Di tahun 2032, keluarga Wiratama mengikuti program wisata luar angkasa perdana ke Mars—simbol harapan manusia akan masa depan antarplanet. Namun harapan itu berubah menjadi mimpi buruk, ketika sebuah entitas kosmik raksasa bernama Galactara menabrak jalur pesawat mereka.
Semua penumpang tewas.
Semua… kecuali mereka berempat.
Dikubur dalam reruntuhan logam di orbit Mars, keluarga ini tersentuh oleh sisa kekuatan bintang purba yang ditinggalkan Galactara—pecahan cahaya dari era pertama semesta. Saat kembali ke Bumi, mereka tak lagi sama.
Rohim, sang Suami, mampu mengendalikan cahaya dan panas matahari—melindungi dengan tangan api.
Fitriani, sang Istri, membentuk ilusi bulan dan mengendalikan emosi jiwa.
Shalih anak pertama, bocah penuh rasa ingin tahu, bisa melontarkan energi bintang dan menciptakan gravitasi mikro.
Humairah anak kedua, si kecil yang lembut, menyimpan kekuatan galaksi dalam tubuh mungilnya.
Bagaimana kisah sebuah keluarga ini ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengorbanan Sang Mata Mata
Bukan suara tembakan yang mengawali hari, melainkan suara gesekan ban mobil militer yang di-rem mendadak, diikuti benturan keras dan teriakan.
Agent Liana, dalam jaket hitam Vanguard-nya, melompat ke belakang kontainer yang terbakar di sudut Jakarta. Asap tebal mengepul, bukan karena api, melainkan dari granat kimia Miss Armstrong. Liana tahu: musuhnya tidak bermain dengan aturan vigilante.
Di depannya, empat anggota tim The Vault terhuyung-huyung, terbatuk-batuk karena asap yang mengandung neurotoksin ringan.
"Sialan! Dia tahu kita datang!" erang Liana, memegang eapiecenya. "Bella, update! Miss Armstrong menggunakan smoke trap! Dia melarikan diri!"
"Negatif, Liana! Kami menemukan Jenderal Wirayudha!" Suara Tia Paramitha terdengar panik dari eapiecenya. "Dia terperangkap di mobil komandonya yang sudah dimodifikasi. Miss Armstrong menjadikannya umpan!"
Liana mengutuk keras. Dia tahu Miss Armstrong tidak akan menyia-nyiakan waktu. Jenderal Wirayudha adalah pion yang sudah tidak berguna.
"Jenderal Wirayudha, Anda ditangkap oleh organisasi The Vault!" teriak Liana, berjalan cepat mendekati mobil komando yang penyok. Jenderal Wirayudha, wajahnya pucat pasi, hanya bisa pasrah. "Anda akan diserahkan ke jalur hukum dan diadili atas konspirasi dengan kekuatan asing."
Itu adalah kemenangan, kemenangan politik dan moral yang penting. Nama Rohim akan dibersihkan di ranah hukum, berkat intervensi The Vault. Tapi itu terasa hampa. Target utama mereka lolos.
"Fokus pada perburuan, Tia! Lacak semua jet pribadi yang take off dari airport ilegal!" perintah Liana.
Bella menjawab dari Command Center dengan nada dingin dan penuh penyesalan. "Miss Armstrong menghilang. Dia menggunakan jalur laut, Liana. Dia sudah berada di luar jangkauan radar kami. Dia terlalu licik."
Miss Armstrong berhasil lolos. Alex tertangkap, Jenderal Wirayudha tertangkap, dan wanita gila dari CIA itu membawa darah Shalih menuju ambisi gilanya.
Di Muria Kencana, keheningan menindas. Hanya suara rintik hujan yang jatuh membasahi atap Joglo, seolah alam ikut berduka.
Rohim (Heliogar) dan Fitriani (Lunavera) sedang sibuk di ruang tengah. Mereka baru saja menyelesaikan setup awal untuk prototipe generator dari sisa bahan yang dikirim Dharma. Shalih (Stellario) duduk di samping Rohim, matanya yang polos masih menyimpan bekas trauma.
Pintu tiba-tiba terbuka dengan suara braaak keras. Raisa berdiri di ambang pintu, basah kuyup oleh hujan dan air mata. Di tangannya, ia memegang hard disk perak yang berkilauan—blueprint Transmisi Nirkabel yang diidamkan Rohim.
Raisa menjatuhkan hard disk itu ke lantai, tidak peduli. Hard disk itu bergulir pelan. Raisa ambruk, tubuhnya gemetar hebat.
"Raisa!" seru Fitriani, langsung menghampiri.
Raisa memeluk Fitriani erat-erat, air matanya tumpah ruah. Tangisannya histeris, pahit, dan penuh penyesalan.
"Alex, Bu! Alex..." Raisa tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, tenggorokannya tercekat oleh isak tangis. "Dia... dia tertangkap! Dia membiarkan dirinya ditangkap supaya aku bisa lolos dengan data ini!"
Fitriani mendekap Raisa, merasakan gelombang kesedihan yang brutal. Cahaya perak lembut dari tubuh Lunavera menyelimuti mereka berdua, mencoba menenangkan emosi Raisa.
