NovelToon NovelToon
Suami Settingan

Suami Settingan

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Cintapertama / Nikahkontrak / Tamat
Popularitas:1.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: misshel

Hulla ... selamat datang di novel ketigaku❤❤❤

Masih berkaitan dengan dua novelku terdahulu ya, semoga ngga bosen😆 baca dulu biar ngga bingung✌

~Menikahi Bos Mantan Suamiku~
~Kekasihku, Asisten Adikku~


"Kamu adalah hal yang paling mustahil untukku. Bahkan aku tidak percaya semua kata-katamu, sejak aku mulai mengenalmu!" Jenny Putri.


"Cinta itu seperti gigitan nyamuk. Ngga akan terasa sebelum nyamuk itu kenyang mengisap darahmu, lalu terbang pergi. Setelah itu kamu baru merasa gatal, bahkan kesal karena tidak berhasil menangkapnya. Kuharap kamu bisa menyadari sebelum nyamuk itu pergi dan hanya meninggalkan bekas merah yang gatal di dirimu." Zabdan Darrenio.


Demi menyelamatkan Jen, Darren rela mengaku sebagai calon suami Jen. Meskipun Jen selama ini tidak pernah menganggap Darren sebagai teman melainkan musuh. Karena sejak kecil, Darren selalu menjahili Jen, sehingga Jen tidak menyukai pria tersebut. Bagaimana kisah pasangan absurd ini? Yuk simak sampai akhir ...


Picture by Canva
Edited by me

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ajari, Jangan Dimarahi!

Paginya ....

Darren tersenyum ketika punggungnya terasa gerah. Pinggangnya terlilit oleh tangan Jen yang telapak tangannya menyentuh dada. Napas yang begitu lembut juga membelai punggung, melahirkan rasa yang sangat menyenangkan.

Obrolan semalam membuat Darren berpikir untuk lebih bisa mengendalikan diri. Ia harus selalu ingat bahwa gadis ini mudah sekali diintimidasi dengan ketakutan kecil yang akan membuatnya berubah pikiran dalam sekejap.

"Astaga ...!" Wajah hangat dibalik punggung tersentak menjauh, pasti mata gadis itu melebar dan hampir lepas dari rongganya. Gerakan pelan selanjutnya membuat Darren tak tahan untuk tidak semakin melebarkan senyumnya.

"Kalau bohong itu yang konsisten, Jen ... tidak pernah tidur dengan orang lain, tapi kok nempel kaya cicak!" Ia menahan tangan Jen agar tak bisa beringsut lebih jauh.

Darren membalik tubuhnya dengan cepat, tanpa mengurangi kadar senyumnya. Ditambah melihat Jen yang kembang kempis, ia semakin senang.

Kehilangan kata-kata, Jen memandang Darren dengan sengit. "Aku ngga pernah bohong, ya!" Jen menarik tangannya yang masih digenggam Darren, lantas ia bangkit dan menendang selimutnya hingga terjungkal di bawah ranjang bersama bunga mawar yang wangi, yang terlupa mereka simpan semalam.

Gerakan Jen menyentak-nyentak dengan kasar, tangannya meraih jepitan rambut untuk mengikat rambut sebahunya yang berwarna keemasan. Perpaduan warna yang sepertinya tidak sengaja tercipta, itu tampak indah. Menghitam dipangkal, dan keemasan di ujung. Ditambah kulit Jen yang putih dan wajahnya yang imut, ia tampak menggoda.

Jen melangkah ke kamar mandi dengan tatapan galak tak putus memindai wajah suaminya yang sejak tadi masih melebarkan senyumnya. Itu sangat menyebalkan. Kekehan itu berubah tawa saat pintu kamar mandi ia tutup hingga berdentum.

"Sial! Kenapa malah aku terlihat gampangan dan ngga bisa ngelawan dia lagi, sih? Haish!" dengusnya malu. Ekor mata Jen lalu menelisik ruangan ini, dan jatuh diatas kebaya yang ia gantung di dekat kaca wastafel. Setelan yang Darren gunakan juga menggantung berdampingan.

Masih tak percaya saja jika dia telah menjatuhkan pilihan hidupnya pada Darren. Bahkan ia telah runtuh seruntuh-runtuhnya di hadapan pria itu.

"Ah, sudahlah ... sudah kacau semua jadi jalani saja." Mengeluh dengan pasrah. Ia melewati begitu saja sepasang baju pengantin itu sambil membuka pakaiannya. Lalu merendam seluruh tubuhnya hingga beberapa saat lamanya. Mencoba mengusir kebingungan yang ia rasa. Hingga napas terasa hilang, ia baru menyembul dan menimba oksigen sebanyak-banyaknya.

"Jen, kenapa lama? Aku mau pakai juga, nih! Dah gak tahan!"

