NovelToon NovelToon
Dewa Ninja Lima Element

Dewa Ninja Lima Element

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Epik Petualangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Igun 51p17

menceritakan kisah seorang pemuda yang menjadi renkarnasi seorang lima dewa element.

pemuda itu di asuh oleh seorang tabib tua serta di latih cara bertarung yang hebat. bukan hanya sekedar jurus biasa. melainkan jurus yang di ajarkan adalah jurus dari ninja.

penasaran dengan kisahnya?, ayo kita ikuti perjalanan pemuda tersebut.!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Igun 51p17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 14

Di sore hari yang mulai merayap gelap, dua puluh pendekar berseragam hitam berlari gesit di antara ranting ranting pohon di dalam hutan. Kaki mereka menapak ringan, meloncat dari dahan ke dahan seolah tak tersentuh bumi.

Napas mereka memburu, penuh tekad mencari seorang pemuda yang membawa bayi, misi yang diperintahkan oleh sang ketua.

Semua adalah anggota dari Perguruan Badai Perkasa, perguruan tersembunyi yang berada jauh di dalam hutan.

“Kita harus cepat, semoga pemuda itu belum sampai Perguruan Jaya Abadi,” gumam salah satu pendekar, matanya menyipit menatap jauh ke depan, kakinya berlari semakin kencang.

“Kalau pemuda itu sampai di sana terlebih dahulu, kita akan kesulitan mendapatkannya.” lanjut orang tersebut yang di anggukkan kepala oleh semua rekannya.

Langit barat mulai memudar gelap, matahari tenggelam menyisakan bayangan panjang. posisi siang hari sudah terganti oleh gelapnya malam. Namun para pendekar itu tidak patah semangat dalam menjalankan misi.

Mereka terus melesat di dalam kegelapan malam, hingga saat ini, mereka semakin dekat dengan tujuan mereka. Yaitu Kota Rasaujaya, kota yang masih dalam wilayah kekuasaan dari Kerajaan Krisdasana.

Pemandangan pepohonan hutan telah bergantumi menjadi pemandangan dari cahaya penerangan yang ada dalam kota di depan mereka.

"Kita akan memasuki kota" kata salah satu dari mereka.

Huppp..

Mereka semua mendarat dan menginjakkan kaki di atas tanah. Lalu berhenti sejenak untuk membagi tugas serta jumlah mereka.

Dua puluh pendekar berdiri membentuk sebuah lingkaran yang cukup besar, pandangan mereka tajam menatap sosok yang berada di tengah yang menjadi pemimpin mereka dalam misi tersebut.

Pemimpin misi itu melangkah maju, suaranya tegas Saat berbicara."Kita akan membagi anggota ini menjadi lima tim, tiap tim berisi empat orang."

Semua anggota menganggukan kepala dengan  mantap, tanda setuju dengan usulan tersebut.

Perlahan lahan, tim tim itu sudah terbentuk, masing masing dipimpin oleh satu pendekar yang sudah pernah melihat wajah pemuda yang menjadi incaran mereka.

"Ayo, berpencar!" perintah pemimpin itu bergema memberikan perintah.

Lima tim itu langsung menyebar ke arah berbeda, gerak gerik mereka lincah dan penuh kewaspadaan.

Salah satu tim yang di pimpin oleh Ki Sadika melesat cepat di atas atap rumah rumah penduduk, tubuh mereka ringan bagai angin, langkah kaki nyaris tak terdengar. Senyap, tanpa menimbulkan keributan, suatu tanda jika kemampuan meringankan tubuh mereka cukup mahir. Dengan niat untuk memburu sosok sang pemuda dengan membawa seorang bayi yang mejadi incaran mereka.

Cukup lama mereka melesat, hingga berapa saat kemudian, tanpa sengaja mereka melihat dua pendekar sedang terduduk di atas jalan. pada akhirnya mereka memutuskan untuk menghampiri dua orang tersebut, sekaligus untuk bertanya tentang sosok pemuda yang mereka cari.

Huppp...

Empat pendekar mendarat di dekat dua orang tersebut. Lalu mengelilingi mereka dari arah yang berbeda.

Dua orang itu tergeletak lemas di jalan, napas mereka masih tersengal saat melihat empat orang berbalut pakaian hitam mendekat. Ketakutan menyergap, mereka menunduk dan berbisik panik.

"Jangan pukuli kami, tolong..." Suara mereka melemah, penuh permohonan.

Keempat orang itu saling bertukar pandang, Ki Sadika, sang pemimpin dalam tim tersebut, melangkah maju ke depan menghampiri keduanya.

