SQUEL "GAIRAH SANG CASANOVA"
SERI KEEMPAT.
#POVPELAKOR
Karena kesalahan di masa lalu, membuat seorang wanita yang kini bekerja di sebuah club' malam bertekad menghancurkan rumah tangga seseorang.
Dia adalah Bianca, wanita cantik dengan tubuh gemulai, juga parasnya yang cantik rupawan. Namun, nasib baik sepertinya tidak berpihak padanya.
Bianca hidup sebatang kara, setelah sang ayah meninggal saat dia remaja. Semua keluarga tidak ada yang sudi menampungnya hingga dia hidup dengan liar di luar sana.
Dan ia merasa semua nasib sial itu akibat perbuatan seorang wanita bernama Joana, yang kini terlihat bahagia dengan suaminya. Hidup penuh tawa, dan bergelimang harta.
Hingga akhirnya Bianca bertekad, untuk menggoda suami wanita itu.
"Bizard Welling Tanson, aku akan membuatmu jatuh dalam pelukanku dan menghancurkan Joana!"
Apa yang membuat Bianca ingin membalaskan dendamnya pada Joana? Cus ikuti ceritanya.
Salam Anu 👑
Ig @nitamelia05
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Tidak Dapat Dihubungi
Sementara di bumi belahan lain. Joana masih tampak gusar dan terus menghubungi Bizard. Namun, usahanya seperti sia-sia, karena pria itu sama sekali tak menerima panggilan darinya, sudah sejak sore dia pulang ke rumah dan menunggu suaminya. Nihil, Bizard tidak datang, dan entah berada di mana.
Sebab dia sudah bertanya pada Jennie, tetapi ternyata pria itu tidak pulang ke mansion.
"Ke mana sih kamu, Bee? Apa kamu harus semarah itu?" gumam Joana sambil menggigit kuku jarinya. Dia terus mondar-mandir di ruang tamu, sambil menggenggam ponsel.
Maaf nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi.
Sedari tadi hanya kalimat itu yang memenuhi telinga Joana. Hingga akhirnya dia pun mendesaah keras karena merasa sangat kesal. "Argh! Kenapa sulit sekali? Aku sudah menghubungi Jennie, tetapi dia tidak ada di mansion. Lalu ke mana kamu, Bee? Kamu pergi ke mana sih."
Dia melirik ke sana ke mari dengan otak yang berkecamuk, bingung sekali harus melakukan apa. Jika dia gegabah untuk memastikan sendiri ke mansion, pasti kedua orang tua Bee dan yang lainnya akan tahu kalau mereka tengah mendapatkan masalah.
Joana memijat kepalanya yang terasa berdenyut. Sesungguhnya dia memang mencintai Bee, tetapi dia tidak bisa dikekang. Dia selalu merasa bisa melakukan semuanya sama seperti sebelum ia menikah.
Menjadi direktur utama bukanlah hal yang mudah, meskipun dia anak pemilik perusahaan, dia tetap bekerja keras hingga menguras sebagian waktunya. Dan semua teman-temannya iri akan hal itu, membuat dia semakin merasa besar kepala.
Julukan wanita karir seolah tak ingin dia lepas sedikitpun. Bahkan kini dia tengah memperjuangkan kursi presdir. Ada dua kandidat lain yang menjadi rivalnya, dan mereka semua kerabat dari keluarga Laura.
Joana duduk di sofa, dia menatap satu objek dengan tatapan yang begitu nanar. "Ayolah, Bee. Kita perbaiki semuanya, aku tidak mau kamu pergi dariku." Wanita itu menangis, satu rahasia besar dalam hidup Joana, membuat dia mati-matian pula mempertahankan Bee agar tetap di sisinya.
Karena Bee adalah seorang pengacara, jika kelak ada hukum yang menjeratnya, Bee tidak akan mungkin membuat dia masuk ke dalam penjara.
Hingga malam itu, akhirnya Joana tidur sendirian. Untuk pertama kalinya dia merasa kesepian, karena Bee benar-benar tidak pulang. Dia mengelus bantal yang biasa digunakan suaminya, kemudian berusaha untuk tidur, meski sambil terisak-isak.
Tak berbeda jauh dengan Bianca, dia merasa ada sesuatu yang terjadi pada Bizard. Tetapi entah apa, dia tidak bisa menebaknya.
"Kenapa dia sulit sekali dihubungi? Bagaimana keadaannya? Apa sakitnya bertambah parah?" gumam Bianca sambil memegangi ponsel.
Dia mencoba untuk mencari jawaban yang paling masuk akal, tetapi nyatanya otak Bianca benar-benar buntu. Dan akhirnya dia memilih untuk beristirahat, dia yakin besok Bizard pasti akan menjemputnya.
***
Pagi datang, Joana tak langsung pergi ke perusahaan. Dia memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya.
Sampai di sana. Dia langsung keluar dari mobil dan melangkah dengan raut wajah marah.
Langkahnya terlihat begitu cepat, hingga tak berapa lama kemudian dia sudah berada di meja makan. Menatap Laura dan Evans secara bergantian.
"Aku mau Daddy memutus kerjasamaku dengan Edwin!" ketus Joana.
Evans dan Laura langsung mengangkat kepala. Mereka menatap anak semata wayangnya dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Kenapa?" tanya Evans tanpa beban. Padahal ia tahu dari Edwin, bahwa Joana dan Bizard habis bertengkar.
"Aku tidak mau tahu, kalau Daddy tidak mau memutuskannya, biar aku yang memutuskan sendiri. Daddy saja yang urus dia, jangan aku!"
"Ada apa sih, Sayang? Apa ini semua karena suamimu?" timpal Laura.
"Aku mencintai Bizard, dan kalian tahu aku mempertahankannya karena apa! Semalam Bee tidak pulang, bagaimana kalau dia memutuskan untuk menceraikan aku? Hah, kalian ingin membuat aku menderita?!" teriak Joana dengan tangis yang sudah mendera. Kali ini dia benar-benar marah pada kedua orang tuanya.
"Apa salahnya menerima dia? Dia bahkan selalu bisa mengalah padaku, ketimbang Edwin!"
Teriakan Joana terdengar sangat histeris. Melihat itu, Laura pun bangkit, mereka terpaksa menunda sarapan. Wanita paruh baya itu mendekat ke arah anaknya, kemudian memeluk bahu Joana. Di samping itu dia memberi kode pada Evans, agar menenangkan putri mereka.
"Sayang, maafkan kami yah," ucap Laura dengan lembut, sementara Joana sudah sesenggukan.
"Iya, Sayang. Maafkan kami berdua, Daddy janji tidak akan memaksamu untuk bekerja dengan Edwin. Biar Daddy yang tangani dia," timpal Evans.
"Bilang padanya juga, tidak usah mengganggu aku!"
Laura menghembuskan nafas kasar, lalu menganggukkan kepala. "Iya-iya, nanti kami yang bicara padanya. Sekarang kamu tidak perlu sedih, suamimu pasti pulang dan memaafkanmu."
Mendengar itu, akhirnya sedikit demi sedikit Joana bisa tenang. Laura memanfaatkan kesempatan dengan mengajak putrinya untuk sarapan. "Ayo makan dulu, jangan biarkan perutmu kosong dalam keadaan seperti ini, nanti kamu bisa sakit."
Joana pun patuh, dia ikut bergabung dalam meja makan. Sementara Evans dan Laura saling pandang.
***
Jangan lupa vote, kembang kopinya Oey.
Senin nih Senin😌😌😌