NovelToon NovelToon
Istri Kedua Suamiku

Istri Kedua Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Spiritual / Kehidupan di Kantor / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Suami ideal
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: ARSLAMET

Sebuah keluarga yang harmonis dan hangat,
tercipta saat dua jiwa saling mencinta dan terbuka tanpa rahasia.
Itulah kisah Alisya dan Rendi—
rumah mereka bagaikan pelukan yang menenangkan,
tempat hati bersandar tanpa curiga.

Namun, kehangatan itu mendadak berubah…
Seperti api yang mengelilingi sunyi,
datanglah seorang perempuan, menembus batas kenyataan.

“Mas, aku datang...
Maaf jika ini bukan waktu yang tepat...
Tapi aku juga istrimu.”

Jleebb...
Seketika dunia Alisya runtuh dalam senyap.
Langit yang dulu biru berubah kelabu.
Cinta yang ia jaga, ternyata tak hanya miliknya.

Kapan kisah baru itu dimulai?
Sejak kapan rumah ini menyimpan dua nama untuk satu panggilan?

Dibalut cinta, dibungkus rahasia—
inilah cerita tentang kesetiaan yang diuji,
tentang hati yang terluka,
dan tentang pilihan yang tak selalu mudah.

Saksikan kisah Alisya, Rendi, dan Bunga...
Sebuah drama hati yang tak terucap,
Namun terasa sampai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARSLAMET, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketakutan atau Terluka ?

Langit Bandung mendung, seolah menyesuaikan dengan isi dada Rendi yang penuh sesak.

Sebuah ruangan sederhana di rumah sakit telah disulap menjadi tempat ijab kabul. Tidak ada dekorasi. Tidak ada kebahagiaan yang semestinya menghiasi momen sakral itu. Hanya ada sunyi yang menggantung di udara. Beberapa orang hadir sebagai saksi: Pak Hendra yang terbaring lemah, Pak Wiratma yang duduk diam, Bunga yang menunduk tanpa kata, dan seorang penghulu yang membaca akad dengan suara lantang.

Rendi duduk di sana. Tangan dingin. Kemeja putih terasa terlalu sempit di dadanya yang penuh gemuruh. Saat penghulu mulai membaca lafal ijab, semua suara mendadak redup di telinganya.

Yang terdengar hanya suaranya sendiri—suara dalam kepalanya—yang memanggil nama satu perempuan: Alisya.

" Maafkan aku, Sayang…

Maaf karena hari ini, tangan ini menggenggam tangan yang bukan milikmu Maaf karena lidah ini mengucap akad, bukan untuk menyambutmu, tapi untuk mempertahankan apa yang pernah ku bangun demi kita..."

“Saudara Rendi Arjuna Langit

Suara penghulu membuyarkan lamunannya. Ia menelan ludah, menatap kosong ke arah Bunga yang tampak tak kalah gelisah. Ia tahu, ini bukan pernikahan yang diinginkan siapa pun.

Ini hanya panggung kesepakatan. Pernikahan yang tak punya pelaminan, tapi membawa beban berat yang harus ditanggung sepanjang waktu.

“Alisya… kau pasti sedang menyiapkan makan malam di rumah kita… mungkin Rasya sedang bercerita tentang sekolahnya…

dan aku di sini… menikah dengan perempuan lain, bukan karena cinta, tapi karena keadaan yang menjerat dari segala sisi…” gumam nya dalam hati

Penghulu kembali mengulang, kali ini sedikit lebih pelan, memberi ruang untuk keraguan yang mengikat Rendi.

“Saudara Rendi Arjuna Langit apakah Anda bersedia menikahi Saudari Bunga dengan mas kawin tersebut, tunai?”

Rendi memejamkan mata.

 “Aku benci ini, Lis… Aku benci diriku… Aku benci dunia yang menyeretku ke sini tanpa pilihan…

Tapi lebih dari itu, aku takut kehilangan semua yang sudah kita bangun… rumah, anak kita, kebahagiaan yang kita jaga dengan hati-hati selama bertahun-tahun…”

Ia membuka mata perlahan. Menatap Pak Hendra yang kini tersenyum samar dari ranjangnya.

Menatap ayahnya yang mengangguk, menuntut diam.

Menatap Bunga yang menunduk… pasrah.

Dan akhirnya…

Dengan suara tercekat, nyaris hilang,

“Saya terima nikahnya Bunga dengan mas kawin tersebut… tunai.”

Sejenak, dunia berhenti berputar.

Tidak ada tepuk tangan. Tidak ada senyum. Tidak ada bahagia.