Suara Darren membuat Jen mendesah panjang. Terkadang timbul rasa menyesal, terkadang pula ia merasa terselamatkan. Sungguh, ia ingin memaksakan perasaannya agar bisa nyaman menerima Darren, tetapi ... menikah selalu butuh cinta. Itu yang selalu Jen pegang. Tipe wanita yang berpikir cinta adalah segalanya. Terlebih pada sebuah hubungan panjang dan berlaku seumur hidup. Cinta mutlak hukumnya.

Tanpa membalas, Jen segera menyelesaikan mandinya. Mematut diri seperlunya, lalu keluar dalam keadaan yang sudah segar dan wangi.

Mata Jen dibuat terkesima melihat ranjang sudah rapi, pandangannya jatuh pada Darren yang sedang mengempukkan bantal dengan menepuknya. Tanpa sengaja, Darren juga sedang mengawasi pintu dimana Jen muncul. Keduanya tertegun dalam pandangan yang terjatuh dalam.

"Kenapa?" tanya Jen ketika melihat mata Darren hilir mudik dari atas ke bawah dan jatuh kebawah lagi. Jen sendiri ikut memeriksa keadaannya, salah-salah ada yang tidak beres dari penampilannya. Ia bahkan beringsut ke meja lampu yang masih diisi vas bunga berisi mawar putih yang masih segar—dimana ponselnya berada. Ia menyalakan kameranya, memeriksa riasan tipisnya. Tak ada yang salah, pikirnya sambil memainkan bibirnya.

"Aku memang cantik dari lahir, jadi gak usah terpesona begitu! Kaya ngga pernah lihat gadis cantik saja kau ini!" cibir Jen.

Darren menegakkan tubuhnya, "Kau akan semakin cantik bila bibirmu dijaga saat berucap. Buat apa cantik kalau setiap perkataannya menyakiti orang lain." Bantal di tangannya ia letakkan perlahan, lalu beranjak ke kamar mandi, menuntaskan hasratnya yang sudah diujung penantian.

Bibir Jen makin menukik tajam, mencibir bekas yang ditinggalkan Darren. "Dia pikir, dia itu enggak nyakitin orang lain? Dasar ngga sadar diri."

Ia menggeram kesal, melempar ponselnya yang teramat sepi sejak tak ada lagi ucapan manis nan menggetarkan hati beberapa waktu belakangan ini. Terusan selutut dengan corak bunga putih kebiruan melambai ketika ia melangkah dengan hentakan kasar meninggalkan kamar menuju ruang makan. Lebih baik ia segera mengisi perutnya yang berteriak lapar, daripada kesal sendiri dengan Darren.

"Pagi, Pa, Ma ...," Jen ceria menyapa mereka, seperti biasanya.

Seluruh penghuni ruang makan dibuat terbengong dengan Jen. Tak terkecuali Ranu.

"Mana Darren?" tanya Kira curiga, jangan-jangan mereka tidur terpisah? pikirnya. Hanya dirinya yang sampai sekarang sanksi dengan kedekatan mereka. Tetapi ia tak kuasa membantah suaminya.

"Masih mandi ...," jawab Jen tanpa rasa bersalah dan tidak terlalu peduli.

"Kenapa turunnya ngga barengan?" cecar Kira. Ia yang sedang menyiapkan sarapan untuk suaminya, malah berhenti. Berganti fokus pada wajah Jen yang benar-benar menyebalkan. Sama sekali tak ada segurat saja kepedulian pada Darren.

"Emang ada peraturannya harus barengan sama dia, ya? Kan dia udah hafal dengan rumah ini, pasti ngga bakal tersesat." Jen menarik kotak dengan tutup kaca berisikan roti tawar. Santai sekali dia mengambil dua lembar roti itu dan mengisinya dengan selai coklat yang sangat banyak. Bahkan ia tanpa peduli, menyesapi ujung jarinya yang tercemar selai coklat tersebut.

"Jen, dia suamimu ... seharusnya kamu hargai dia. Siapin makanan dan kopi buat dia ...," ucap Kira. Seketika, Jen yang membuka mulutnya untuk menggigit roti itu berhenti. Ia menghembuskan napas.

Kenapa jadi ribet begini, sih ... hanya soal sarapan saja!

Dengan malas ia membalas tatapan mamanya. "Ma ... Darren baru saja masuk kamar mandi, masa iya aku harus nungguin dia? Nanti juga turun sendiri. Aku sudah lapar, nih. Kenapa jadi ribut soal Darren, sih?"

"Jen!" teriak Kira. Meletup lagi amarah wanita itu ketika Jen menjawabnya seperti itu.

"Ma, sudah ... ngga baik pagi-pagi ribut, apalagi ada anggota baru di rumah! Ngga enak dilihatnya." Harris menarik tangan istrinya agar mau duduk dan meredakan diri.

