Aisha Febriani menikahi seorang pria yang belum ia kenal sebelumnya. Sejak kecil ia tinggal di kampung halaman neneknya. Namun setelah ia menginjak usia 19 tahun, ia dijemput oleh kedua orangtuanya dan pindah ke kota.
Di saat yang sama, Aisha dilamar oleh seorang pria tampan yang belum ia kenal. Mereka menikah berdasarkan wasiat ayah pria itu. Tapi, tidak ada yang tahu bahwa ternyata pria itu memiliki seorang kekasih, dan mereka saling mencintai. Namun pria itu juga bersikap baik pada Aisha sampai suatu hari, kejadian tidak terkira membuat Aisha harus menerima penderitaan yang bertubi-tubi.
Aisha, tidak akan pernah menyerah. Meskipun pada awalnya ia tidak mengenal suaminya, tapi ia yakin, ia sudah lebih dulu jatuh cinta pada suaminya sejak pandangan pertama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21.
Aisha masih setia menjaga Rey meskipun sudah hari ke-tiga, dan Rey belum juga membuka matanya. Terkadang Aisha ragu dengan keterangan dokter yang mengatakan tidak ada masalah pada kondisi Rey, nyatanya pria itu belum membuka matanya sampai sekarang.
Pengasuh Rafka beberapa kali menelfon Rey tapi Aisha tidak bisa menerima telepon itu, akhirnya Aisha hanya mengirim pesan bahwa Rey sedang sibuk dengan pekerjaannya di luar kota selama beberapa hari. Dan untung saja pengasuh Rafka percaya dengan apa yang Aisha katakan dengan atas nama Rey.
Menjaga Rey selama beberapa hari membuat Aisha tidak ada pemasukan pada keuangannya. Ia tidak memiliki uang sepeserpun sekarang, ia juga belum makan apa pun sejak pagi. Biasanya ia bekerja harian dan mendapatkan upah setiap harinya. Dan beberapa hari ini ia tidak bekerja dan otomatis ia tidak bisa mendapatkan uang. Sementara ia tidak mungkin menggunakan uang Rey untuk keperluannya sendiri. Bagaimana jika Rey masih membutuhkan beberapa uang lagi yang harus dibayarkan untuk perawatannya?
Rey perlahan membuka matanya dan Aisha lah yang pertama kali ia lihat. Rey senang, ternyata wanita itu masih peduli padanya meskipun ia sudah menyakiti hatinya yang paling dalam.
"Aisha." Ucap Rey untuk pertama kalinya.
"Anda salah mengenali orang. Karena anda sudah sadar saya permisi. Kerabat anda menghubungi anda berkali-kali." Ucap Aisha sambil berdiri namun di cegah oleh Rey dengan menggenggam tangan Aisha
"Jangan pergi! Aku tahu kamu Aisha, istriku." Kata Rey.
Aisha hanya diam saja. Percuma saja mengelak dan membohongi Rey, pria itu sudah terlanjur mengenalinya meskipun ia memakai masker sekalipun.
"Apa kamu tidak ingin bersama Rafka lagi? Dia sangat ingin bertemu denganmu." Kata Rey akhirnya. Aisha menatap Rey dengan kaget. Apakah selama ini Rafka tahu bahwa ia adalah ibu kandungannya? Apakah selama ini Rey selalu menceritakan dirinya pada anaknya?
"Dia sangat ingin bertemu denganmu. Beberapa kali ia sering salah mengenali orang. Tapi kali ini, aku yakin itu kamu, Aisha." Kata Rey lagi.
"Rafka?" Gumam Aisha pelan.
"Ya, anak kita." Jawab Rey.
"Aku juga ingin bertemu dengannya. Tapi, aku tidak bisa bersama kalian." Kata Aisha.
"Apa yang kamu katakan? Kita belum bercerai, kamu masih bisa bersama kami." Kata Rey.
"Tapi, aku tidak ingin." Jawab Aisha.
"Kamu marah padaku sampai seperti ini juga memang pantas aku mendapatkannya. Tapi, aku tidak berharap kamu pergi lagi." Kata Rey.
"Rena?" Tanya Aisha.
"Kami sudah lama bercerai." Jawab Rey membuat Aisha kaget.
Kenapa?
Bukankah saling mencintai?
"Kamu mungkin bertanya-tanya kenapa kami bercerai kan?" Tanya Rey lagi. "itu karena dia yang merencanakan penculikan Rafka." Lanjut Rey.
"Meskipun begitu, tetap saja kita tidak bisa kembali bersama." Jawab Aisha.
"Kenapa Aisha? Kamu sudah tidak mencintaiku lagi?" Tanya Rey. Aisha tersenyum miris. Apakah sekarang cintanya berguna?
"Kenapa tidak tanyakan hatimu sendiri? Untuk apa kamu menginginkan aku kembali? Apakah kamu pernah mencintaiku selama ini?" Tanya Aisha kemudian melepaskan genggaman Rey di tangannya dan pergi meninggalkan Rey begitu saja.
"Aku berharap kita tidak pernah bertemu lagi!" Kata Aisha sebelum benar-benar pergi meninggalkan Rey.
"Aisha, aku tidak akan membiarkanmu pergi. Tunggu saat aku sembuh dan menemukanmu kembali." Gumam Rey pelan.
Kali ini, Rey tidak ingin kehilangan Aisha lagi, ia akan berjuang untuk merebut kembali hati Aisha. Sekeras apapun Aisha menolaknya, maka semakin keras juga keinginannya untuk membawa wanita itu kembali ke dalam pelukannya.
.......
