Hidup tanpa inti kultivasi, di dunia persilatan tentu tidak mudah. Penghinaan selalu datang, tatapan merendahkan selalu terlihat.
"Kelak, kau pasti akan mengetahui semuanya,"
🍃 Jangan lupa dukung karya Ana ya kakak semua 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ⁖℘ձռձ༢࿔ྀુ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TS 28
"Yang Mulia, Kasim kepala sudah berada di sini. Jika begitu kami akan membawanya bersama dengan laki-laki ini," ucap Tuan Yan.
"Tunggu! Dia adalah seorang Kasim kepala, yang aku percayai. Orang-orang juga mengetahui hal itu, jika rakyat tahu bahwa kalian membawanya, maka..."
"Yang Mulia, anda tidak perlu khawatir. Kami memiliki cara untuk membawa Kasim kepala tanpa diketahui oleh rakyat kerajaan ini,"
Kedua tangan Raja Qin mengepal.
"Ya.... Yang Mulia, tolong Hamba! Hamba tidak mau ikut bersama dengan mereka," ucap Kasim kepala.
"Kau berkata jika kau mengenal laki-laki itu, jadi kau harus ikut bersama dengan Tuan Yan dan Tuan Hua. Mereka hanya akan bertanya beberapa pertanyaan padamu,"
"Tetapi Yang Mulia...."
"Tuan Kasim, anda jangan khawatir. Jika memang jawaban anda tidak seperti yang kami pikirkan, anda akan kembali dengan baik-baik saja,"
"Ka...kalian!"
Tuan Hua dan Tuan Yan menatap Raja Qin.
"Jika begitu, kami akan pergi dan tidak akan mengganggu anda lagi, Yang Mulia," ucap Tuan Hua.
Raja Qin hanya bisa diam sambil menahan kemarahannya.
Tuan Yan membawa Kasim kepala yang masih sempat memberontak, sementara dua orang murid membawa laki-laki yang tadi mereka bawa ke aula istana.
Keenam orang itu pergi ke perguruan Xuan dengan seekor bangau besar yang dapat terbang.
Brak!
Prang!
Raja Qin membalik meja yang ada di depannya, dia merasa sangat marah pada Tuan Yan dan Tuan Hua.
"Perguruan Xuan, aku tidak akan membiarkan kalian semena-mena lagi di kerajaan ini!" ucap Raja Qin dengan aura kebenciannya.
...----------------...
Di dalam kamar, Jian Yi hanya duduk sambil membaca buku latihannya. Sesekali dia menguap dan melihat keluar jendela.
"Aku benar-benar merasa bosan," ucap Jian Yi.
Jian Yi meletakkan bukunya di atas tempat tidur, lalu berjalan ke arah pintu.
Kriet!
"Masuklah!"
Jian Yi dikejutkan oleh Jin Cheng yang berdiri di depan pintu kamarnya.
"Kau! Ka.... Kakak seperguruan Cai, biarkan aku keluar untuk jalan-jalan di sekitar sini," ucap Jian Yi dengan pelan.
"Kau harus banyak beristirahat,"
"Tapi aku sudah baik-baik saja,"
Jin Cheng menatap Jian Yi dengan tajam.
"Aku hanya akan duduk di sana, dan tidak akan pergi kemana-mana. Aku mohon padamu, Kakak Cai," Jian Yi mengantupkan kedua tangannya pada Jin Cheng.
Jian Yi benar-benar sudah tidak tahan berada di dalam kamar selama dua hari, punggungnya seperti sangat kaku.
"Kau tidak boleh di luar terlalu lama," ucap Jin Cheng.
Jian Yi tersenyum lebar, "Baik, aku mengerti. Terima kasih Kakak Cai,"
Dengan bahagia, Jian Yi berjalan menuju kursi kayu yang ada di depan tempat tinggalnya.
Rasanya dia seperti baru saja keluar dari dasar sumur yang dalam, udara di luar benar-benar membuatnya merasa kembali hidup.
Jin Cheng yang masih berdiri di depan pintu kamar, hanya bisa menatap Jian Yi yang tengah menikmati udara yang cukup sejuk itu.
"Aku merasa ada sesuatu yang aneh pada wanita itu. Biasanya aku dapat merasakan inti kultivasi seseorang, dan juga dapat melihat tingkat kultivasi seseorang dari inti kultivasi mereka. tetapi aku tidak dapat merasakan itu darinya. Apakah itu karena inti kultivasi dan kekuatannya sangat lemah?"
Jian Yi yang merasa dirinya diperhatikan oleh seseorang, menoleh dan melihat jika Jin Cheng tengah menatapnya.
Jian Yi tersenyum pada Jin Cheng seraya melambaikan tangannya, namun Jin Cheng tidak membalas apa yang dilakukan oleh Jian Yi.
