidak bisa—dan tidak akan—memilih negara di atas wanita yang kucintai. Karena itu, mulai hari ini… aku mengundurkan diri sebagai Jenderal.”

Keheningan menggantung sesaat. Lalu, riuh rendah terdengar. Beberapa prajurit langsung bereaksi.

“Apa?!”

“Jenderal, Anda bercanda, kan?”

“Tidak mungkin Anda tinggalkan posisi ini demi seorang wanita!”

Namun ada juga yang diam, menatap Mark dengan hormat dan rasa bangga. Davis akhirnya angkat suara, menatap para prajurit dengan tajam. “Diam semua! Dengarkan dulu!” bentaknya.

Mark menunduk sebentar, lalu menatap pasukannya lagi. “Aku tahu sebagian dari kalian merasa dikhianati. Aku tahu kalian mungkin berpikir aku lemah. Tapi aku tidak akan biarkan siapapun menodai pilihanku. Aku lelah dengan perang yang tak pernah berakhir. Dan aku tidak akan mengorbankan seseorang yang kucintai hanya demi kekuasaan dan darah.”

Suaranya meninggi, kali ini lebih berisi amarah. “Siapapun yang tidak mau lagi mengikutiku sebagai Mark—bukan Jenderal—silakan pergi. Aku tidak menahan kalian. Tapi ketahuilah, aku tidak akan lari dari tanggung jawabku pada orang-orang yang telah bertempur di sisiku. Aku akan memastikan Namura aman… dengan cara damai, bukan peperangan lagi.”

Suasana menjadi sunyi lagi.

Perlahan, sebagian prajurit maju dan memberi hormat tanpa kata, lalu berbalik pergi. Mereka memilih bertahan dengan struktur negara, bukan mengikuti Mark yang kini hanyalah lelaki biasa. Namun sebagian lain tetap diam di tempat, menatap Mark dengan tatapan tegas. Loyalitas mereka tetap pada sosoknya, bukan pada pangkatnya.

Davis melangkah mendekat, menepuk bahu Mark pelan. “Jenderal… eh, Mark. Apapun yang terjadi, aku ikut bersamamu.”

Mark hanya mengangguk pelan. “Terima kasih, Davis.”

---

Beberapa hari kemudian, Mark meninggalkan camp itu sepenuhnya. Bukan sebagai pemimpin pasukan, tetapi sebagai pria yang membawa tekad baru. Perjalanannya kali ini bukan untuk perang, tapi untuk bertemu dua pria yang mungkin paling sulit ia hadapi: ayahnya sendiri, dan ayah Yura.

Pertemuan pertama, ayahnya. Di kediaman keluarga Valen, suasana tegang langsung terasa ketika Mark memasuki ruang tamu. Sang ayah, seorang mantan pejabat militer yang keras, menatap putranya tajam dari kursi besar.

“Jadi… kau benar-benar menyerahkan pangkatmu? Untuk wanita?” suara ayahnya berat, penuh kekecewaan.

Mark berdiri tegak di hadapan ayahnya. “Ya.”

Keheningan sesaat.

Lalu sang ayah mencondongkan tubuh ke depan, suaranya meninggi. “Kau sadar, Mark? Nama keluarga kita kini jadi bahan ejekan! Kau adalah Jenderal termuda yang pernah memimpin, dan sekarang… kau meninggalkannya begitu saja?! Demi seseorang yang bahkan bukan dari bangsa kita?!”

Mark tidak bergeming. “Aku sadar. Dan aku tidak menyesalinya. Aku tidak butuh gelar untuk menjadi putramu, Ayah. Tapi aku butuh hidupku sendiri. Aku mencintainya, dan aku tidak akan biarkan siapapun—termasuk Ayah—menghancurkan itu.”

Sang ayah terdiam.

Pandangannya menusuk, tapi Mark menatap balik dengan sorot mata yang sama tajamnya. Akhirnya, sang ayah hanya menghela napas berat. “Kau… keras kepala, persis seperti ibumu.” Lalu dengan gerakan lambat, ia mengalihkan pandangannya. “Lakukan apa yang kau mau. Tapi ingat… dunia tidak akan ramah pada pria yang melepaskan kehormatannya.”

Mark hanya menjawab datar. “Aku tidak mencari kehormatan. Aku mencari kehidupan yang ingin kujalani.”

---

Pertemuan kedua jauh lebih menegangkan. Rumah keluarga Yura di kota terasa dingin ketika Mark datang. Ayah Yura, yang sejak awal tidak mempercayai Mark karena statusnya sebagai musuh, menatapnya dengan pandangan penuh kewaspadaan.

“Apa lagi yang kau inginkan, Tuan Valen” tanyanya datar, duduk di kursi berhadapan langsung dengan Mark. “Kau sudah cukup membuat hidup putriku berbahaya. Sekarang kau datang… tanpa seragam, tanpa pasukan. Untuk apa?”

Mark menatap lurus ke matanya. “Untuk membuktikan… bahwa aku tidak datang sebagai musuh. Tidak sebagai Jenderal. Hanya sebagai Mark. Pria yang mencintai Yura.”

Ayah Yura mengangkat alisnya, sedikit terkejut dengan pernyataan gamblang itu. “Kau pikir kata-kata saja cukup? Kau adalah orang yang bertanggung jawab atas darah di Namura. Bagaimana aku bisa percaya padamu?”

Mark menarik napas panjang. “Karena aku meninggalkan segalanya. Pangkatku. Pasukanku. Kehormatanku. Aku tidak punya alasan lain selain satu… Yura. Aku tidak peduli pada tanah, atau perang. Aku hanya ingin bersamanya, tanpa ancaman senjata atau politik.”

Keheningan panjang terjadi. Ayah Yura menatap Mark lekat-lekat, mencoba mencari kebohongan di sorot mata hijau itu. Tapi yang ia lihat hanyalah keteguhan. Tidak ada rasa ragu.

Sang ayah menghela napas. “Kalau begitu… buktikan padaku. Lindungi dia. Bukan dengan senjata, bukan dengan perang, tapi dengan dirimu sendiri. Jika kau bisa melakukan itu… mungkin aku bisa menerima kehadiranmu.”

Mark mengangguk pelan. “Aku akan melakukannya. Apapun harganya.”

Yura berdiri di depan rumahnya, menunggu Mark yang baru keluar dari ruang pertemuan dengan ayahnya. Wajahnya tegang, takut kalau Mark akan tampak hancur setelah semua konfrontasi itu. Tapi ketika Mark melangkah keluar, meski tanpa seragam, matanya tetap tajam, langkahnya tetap mantap.

“Mark…” Yura memanggil pelan, mendekatinya.

Mark menatapnya sebentar, lalu mendekat. Tanpa banyak kata, ia meraih Yura ke dalam pelukannya. “Aku sudah bukan Jenderal lagi,” katanya pelan, suaranya berat namun tenang. “Sekarang… aku hanya pria yang mencintaimu.”

Yura menutup matanya, air mata jatuh tanpa bisa ia tahan. “Kau… benar-benar melakukannya.”

Mark mengangguk, mengusap punggung Yura dengan perlahan. “Aku sudah kehilangan pangkat, pasukan, bahkan mungkin nama keluargaku. Tapi aku tidak akan pernah kehilanganmu. Selama kau ada di sisiku, itu cukup.”

Mereka berdiri di sana lama, hanya berpelukan, dunia di sekitar terasa hening. Bagi Mark, tidak ada lagi medan perang. Tidak ada lagi dewan negara. Hanya ada Yura—dan keputusannya untuk hidup sebagai Mark, bukan Jenderal.

1
Anonymous
Lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!