"Bibi, kenapa ayah belum pulang juga?" Tanya Rafka setelah seminggu ditinggal Rey pergi. Sampai detik ini anak itu tidak tahu bahwa Rey mengalami kecelakaan dan harus di rawat di rumah sakit beberapa hari.
"Bibi juga tidak tahu, tuan hanya bilang sedang ada pekerjaan di luar kota. Tuan Rafka tunggu saja tuan Rey pulang." Kata wanita yang setiap hari menjaga Rafka, wanita itu juga sedikit curiga dengan kepergian Rey yang mendadak tidak seperti biasanya.
"Ayah pulang."
Rafka maupun bibi pengasuh pun menoleh ke arah pintu depan rumah setelah mendengar suara Rey. Rafka begitu antusias dan berlari ingin menyambut Rey dengan pelukannya. Rindu? Tentu saja anak laki-laki itu sangat dekat dengan ayahnya selama ini. Bagaimana bisa tidak rindu saat mendadak ditinggal pergi dan baru kembali?
"Ayah. Ayah kemana saja?" Ujar Rafka setelah sampai di pelukan Rey.
"Ayah ada pekerjaan mendadak. Maaf ya tidak sempat kasih kabar sama Rafka." Ucap Rey.
"Lain kali harus pamit. Ayah bilang kalau Rafka pengen main, Rafka harus pamit dulu supaya ayah tidak bingung mencari Rafka kan?" Ujar Rafka.
"Tentu saja. Lain kali ayah akan pamit lebih dulu." Ucap Rey.
"Ayah, apa ayah sudah makan?" Tanya Rafka.
"Sudah. Apa Rafka makam dengan baik selama ayah tidak ada di rumah?" Jawab Rey disertai pertanyaan pada putra kecilnya.
"Aku suka makan apapun yang disediakan bibi." Jawab Rafka.
"Anak pintar. Sekarang pergilah ke kamar! Ayah akan menyusul nanti." Kata Rey.
"Baik ayah. Jangan lama-lama!" Ujar Rafka sambil berlari kecil meninggalkan Rey dan bibi pengasuhnya.
"Sebenarnya, apa yang terjadi pada tuan selama beberapa hari ini?" Tanya wanita itu menyadari ada beberapa bekas luka di dekat telinga Rey.
"Saya kecelakaan dan harus dirawat di rumah sakit beberapa hari. Hari ini sebenarnya saya belum diperkenankan keluar, tapi saya memaksa." Jawab Rey. Wanita itu membekap mulutnya dengan sebelah tangannya Karena kaget.
"Terjadi hal besar seperti ini, kenapa tuan tidak memberitahu kami?" Tanya wanita itu.
"Saya tidak ingin Rafka tahu dan khawatir, Bu. Dan lebih dari itu, jika dia tahu apa yang membuat saya kecelakaan, mungkin dia akan lebih rewel dari biasanya." Kata Rey.
"Tuan, apa yang membuat anda bisa sampai mengalami hal buruk?" Tanya Wanita itu. Wanita itu sudah seperti ibu bagi Rey, dan Rey tidak pernah merasa keberatan menceritakan apapun yang ia rasakan selama ini.
"Dia sudah kembali, Bi." Jawab Rey.
"Dia. Maksud anda, nyonya Aisha?" Tanya wanita itu. Rey mengangguk dengan tenang.
"Tapi, dia masih menghindariku, bi. Sepertinya aku harus mengejarnya." Kata Rey sambil tersenyum.
"Syukurlah jika nyonya Aisha masih hidup. Tapi, kenapa nyonya tidak langsung pulang?" Tanya Bibi.
"Mungkin karena ingin menghukumku atas kesalahanku." Jawab Rey sambil meringis menertawakan dirinya. "Ya sudah, bi. Saya susul Rafka dulu. Bibi bisa beristirahat sekarang!" Kata Rey.
"Baik tuan." Jawab wanita itu.
"Ya, kamu memang pantas mendapatkan Karmamu. Wanita mana yang tidak marah saat melahirkan malah diabaikan? Saat mengandung pun dituduh yang macam-macam." Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik pun berjalan dari pintu depan.
"Ibu." Gumam Rey.
"Sudah sadar? Setelah ditinggal istri yang baik, sekarang sibuk ingin mengejar kembali." Kata wanita yang tidak lain adalah ibu kandung Rey.
"Ibu kenapa datang tidak kasih kabar dulu?" Tanya Rey mengabaikan ucapan Ibunya yang menyindirnya.
"Jangan mengalihkan pembicaraan. Kenapa kamu tidak mengerti juga. Kamu ini sudah hampir tua. Ayahmu mencarikan jodoh pasti ada maksudnya." Kata ibu Rey.
"Ibu, aku sudah mengaku salah. Apa aku juga masih harus disalahkan saat aku ingin memperbaiki semuanya?" Ucap Rey.
"Kalau dari awal kamu dengarkan ucapan ayahmu, kamu tidak akan menderita seperti ini. Siapa suruh kamu menikah lagi?" Kata ibu Rey.
"Ibu."
"Buktikan saja, jika kamu memang bisa diandalkan. Rebut kembali hatinya dan jangan sampai dia tidak mau kembali!" Kata Ibu Rey sambil berlalu pergi meninggalkan Rey, berjalan ke arah dapur.
Rey hanya menghela nafas panjang. Ibunya sejak kapan tahu masalahnya? Apakah Bibi yang memberitahunya? Sudahlah, lagipula mana mungkin ia terus menyembunyikan semuanya. Ini kesalahannya, kesalahan yang harus ia tebus dengan usaha keras mendapatkan Aisha kembali.
.......
Bersambung....