Hanya ruang kosong di hati Rendi yang terasa semakin menganga.

“Alisya… hari ini aku kehilangan bagian dari diriku. Maafkan aku… bukan karena aku berhenti mencintaimu… tapi karena aku terlalu mencintaimu, hingga tak ingin kau kehilangan segalanya . "

Pak Wiratma menatap sahabat lamanya yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit Senyum samar terbit di wajahnya, seolah beban hidupnya sedikit terangkat.

“Akhirnya… anak-anak kita bersatu,” bisiknya lirih sambil mengelus pelan pundak Pak Hendra,yang membalas dengan anggukan lemah, mata berkaca.

Namun, tak ada pesta. Tak ada peluk bahagia seperti pernikahan lainnya Rendi dan Bunga langsung kembali ke Jakarta ke rumah yang berbeda, ke kehidupan yang sama sekali asing meski sudah dalam satu ikatan suci.

Di dalam mobil, suasana lebih dingin dari malam di dataran tinggi.Tak ada saling pandang, tak ada sapa.

“Saya pastikan, Pak… semua akan baik-baik saja… untuk Bapak dan keluarga,” lirih Bunga, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri.

Namun keduanya tahu , tidak ada yang benar benar baik setelah keterpaksaan menjadi dasar segalanya , dulu mereka adalah direktur dan sekretaris , terbiasa saling berinteraksi tanpa ragu , kini ada batas yang tak terlihat namun mengurung seluruh ruang canggung , terlalu canggung dan sunyi menjadi satu satu nya teman dalam perjalanan .

...****************...

Rendi menutup kisah itu dengan suara lirih, penuh rasa bersalah.

Ia mencoba memeluk Alisya, menggenggam lembut jemari perempuan yang masih ia sebut rumah.

Namun Alisya menolaknya, perlahan, namun pasti.

Ada jarak yang tak bisa disebrangi meski hanya sejengkal.

“Lalu… jika ini keterpaksaan… bagaimana bisa Bunga hamil?” suara Alisya nyaris berbisik, namun justru menampar paling keras.

Air matanya jatuh satu per satu, membasahi wajah yang begitu letih menyusun kenyataan.

“Bukankah itu artinya… kalian telah menjalani semuanya… sebagai suami dan istri…?”

Bunga yang sejak tadi bersimpuh, menunduk penuh penyesalan.

“Oh, iya. Bunga… duduklah Kamu pikir aku perempuan macam apa…membiarkan perempuan hamil bersimpuh di bawah seperti itu?”ucap Alisya, tegas, namun wajahnya banjir air mata yang tak sanggup ia hentikan.

Rendi masih menggenggam tangannya.

“Maaf, Sayang…”ucapnya lirih.

Alisya menghentikannya, suaranya pecah.

“Sayang? Sayang? Sayang?!Jangan panggil aku begitu, Mas…Aku tidak akan luluh… tidak untuk saat ini.” Wajahnya tertunduk, menatap lantai.Terlalu rapuh untuk menatap Rendi, terlalu perih untuk berkata lebih banyak.

“Empat bulan lalu menikah? Lalu saat ke Yogya? Kalian sudah menjadi suami istri? Oh, iya… sekalian bulan madu, ya?” Alisya menatap Rendi, berusaha menyusun potongan kisah yang tak pernah ia tahu.

“Sayang, aku… aku tidak melakukannya dengan Bunga…”

ucap Rendi, suaranya parau, tersendat.

Alisya menggeleng pelan, matanya merah, suaranya pecah.

“Mas… Bunga hamil… dan kamu menyangkalnya?”

Tatapannya tajam, namun yang terlihat di dalamnya hanyalah luka terdalam yang belum sempat sembuh.

Rendi terdiam. Lidahnya kelu.

Matanya masih tak beralih dari Alisya bukan pada Bunga, bukan pada siapa pun. Dalam diamnya, ia menyalahkan dirinya sendiri.

 “Kenapa aku tak mampu menolak saat itu…?

Apakah ini benar demi keluarga, atau hanya bentuk lain dari ketakutan…?”

Bunga akhirnya bicara, suaranya pelan, nyaris tak terdengar.

“Bu… awalnya bulan ini kami memang berencana berpisah. Saya… saya ingin semua ini selesai tanpa Ibu perlu tahu . Tapi dua hari lalu… saat di Bandung, saya periksa kesehatan Ada janin, Bu… di perut saya…”

Alisya terdiam. Matanya membesar, dahinya mengerut

wajahnya hancur seketika.