"Kami tak akan memukul kalian. Tapi kenapa kalian terlihat seperti orang yang baru saja kalah dalam sebuah pertarungan?" tanyanya dengan nada dingin yang menusuk.

Salah satu dari dua yang tergeletak itu menggenggam tangan temannya dan berusaha menjelaskan.

"Benar... kami baru dihajar oleh seorang pemuda..." jawabnya.

Hahahaha..

Tiba tiba, tawa lepas meledak dari keempat orang berbaju hitam itu. Gelak tawa yang menggema seperti ejekan mematikan.

"Kalian dihajar oleh pemuda, lalu kalah? Hahaha... itu benar benar konyol," Ki Sadika menggelengkan kepala sambil menatap sinis, kata katanya mengandung penghinaan yang menggigit, membiarkan dua orang itu tenggelam dalam rasa malu dan takut.

Dua orang itu memang di buat malu ketika di tertawakan oleh orang orang yang tidak mereka kenal. Apa lagi dengan suasana malam yang gelap, sehinga menyamarkan wajah mereka.

"Pemuda itu memang benar benar kuat. Bahkan mereka sudah menghancurkan aliran tenaga dalam yang kami miliki" kata orang tersebut  yang sebelumnya tenaga dalam mereka telah di hancurkan oleh Bayu Wirata dengan jurus Tapak Petir Perusak.

Jurus tapak petir perusak adalah jurus yang menghancurkan pusat dari sumber aliaran tenaga dalam pada manusia. Hal itu membuat orang yang terkena jurus ini tidak dapat menggunakan tenaga dalam mereka lagi.

Sesaat tawa dari ke empat pendekar itu langsung terhenti ketika mendengar apa yang di katakan oleh dua orang yang sedang terduduk di jalan itu. Mata mereka saling pandang untuk sesaat. Hingga pemimpin mereka yang bernama Ki Sadika berjongkok untuk memeriksa keadaan dari dua orang tersebut

Tangan Ki Sadika di tempelkan pada dada kedua orang tersebut untuk mencoba merasakan aliran tenaga dalam mereka.

Namun setelah itu, matanya langsung terbelalak karena terkejut ketika merasakan aliran tenaga dalam mereka benar benar baru saja di rusak oleh seseorang.

"Mereka benar benar sudah kehilangan tenaga dalam" gumam Ki Sadika sembari menelan ludahnya.

Ki Sadika berdiri kembali, namun matanya masih memandang dua orang yang ada di hadapannya.

"Bagaimana ciri ciri pemuda yang udah membuat kalian tidak bisa menggunakan tenaga dalam lagi?" Tanya Ki Sadika dengan rasa ingin tahu yang tinggi.

"Pemuda itu sekitar berusia lima belas sampai tujuh belas tahunan, memakai pakaian berwarna putih. Ia membawa satu bayi dalam gendongannya" jawab mereka.

Ki Sadika tekejut ketika mendengar apa yang di katakan oleh orang tersebut.

"Pemuda yang membawa bayi, apakah pemuda itu yang menjadi incaran kami?" Gumam Ki Sadika.

Mata Ki Sadika menatap tajam dua orang di depannya. seolah ingin mendapatkan kepastian yang berlebih.

"Kemana pemuda itu pergi?" Tanya Ki Sadika. Yang merasa sedikit mendapatkan petunjuk tentang keberadaan soaok yang mereka cari.

"Kami mendengar jika pemuda itu sedang menuju penginapan terdekat yang ada di daerah ini" jawab mereka singkat.

Setelah mendapatkan jawaban dari dua orang tersebut. Ki Sadika dan ketiga rekannya tidak ingin membuang waktu lagi. Hingga akhirnya ketiga orang tersebut memutuskan untuk segera pergi untuk menyusul pemuda yang di maksud.

Tanpa berkata apa apa lagi kepada dua orang itu. mereka berempat langsung melesat menuju arah dari penginapan terdekat. Memang pada dasarnya, mereka semua sudah tahu di mana penginapan terdekat itu berada. karena mereka sudah sering keluar masuk di dalam kota Rasaujaya yang tidak terlalu jauh dengan Perguruan mereka yang ada di dalam hutan.

Wushhh..

Kembali mereka melesat di dalam kegelapan malam. Untuk menuju tempat dimana posisi pemuda yang mereka incar.

Bayu Wirata berjalan pelan di tengah gelapnya malam, dengan bayi yang terbungkus rapat ia gendong dengan begitu erat.

