Tidak mudah bagi Alya untuk membuka hatinya untuk Daffa, seorang CEO muda yang memimpin perusahaan keluarga Pratama Group. Setelah pengkhianatan yang dilakukan mantan kekasihnya. Namun takdir berkata lain, sebuah kecelakaan menimpa Daffa akibat kelalaian Alya.
Alya dihadapkan pada sebuah keputusan yang akan menentukan hidup dan masa depannya.
Akan kah tumbuh cinta di hati Alya? Atau sebaliknya Daffa membenci Alya, dan menyalahkan keadaannya kepada Alya?
Penasaran? Yuk simak kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RisFauzi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Apes deh!
"Ay, tunggu sini bentar ya. Aku beli popcorn sama minuman dulu," kata Ola lalu menuju kafetaria dalam gedung bioskop.
"Iya," angguk Alya lalu melangkah ke bangku paling sudut, duduk menunggu Ola sambil berpangku tangan di dagu.
Sebenarnya Alya tidak yakin dengan pilihannya kali ini, apakah itu akan membuat suasana hatinya menjadi lebih baik atau bahkan bertambah buruk. Mengingat pertemuan mereka barusan tadi dengan Daffa di depan cafe. Wajah Daffa terlihat seperti menahan emosi.
"Pasti marah, tadi aja mukanya sudah merah gitu. Apalagi kalau tau kita kabur pas ngeliat dia di sana," gumam Alya membayangkan wajah datar Daffa tanpa senyum.
Tanggung, kepalang basah sudah ketahuan juga. Nonton nggak nonton tetap saja besok bakalan dapat hukuman dari bos nya itu. Alya dan Ola akhirnya sepakat memilih untuk melanjutkan acara nonton mereka.
Tak lama kemudian Ola kembali dengan membawa dua cup minuman sedang dalam wadah tertutup dan popcorn di tangannya.
"Masuk yuk, Ay," ajak Ola sambil menyerahkan minuman di tangannya yang langsung diangguki Alya.
"Mending nunggu di dalam, daripada di sini. Kali aja itu orang nongol lagi," ujar Alya sambil mengangkat dagunya mengarah ke luar.
"Hahaha, belum juga mulai filmnya, Neng. Nggak bakalan hantunya nongol di sini. Coba saja, Coming from, coming from. I know hwo you are," Ola menirukan kata-kata dalam film The Conjuring.
"Ish, ngaco ah. Masa bos sendiri disamain hantu, nongol beneran baru tau rasa," Alya mendorong bahu Ola hingga maju beberapa langkah.
Ola kembali tertawa melihat Alya manyun, ia lalu menggandeng lengan Alya sambil berbisik halus, "Nongol di sini sekarang juga nggak apa-apa kok, sekalian aja kita ajak nonton bareng."
Alya hanya melengos mendengar bisikan Ola, dan kembali melanjutkan langkah memasuki lorong menuju pintu masuk teather 2 bioskop dimana film itu ditayangkan.
Ketika sedang berjalan sambil melihat-lihat poster film yang akan tayang kemudian hari, Ola tiba-tiba saja menghentikan langkahnya.
"Bentar Ay, Aku angkat telpon dulu," katanya lalu berbalik, melangkah pelan sambil menutup sebelah telinganya.
Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Alya dapat melihat perubahan pada wajah Ola. Terlihat bagaimana Ola berdiri dengan tubuh tegak dan mengangguk-anggukan kepalanya sambil sesekali melirik pada Alya. Sambil tetap menjawab telponnya, Ola lalu berjalan kembali mendekati Alya yang tengah menunggunya dengan raut wajah penasaran.
"Ay, masuk duluan deh. Bentar Aku nyusul ke dalam," kata Ola masih dengan ponsel di telinganya.
"Ada apa sih, siapa yang telpon?" tanya Alya penasaran. "Aku tungguin deh."
"Duluan aja, Ay. Keburu mulai filmnya, buruan masuk eh." Ola mendorong Alya sampai di depan pintu masuk.
"Iya, iya Aku masuk duluan. Buruan nyusul, awas aja kalau nggak. Aku ngambek beneran ini," seru Alya sambil menoleh pada Ola yang tersenyum dan menyatukan ibu jari dan telunjuknya mengisyaratkan tanda setuju.