"Dia benar-benar orang yang aneh!" gumam Jian Yi.
Jian Yi yang tidak ingin memikirkan Jin Cheng yang menurutnya sangat dingin, dan sulit ditebak. Kembali melihat pepohonan yang ada di sekitar tempat tinggalnya.
Dari tempat tinggal Jin Cheng, Cai Hao Min memperhatikan adik satu-satunya yang kini sudah mau terbuka dan dekat dengan orang lain.
"Sepertinya sifat Nona Wen yang terbuka, sudah membuat Jin Cheng sedikit berubah. Aku harap dia akan semakin hangat terhadap orang lain," ucap Hao Min seraya tersenyum.
Sejak kedua orang tua mereka meninggal, Kakeknya menitipkan mereka pada Tuan Hua. Dan hanya beberapa bulan setelah menitipkan mereka, Kakek Hao Min dan Jin Cheng dikabarkan meninggal, setelah menelan racun di dalam hutan.
Usia mereka saat itu masih sangat muda. Hao Min baru berusia sembilan tahun, sementara Jin Cheng lima tahun.
Meski awalnya Tuan Hua kesulitan menghadapi Jin Cheng yang berbeda dari anak-anak lainnya, namun dengan disiplin, akhirnya Tuan Hua berhasil menjadikan Jin Cheng murid terkuat, yang pintar dan juga sangat patuh terhadap semua peraturan di dalam perguruan.
Hanya saja, sikap Jin Cheng yang dingin dan juga sangat pendiam, membuat banyak orang sulit untuk berbicara dengannya.
(Mungkin mereka takut, karena Jin Cheng serem 🤭)
"Kakak Cai, bisakah kau ceritakan padaku, mengapa kau tinggal di tempat ini?" ucap Jian Yi.
Jin Cheng diam, dia yang semula menatap Jian Yi, mengedarkan pandangannya pada halaman yang ada di depannya.
Jian Yi yang tidak mendapat jawaban, menatap Jin Cheng.
"Aku hanya ingin tahu saja, karena tempat ini..."
"Paman Hua, dia yang memintaku untuk tinggal di sini," ucap Jin Cheng.
"Jadi Tetua Hua yang memintamu? Apa... Kakak Hao Min juga tinggal di tempat yang terpisah, sama sepertimu?"
Jin Cheng menggelengkan kepalanya, "Dia tinggal di sebelah perpustakaan perguruan,"
Jian mengangguk.
"Kau, kenapa kau menggunakan tenaga dalammu untuk menolongku? Kau tahu jika menggunakan tenaga dalam yang terlalu banyak, akan membuatmu seperti ini," ucap Jin Cheng.
"Kakak Cai, menolong teman seperguruan itu lebih penting. Apalagi kau juga sudah melindungiku,"
Jin Cheng terdiam sejenak, lalu melihat ke arah Jian Yi, "Masuklah! Kau sudah cukup lama duduk di sana. Udara akan semakin dingin,"
"Aku baru duduk di sini sebentar,"
"Tubuhmu belum sepenuhnya pulih, dan udara dingin dapat membuatmu kembali sakit,"
Jian Yi menatap Jin Cheng dengan tidak percaya, dia seperti sedang merasakan tatapan seorang Ayah yang tengah menegur Putrinya.
Jian Yi terpaksa berdiri dan berjalan kembali ke kamarnya, "Aku mengerti,"
Jin Cheng hanya diam melihat Jian Yi yang tengah kesal padanya.
"Apa Kakak Cai akan berdiri di depan kamarku lagi?" ucap Jian Yi sebelum masuk ke dalam kamarnya.
"Tidak, karena aku yakin Nona Wen tidak akan sembarangan keluar,"
Jian Yi tersenyum, "Kakak Cai sangat percaya padaku. Apa Kakak Cai sudah ingin menjadi temanku?"
Jin Cheng tidak menjawab, dia lebih memilih berjalan meninggalkan tempat tinggal Jian Yi.
"Sebenarnya ada apa dengannya?" gumam Jian Yi yang melihat Jin Cheng pergi begitu saja.
Jian Yi menutup pintu kamarnya, lalu berjalan menuju tempat tidurnya.
"Tidak boleh keluar, tidak boleh berlatih. Benar-benar sangat membosankan," ucap Jian Yi seraya membuka kipas miliknya.
Setelah melihat sejenak kipas itu, Jian Yi kembali menutupnya lalu meletakkannya di atas meja.
Jian Yi memilih untuk duduk di depan meja kecil, dan membaca buku latihan, agar tidak begitu merasa bosan.
gara" hbis nnton dracin ada yg namanya jian cheng jdi ke inget trus