Matanya menatap tajam ke depan, dengan memanfaatkan sedikit penerangan dari pelita kecil yang terpijar di depan rumah warga.

Suasana begitu hening karena jalan yang begitu sepi, hanya suara langkah kakinya yang sesekali menyentuh kerikil jalan.

Tidak lama kemudian, Bayu Wirata melihat sebuah bangunan penginapan yang disebutkan pelayan wanita di warung tadi.

Hatinya sedikit lega, apalagi saat pintu penginapan itu terlihat masih terbuka lebar.

"Akhirnya aku bisa istirahat juga malam ini," gumam Bayu Wirata sambil mengatur nafas dan melangkah masuk Ke dalam penginapan.

Di depan meja petugas penginspan, Bayu Wirata segera mengajukan permintaan.

"Saya mau sewa satu kamar untuk malam ini, apakah masih ada yang tersedia?, lalu Berapa harga yang harus aku bayar?" tanyanya, suara serak sedikit bercampur lelah.

Petugas wanita berusia sekitar dua puluh lima tahun menghadapnya dengan senyum hangat yang mengusir dingin malam.

"Tiga koin emas, tuan muda," jawabnya ramah, suara lembut tapi tegas, seolah menegaskan aturan penginapan itu tanpa mengurangi keramahan.

Bayu Wirata langsung membayar dengan jumlah yang sudah di sebutkan oleh petugas wanita tersebut. Ia menyodorkan tiga koin emas di atas meja yang menjadi temlat bertugas wanita tersebut.

Petugas penginapan itu langsung mengambil tiga koin emas yang ada di atas meja. Setelah itu, ia berjalan untuk mengantarkan pemuda yang sudah memesan kamar tadi.

"Ayo ikuti aku anak muda.!" Kata petugas wanita itu yang berjalan terlebih dahulu.

Bayu Wirata menganggukkan kepalanya. Lalu ia mengikuti langkah kaki petugas penginapan dari belakang.

Hingga tidak lama kemudian. Mereka sudah sampai di depan kamar yang sudah di sewa oleh pemuda tersebut.

"Silahkan masuk tuan muda. jika ada yang ingin di bantu, maka tuan muda bisa menemui saya di depan" kata wanita itu dengan ramah.

Bayu Wirata mendengar apa yang di katakan oleh wanita tersebut. Lalu ia langsung meminta petugas itu mencarikannya seorang wanita.

"Bisakah kau mencarikan aku seorang wanita?" Tanya Bayu Wirata.

Petugas wanita itu, tersenyun atas permintaan dari Bayu Wirata. Pada saat ini, ia sama sekali tidak tahu wanita apa yang di maksudkan oleh pemuda di depannya. Akan tetapi, ia sudah menyanggupinya.

"Baiklah, tuan muda bisa menunggu di dalam kamar, aku akan mengirim seorang wanita untukmu" kata wanita itu sembari berlalu pergi.

Bayu Wirata memasuki kamar yang sudah ia sewa sebelumnya. Lalu ia metakan bayi yang ia bawa di atas tempat tidur. Beruntung bayi tersebut masih tertidur pulas setelah kenyang minus susu saat di warung makan tadi.

Bayu Wirata duduk di samping bayi mungil itu, matanya yang teduh menatap penuh kasih sayang meski tahu bocah itu takkan mengerti ucapannya. "Kita sama sama kehilangan" gumamnya lirih.

"Orang tua kita tewas dibunuh... seperti nasib kita sama sama terjerat dalam duka." Jari jarinya menyentuh pelan lengan kecil bayi itu, seolah mencoba merasakan denyut kehidupannya.

Tiba tiba pintu kamar terbuka pelan dari luar.

Seorang wanita muncul dari balik pintu tersebut. Lalu masuk dengan pakaian yang cukup terbuka dan rok yang sedikit pendek, langkahnya yakin dengan tatapannya yang sedikit menggoda.

Bayu Wirata mengerutkan dahi, ia mengenali sosok wanita itu yang ternyata adalah petugas wanita penginapan tadi. Wanita itu menutup pintu dan berjalan mendekat ke arah Bayu Wirata.

"Kenapa justru kamu yang datang?" tanya Bayu dengan nada dingin, suaranya menyimpan rasa penasaran. "Bukankah aku sudah meminta agar kau mencarikan wanita lain?" Wajahnya mengeras, mencoba menyembunyikan rasa keheranan dan kebingungan di dalam hatinya.

Wanita itu duduk di samping Bayu Wirata. Dengan posisi yang sangat menggoda. Terlihat ia seperti sengaja memperlihatkan sedikit bagian tubuhnya yang sensitip, seolah ingin memancing pemuda di depannya.