Rohim, yang awalnya mematung, berjalan mendekat. Wajahnya yang tenang kini terlihat hancur. Ia melihat hard disk itu di lantai, hadiah mahal dari pengorbanan seorang sahabat.
"Dia... dia bilang... dia bilang ini misinya, Pak Rohim," isak Raisa, suaranya tercekat. "Dia bilang dia agen The Vault. Dia bilang dia harus melakukannya agar The Closer tahu kalau Bapak adalah harapan!"
Pengakuan itu menusuk hati Rohim. Alex, si hacker lucu, si pria yang mencintai Raisa, ternyata adalah agen rahasia yang mempertaruhkan nyawa demi sebuah visi.
"Kenapa, Alex... Kenapa kau tidak memberitahu kami?" bisik Rohim, memejamkan mata, merasakan rasa bersalah yang menusuk.
Tiba-tiba, dari pelukan Fitriani, terdengar suara ceria.
Humairah (Cosmica), si bungsu, bayi gembul yang polos, tertawa kecil. Tawa itu terdengar ringan dan riang, kontras dengan kesedihan yang mencekik ruangan. Humairah meraih wajah Raisa, jemarinya yang kecil menyentuh pipi Raisa yang basah.
Saat Humairah tertawa, aura galaksi ungu di kostum Cosmica-nya tampak memancar, dan udara terasa lebih hangat, menenangkan, dan damai. Seolah dia, sang Napas Alam Semesta, tengah mencoba menyeimbangkan emosi kacau di sekelilingnya.
Shalih, yang diam, kini menoleh ke Rohim. "Ayah. Om Alex... dia pahlawan."
Rohim berlutut, memeluk Shalih dan Raisa yang masih terisak di pelukan Fitriani. Ia membiarkan kesedihan sesaat itu merasuki dirinya, lalu ia bangkit. Matanya, di balik helm Heliogar-nya, kini menyala dengan tekad baja.
Ia mengambil hard disk dari lantai, memeluknya ke dada.
"Dia pahlawan. Dan pengorbanannya tidak akan sia-sia," ujar Rohim, suaranya tegas dan berat. "Ide Tesla Nova itu dari Alex. Ide untuk menyalurkan energi matahari ke listrik gratis. Aku janji, Raisa, aku janji pada Alex, aku akan menyelesaikannya. Aku akan membuat visi ini terjadi. Kami akan menjadi keluarga yang dia yakini."
Rohim menatap hard disk itu, di sana terletak semua yang ia butuhkan: Warisan Indo Tech Energy, dan janji yang harus ia tepati.
Eksperimen di Pulau Terlarang
Ribuan kilometer jauhnya, di tengah luasnya Samudra Hindia, terdapat sebuah pulau karang kecil yang tidak berpenghuni. Seluruh pulau itu kini tertutup oleh kabut tebal dan dikelilingi oleh kapal-kapal perang tanpa bendera yang berlogo militer Amerika.
Di tengah pulau itu, didirikan sebuah lab darurat yang dijaga ketat oleh agen-agen CIA yang bersenjata lengkap.
Miss Armstrong akhirnya tiba. Ia melangkah keluar dari hovercraft kecil, rambutnya tertiup angin laut yang kencang. Di tangannya, ia membawa sebuah koper perak.
Dia tidak terlihat marah karena kegagalannya di Jakarta, melainkan fokus. Dia berhasil lolos, dan itu yang terpenting.
"Amankan seluruh perimeter! Tidak ada satupun sinyal atau kapal yang boleh mendekat dalam radius seratus mil!" perintah Miss Armstrong, suaranya tajam.
Dia mengeluarkan ponsel satelitnya, menghubungi kontak di Amerika.
"Dokter Aris? Saya sudah di lokasi. Bawa semua peralatan transmisi kosmik yang kita modifikasi dari pangkalan NASA. Dan bawa ilmuwan terbaik Anda. Kita hanya punya tiga minggu, Dokter. Saya punya Genetik Bintang di sini. Kita akan memulai proyek ini di sini, jauh dari mata The Closer yang sok pahlawan itu."
Miss Armstrong tersenyum dingin, menatap langit malam yang bersih.
"Kita akan membuktikan, Dokter. Kita akan membuktikan bahwa kekuatan kosmik bisa dipanen dan dikendalikan. Dan kita akan menggunakan darah anak itu untuk menciptakan Gerhana Matahari buatan yang akan mengubah dunia, selamanya."
Miss Armstrong membuka koper peraknya. Di dalamnya, tabung kecil berisi darah Shalih Wiradipa berkilauan di bawah cahaya bulan. Di sampingnya, sebuah peta proyeksi holografik muncul, menunjukkan koordinat yang terletak tepat di pusat Samudra Hindia, di mana ia akan memicu eksperimen gilanya.
Rohim kini punya blueprint, tapi Miss Armstrong kini punya kunci genetika. Hitungan mundur untuk Project Tesla Nova dan Gerhana Matahari buatan sudah dimulai!
Gimana, bro? Bab ini gue rasa menguras emosi dan berhasil mengatur panggung untuk final battle di tengah Samudra Hindia! Siap untuk aksi selanjutnya: Rohim membangun Tesla Nova dan The Vault memulai perburuan di laut?