"Pa ... tapi Jen sudah keterlaluan!"

"Jen itu diajari, bukan dimarahi," sahut Harris dengan lembut. Ia mengusap punggung istrinya, "Sudah ya, jangan diterusin lagi. Mama harus sabar!" bisiknya pelan.

Harris beralih menatap ketegangan di wajah ketiga anaknya, kecuali Jen, semua berwajah kaku dan takut.

"Ayo lanjutkan sarapannya!" Gerakan nyaris serentak melanjutkan makan pagi yang sedikit rusuh ini. Terkesan tergesa-gesa, mereka mengunyah sarapannya. Kecuali Ranu yang hanya memandangi saja piringnya.

Sejak kejadian belakangan ini, kadar kegalakkan mama mereka meningkat pesat, sampai-sampai harga cabai jadi turun sebab insecure dengan peningkatan kegalakan mama Kira.

Kira mendongkol dalam hati, sementara Jen kembali tak peduli dan melanjutkan makannya dengan tenang, setelah sempat terkejut dengan teriakan mamanya.

"Maaf, saya terlambat." Darren tergesa menarik kursi di sebelah Jen, "Pagi, Pa, Ma ...," sapanya sopan.

"Pagi juga, Darren ...," Harris menyahut sementara Kira tersenyum usai melegakan dirinya dari jerat kekesalan.

Darren mengedarkan pandangannya ke arah adik-adik iparnya, lalu jatuh pada Ranu yang merembeng. Wajah gadis itu tampak merah, pun dengan matanya. Ia tersenyum ke arah Ranu sebagai ganti kata 'hai' tetapi Ranu tak membalas dan malah menunduk. Tangan Darren mengambil gelas kosong, matanya celingukan mencari cairan yang akan dituangkan pada gelas kaca tersebut. Seluruh penghuni meja makan menatap malu pada keadaan tersebut.

Dentang denting suara peranti makan yang menderap di dalam ruangan ini, terdengar senyap. Tetapi itu tak mengubah apapun, bahkan Jen dengan santai menikmati sarapannya, belum sadar setiap mata di sini sedang mengawasinya.

Ranu yang tak tega melihat Darren dan benci melihat ketidakpekaan Jen, bergerak bangkit. Meski hal ini membuat Kira dan Harris melebarkan matanya. Ia menyerahkan setumpuk roti yang telah ia siapkan kepada Darren.

"Aku bisa sendiri, Ran," Darren tersenyum saat Ranu mengambil piringnya. Mau tak mau ia berterimakasih meski begitu sungkan.

Melihat ini, Jen melirik sekilas ke arah Darren dan Ranu, lalu ke arah mamanya yang melebarkan matanya. Gerakan rahangnya seketika berhenti, dengan heran ia bertanya.

"Kenapa? Ada yang salah?"

.

.

.

.

.

1
Rasenniyya Mom
Daripada Shel, kayak pom bensin kan? 😆
Jessica
Luar biasa
Darmi Hana
Biasa
Asha Zhafira
👍👍👍👍👍👍
Riska Fatihica
papa haris dan mama kira selalu manis banget sih.... 🥰🥰
Riska Fatihica
ceritanya bagus 👍 pokoknya semangat 💪 terus ya Thor buat karyanya 🥰
Riska Fatihica
duh mereka berdua manis banget sih 🥰🥰🥰
inayah machmud
ya ampun papa haris parah banget, ,, masak di area smack down. .. 🤭🤣🤣🤣
Mulianti Mulianti
Lumayan
Lina RA
ketika spt ini aku ingat dinka y egois
DPuspita
keinjek trus mati, ngapain diadopsi kl kayak gitu, ren... Buang2 duit aja... 😄
DPuspita
Aq juga punya kucing spt itu. Matanya Hijau dan Biru. Bulunya putih tanpa noda
Lina RA
y lain harus pd ngungsi waktu mlm, polusi suara😁
DPuspita
Cikal bakal novel baru nich... Bener gak, thor? 😁
N1SW4N Z4F4
oooo brrti yg rusak gaun pesta naja itu diego, trs ank buah Tanna inisial D yg bkin Excel pingsan trs di bkin 1 kamar sama mikha itu si Diego juga.
Rasenniyya Mom: Kok kmrin di ceritanya katanya D memperkosa Mikha, sampe keguguran, dan D cinta mati sama Mikha
total 1 replies
Sumarni
bagus ceritanya,q ska bgt
y_res
si jen sifatx mgk dominan gen dri bpkx,,, seingatku yg keras kepala dn bermulut super pedas it makx rian deh
y_res
sepakat sih sm tami,,, kadang jen kelewatan ngomongx,,, sadis
y_res
papa harris turun gunung 😍
y_res
darren kereen 😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!