"Maaf tuan muda, sebelumnya perkenalkan namaku Liana" kata wanita itu yang memperkenalkan dirinya.

"Aku tidak mendapatkan wanita untuk menemanimu. Jadi, aku memutuskan agar aku sendiri yang datang untuk melayanimu" jawab Liana dengan senyuman nakalnya. Sesekali ia terlihat mengigit bibir bawahnya.

Bayu Wirata kembali mengerutkan dahinya, pandangannya tajam menatap wanita di depannya.

"Sepertinya kau sudah salah paham. Aku tidak pernah minta untuk melayaniku. Aku hanya butuh seseorang wanita untuk membantuku dalam menjaga adik bayi ini," ucapnya dengan nada serius.

Liana yang mendengar hal tersebut langsung menundukan kepalanya, wajahnya memerah karena malu. Awalnya ia mengira jika pemuda ini memesan wanita untuk dinikmati, bukan untuk urusan bayi.

"Maaf, tuan muda. Aku sudah salah paham," bisiknya pelan, suara penuh rasa bersalah.

Bayu Wirata hanya mengangguk pelan, seolah memaklumi.

"Tidak apa apa. Karena kau sudah terlanjur di sini, bisakah kau bantu aku dalam menjaga adik bayiku? Dan berapa yang harus kubayar?" tanyanya dengan nada sopan.

Liana menyunggingkan senyum kecil, lalu buru buru menyembunyikannya dengan jari jari mungilnya menutup mulut.

"Karena kesalahpahaman ini, aku rasa kau tidak perlu membaya. Aku akan tetap membantumu dalam menjaga bayi ini," jawabnya lirih namun pasti.

Bayu Wirata menatapnya sesaat, lalu matanya menghangat.

"Benarkah?" tanyanya, sedikit terkejut tapi ada kelegaan di suara dan tatapannya.

Liana menganggukkan kepalanya tanda menjawab pertanyaan Bayu Wirata. Setelah itu. Ia beranjak berdiri lalu mendekat ke arah bayi yang sedang tertidur tersebut.

Suasana hening sesaat. Namun tiba tiba, bayu Wirata merasakan ada beberapa orang yang mencurigakan sedang berada di sekitar penginapan.

Orang orang di luar penginapan tampak bergerak dengan sangat hati hati, seolah tengah melakukan pengintaian.

Bayu Wirata, yang duduk di atas tempat tidur, benar benar yakin jika dirinya merasakan kehadiran dari beberapa orang tersebut.

Tanpa rasa ragu lagi, ia melangkahkan kakinya pelan ke arah pintu, lalu nenarik gagang dengan gerakan lembut agar suara tak terdengar.

Sebelum keluar, ia menyempatkan diri untuk menoleh ke belakang, menatap Liana yang tengah menjaga bayi kecil itu dengan serius.

“Aku keluar sebentar. Tolong jaga adikku. Aku akan segera kembali,” ujarnya pelan, matanya penuh arti.

Tanpa menunggu jawaban dari liana. Bayu Wirata langsung menutup pintu dari luar, napasnya perlahan tertahan ketika ia melangkah menjauh.

Di sela langkahnya, ia segera mengikat sepotong kain tipis menutupi bagian bawah wajahnya, yaitu hidung, mulut, dan dagu. Tujuannya adalah agar dirinya tidak dapat di kenali.

Dengan sigap, Bayu melesar keluar laku naik dan mendarat di atas atap bangunan penginapan, badannya menekuk seperti kucing waspada. Ia mengendurkan otot, memusatkan indera penglihatan dan pendengarannya, memburu jejak keberadaan para pengintai itu dengan ketegangan menggelayut di seluruh tubuhnya.

"Di sana" gumam Bayu Wirata yang sudah mengetahui posisi dari orang orang tersebut.

"Aku akan menghampiri kalian, apa tujuan kalian mengawasi penginapan ini, jika kalian membahayakan. maka, aku tidak akan segan segan menghabisi kalian" gumam Bayu Wirata dengan tangan yang mengepal dengan erat.

1
nts 03
no komen yg jelas keren banget
nts 03
keren/Good//Good//Good//Good/
nts 03
keren
igun 51p17
berikan bintang lima kalian sebagai penyemangat saya dalam berkarya.
Baby MinMin <3
Baper abis. 😢❤️
Claudia - creepy
Hats off untuk authornya, karya original dan kreatif!
Zuzaki Noroga
Kece banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!