"Raja iblis akan mati jika jantungnya ditusuk oleh anak yang lahir di bulan merah!"
Sebagai sword master, Arnette Bavaria bertanggung jawab atas invasi iblis menyerupai monster yang akan menghancurkan wilayahnya.
Arnette melakukan perjalanan lintas waktu untuk mencari anak yang lahir di bulan merah itu dan bertemulah dia dengan sosok Agam yang ternyata mempunyai stigma iblis.
"Aku membutuhkan anak yang suci," ucap Arnette.
"Tapi, aku masih suci dan perjaka," balas Agam.
"Bukan itu, aku menginginkan anak darimu jadi mari kita membuatnya!" ajak Arnette yang membuat Agam tidak percaya.
"Aku masih sekolah dan membuat anak harus dilakukan setelah menikah," tolak Agam.
"Kalau begitu, ayo menikah!" ajak Arnette lagi.
Agam semakin tidak percaya, dia harus mengajukan syarat supaya Arnette berhenti mengganggunya.
"Aku mau menikah asal kau bisa memberiku 400 anak sapi, 900 kambing, 100 uang perak, 300 lembar kain sutra, dan 2 kotak harta karun!" tegas Agam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TRM BAB 14 - Panas Atau Basah?
Sepertinya tidak ada cara lain, Agam akan mengikuti insting laki-lakinya. Sekarang dia harus fokus untuk merasa panas dan membuat miliknya berdiri.
"Istriku, sepertinya kita perlu berciuman lagi tapi kali ini kita harus menggerakkan bibir," ucap Agam. Dia mengingat ciuman ala film barat yang sering ditontonnya.
Arnette tersenyum smirk karena Agam mulai menyerahkan diri tanpa banyak bicara sepertj sebelumnya. "Baiklah!"
Keduanya pun kembali berciuman tapi kali ini bibir mereka saling bergerak bahkan mulai membuka mulut.
Dengan insting alaminya, Agam menjulurkan lidah yang membuat Arnette kaget.
Namun, sedetik kemudian Arnette melakukan hal sama untuk mengimbangi suami kecilnya.
Suasana mendadak jadi panas, tubuh keduanya merasa gerah dan milik Agam perlahan berdiri.
"Argh!" Agam merasa kepanasan dan mencoba menjauhkan diri dari istrinya. "Aku mau ambil air dingin dulu!"
Buru-buru Agam berlari ke luar dari kamar dan menuju dapur, dia membuka kulkas dan mencari air dingin.
Pada saat itu, Theo baru pulang dari gudang beras dan memergoki putranya yang tampak kehausan.
"Apa AC di kamarmu mati sampai kepanasan dan kehausan seperti itu?" tegur Theo.
Agam kaget mendengar suara ayahnya apalagi dalam keadaan celananya yang menyembul.
Dan hal itu tentu dilihat oleh Theo, pak kades lupa kalau ini malam pertama Agam.
"Pasti dia sedang gugup," gumam Theo dalam hatinya. Dia jadi teringat sewaktu Megan mengajarinya main lato-lato.
Theo pun pura-pura tidak tahu dan sebelum masuk kamarnya, dia mencoba memberi tips supaya malam pertama Agam lancar.
"Buat istrimu basah dulu," bisik Theo.
Agam jadi bingung, Zester memberi saran harus panas tapi kenapa ayahnya meminta basah? Sungguh membuat pusing!
Tidak mau membuat istrinya menunggu lama, Agam segera kembali ke kamar.
Di dalam sana Arnette tampak kesal karena ditinggal saat panas-panasnya.
"Jika kau banyak tingkah, aku benar-benar akan mengikatmu!" ancam Arnette.
"Aku haus," Agam memberikan minuman dingin pada istrinya. "Minumlah dulu!"
Arnette mengambil botol minum yang Agam berikan dan langsung menghabiskannya dalam sekejap. "Apa ada yang lain lagi sekarang?"
"Tidak, hanya saja kau harus basah, istriku," balas Agam.
"Sebenarnya yang benar basah atau panas?" kesal Arnette. Ternyata membuat anak sungguh sangat merepotkan.
Mungkin ini yang dimaksud oleh Simon, mereka harus membuat anak dengan hati supaya sama-sama memiliki koneksi.
"Baiklah, sekarang aku akan mengikuti cara mainmu," Arnette merendahkan nada bicaranya dan mencoba pasrah.
Agam menelan ludahnya dan akan mengikuti instingnya. Dia pelan-pelan membuka pakaian dan celananya.
Ketika melihat pedang tumpul suaminya, Arnette memalingkan wajah. Jujur saja ini kali pertama dia melihat milik seorang laki-laki, walaupun hidupnya dia habiskan dengan para kesatria tapi Arnette selalu memisahkan diri jika mandi atau membuka bajunya.
Bahkan saat terluka pun, Arnette berusaha mengobati lukanya sendiri atau mencari tabib perempuan.
Perlahan tapi pasti, Agam naik ke atas ranjangnya dan mencoba memimpin permainan. Kali ini dia berada di atas istrinya.
Agam mengamati wajah Arnette dan tubuh polos istrinya.
"Akh!" Arnette memekik ketika Agam menyentuh bekas lukanya.
"Ini sepertinya bekas tebasan benda tajam," komentar Agam.
"Jangan pedulikan lukanya, fokus saja membuatku basah," balas Arnette.
"Baiklah," Agam mulai meraba tubuh istrinya pelan lalu tangannya mencoba meremas gunung kembar Arnette yang tampak ranum.
"Kenapa menyentuhnya," protes Arnette.
"Sepertinya ini salah satu cara membuat basah dan..." Agam membuka kedua kaki istrinya.
"A... apa yang mau kau lakukan?" Arnette sekarang jadi panik.
isinya keren dan ngakak abis/Joyful//Joyful//Joyful//Drool//Drool//Drool/
Agam pasti mikir 400 sapi aja sangat mahal
ditambah laimya
/Facepalm//Facepalm/
yg cewek cantiikk pisan