Dan pada akhirnya, yang hening bukan lagi ruangan…

melainkan hati yang patah karena cinta yang tulus,

dikhianati oleh takdir yang tak pernah diminta.

Semua terasa menggema. Ucapan Bunga seperti menghentikan detak waktu di dada Alisya.

" Janin."Kata itu menampar lebih keras dari sekadar pengkhianatan.

Ia memejamkan mata sejenak, seolah ingin mematikan dunia yang berdiri di hadapannya. Tapi nyatanya, suara itu tetap datang—suara kenyataan yang tak bisa dipadamkan hanya dengan menolak percaya.

"Janin di perut perempuan lain.. dari suami yang tiap malam kupeluk dalam doa..."Lirih Alisya .

Alisya menghela napas panjang, menahan segala yang ingin tumpah. Namun air matanya tak peduli.

Ia menangis, tanpa isak, hanya aliran lembut yang menyuarakan luka tak terucap.

Tangannya mengusap pipinya sendiri, seperti ingin menghapus rasa bodoh yang tiba-tiba tumbuh di hatinya.

Ia berdiri perlahan, melepaskan genggaman tangan Rendi yang masih mencoba menggenggam hatinya.

Tatapannya beralih pada Bunga. Perempuan itu masih tertunduk, nyaris tak berani bernapas.

Tak ada benci dalam mata Alisya.

Yang ada hanya lelah. Lelah dari mempertahankan cinta sendirian.

“Selamat ya…”

ucapnya pelan, datar, namun tajam.

“Selamat menjadi ibu dari anak yang lahir di atas luka orang lain…”

Ia tersenyum kecil—bukan karena bahagia, tapi karena kesedihan kadang butuh senyum untuk tidak terlihat terlalu hancur.

“Aku ingin sendiri,, untuk saat ini putuskan sendiri Mas , tentang Bunga , entah tidur disini atau kamu mengantar nya pulang seperti biasanya ke apartemennya " ujarnya kemudian, pelan, tanpa kemarahan, hanya kepasrahan , Rendi tak mampu menenangkan Alisya saat ini

Lalu langkahnya pelan meninggalkan ruang tamu.

Langkah yang tak membawa dendam,

tapi juga tak meninggalkan harapan.

Dan saat pintu kamar tertutup perlahan, runtuhlah hati Alisya sepenuhnya . Tubuhnya bersandar di balik pintu.

Ia jatuh perlahan ke lantai, menggenggam dadanya sendiri berusaha menahan gejolak yang tak bisa diredam.

"Ya Allah… kenapa harus aku yang mencintai sebanyak ini lalu disakiti sedalam ini…?”

Dalam diam dan gelap kamar,

ia kembali mengadu pada Tuhan,

karena hanya pada-Nya, ia tahu…

ia masih layak dipeluk meski dunia tak lagi memilihnya.

1
❤ Nadia Sari ❤
Pergilah Alisya jangan mau dimadu biar Randy menyesal
Iis Dawina
berpisahlah alisya krn nnti mertuamu kan selalu memihak madumu..demi perusahaan dan suami km akn sll nurut
❤ Nadia Sari ❤
lanjutttt
Iis Dawina
mendingan mundur alisya...ga blk bner klo ortu dah ikut campur mah
Yati Syahira
sdh panjang bab tdk terungkap perselingkuhan suaminya aneeh bikin males baca
ARSLAMET: biar makin penasaran kak , hehehe staytune trus ya
total 1 replies
D͜͡ ๓KURNI CACAH
wanita sebaik dan secantik sabar alisha kok bisa si di sakiti Sama laku laku kampret Kya si Rendi
D͜͡ ๓KURNI CACAH
ngk rela bgt alisha di Madu
D͜͡ ๓KURNI CACAH
kampret Rendi sama bunga kok bisa nikah ...dasar laki laki apa pun ala San nya tetap tak di benarkan
Rubyna
kok gak ada kejelasan tiba tiba menikah karna apa, dan bunga seharus nya menolak tau kan kalau Rendi susah beristri
ARSLAMET: dukungan nya kaka , selalu berharap yang terbaik untuk tulisan ku dan semua hal hehe
Rubyna: semangat ya, noveltoon gak kayak dulu, asal kontrak sudah dapat cuan sekarang susah
total 4 replies
❤ Nadia Sari ❤
ketikannya kok center semua?
ARSLAMET: @ terimakasih sebelumnya atas sarannya ..
❤ Nadia Sari ❤: bagus yg awal aku tadi bacanya kayak lagu
total 3 replies
pembaca
lanjut kan tuk menuju sukses
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!