"Oke," teriaknya pelan lalu balik badan dan kembali melanjutkan sambungan telponnya yang sempat terputus.
Alya lalu menyerahkan tiket pada penjaga yang telah menunggu di pintu masuk, kemudian memasuki gedung teather sambil mencari nomer bangku sesuai dengan tiket.
Sepuluh menit menunggu, Ola tidak kunjung datang. Alya lalu mengambil ponsel di dalam tasnya berniat menelpon Ola, tapi saat melihat batere ponselnya tersisa 13%, Alya hanya bisa menggeleng tak percaya. Dicobanya menelpon nomer Ola, hingga panggilan ke tujuh tetap saja tidak ada jawaban. Sampai ponsel di tangan Alya kehilangan daya sama sekali, mati seketika.
Lampu mulai padam, suara yang keluar dari dalam bioskop terdengar menyeramkan saat film mulai di putar. Tapi tidak buat Alya, dirinya begitu menikmati film yang ditontonnya. Saat penonton lain berteriak kaget dan memalingkan wajahnya karena terkejut melihat tayangan di layar lebar, Alya malah terlihat semakin bersemangat. Hingga ia tak menyadari kehadiran seseorang di sampingnya itu adalah Daffa, yang dia kira itu Ola yang datang.
"Lama amat sih, La. Dari tadi kemana aja, ketinggalan banyak tau. Coba liat itu David dah kerasukan ngeliat hantu dikira boongan sama mamanya," katanya berbisik tanpa menoleh, matanya tetap fokus pada tayangan yang ada di depannya.
Daffa tidak menjawab sepatah katapun, dia duduk dengan kaki dilipat dan sesekali melirik Alya. Daffa menatap tak percaya pada gadis di sampingnya itu, bagaimana bisa dia begitu antusias menonton tanpa terlihat takut sedikitpun sementara penonton lain menjerit dan memalingkan muka.
Sementara Ola yang kini berada di luar, berjalan sendiri sambil tersenyum masam. Ujung jarinya membuat garis datar di sepanjang poster film yang ada di bioskop itu. Teringat bagaimana suara Daffa yang menelponnya dan memintanya untuk menggantikan dirinya menemani Alya nonton. Entah apa maunya si bosnya itu, yang jelas Ola tidak berani membantahnya. Dan kini dia duduk di dekat taman yang berada di lantai dasar Mall menunggu sampai film usai.
Hingga film berakhir Daffa akhirnya bisa bernapas lega, ia tidak benar-benar menonton film di depannya itu. Dirinya justru lebih banyak mengamati tingkah Alya dalam menonton film.
"Keren banget ini film, bagus ya La," kata Alya tersenyum puas tanpa menoleh.
Karena tidak mendapat jawaban, Alya pun menoleh dan berteriak kaget hingga popcorn yang berada di tangannya jatuh dan berhamburan.
"H-hantu ..." Alya berjengkit di tempatnya, lalu menutup mulutnya. "Bapak?!"
Daffa dan penonton lain pun tak kalah terkejut mendengar teriakan Alya. Sebagian bahkan tertawa melihat reaksi Alya seperti itu.
"Tadi aja film tayang nggak ada teriak, giliran film selesai, lihat Aku malah teriak. Ck, Aneh memang," Daffa berdecak heran sambil menggelengkan kepalanya.
"Bapak kok bisa ada di sini sih, bukannya seharusnya Ola yang ada di sini." Alya meminta jawaban, jantungnya masih berdegup kaget menyadari kehadiran bos nya di dekatnya.
"Ola di luar lagi nunggu Kamu keluar," kata Daffa berbisik.
"Kenapa harus nunggu di luar, Pak." Alya bertanya dengan wajah bingung.
"Saya yang suruh nunggu," jawabnya datar.
"Maksud Bapak apa sih."
"Saya tunggu kalian berdua di kantor dua puluh menit dari sekarang." Daffa berdiri, lalu pergi menuju pintu keluar tanpa menoleh lagi pada Alya.
"Apes deh gue"
🌹🌹🌹
🤗🤗🤗♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