Di dunia lama, ia hanyalah pemuda biasa, terlalu lemah untuk melawan takdir, terlalu rapuh untuk bertahan. Namun kematian tidak mengakhiri segalanya.
Ia terbangun di dunia asing yang dipenuhi aroma darah dan jeritan ketakutan. Langitnya diselimuti awan kelabu, tanahnya penuh jejak perburuan. Di sini, manusia bukanlah pemburu, melainkan mangsa.
Di tengah keputusasaan itu, sebuah suara bergema di kepalanya:
—Sistem telah terhubung. Proses Leveling dimulai.
Dengan kekuatan misterius yang mengalir di setiap napasnya, ia mulai menapaki jalan yang hanya memiliki dua ujung, menjadi pahlawan yang membawa harapan, atau monster yang lebih mengerikan dari iblis itu sendiri.
Namun setiap langkahnya membawanya pada rahasia yang terkubur, rahasia tentang dunia ini, rahasia tentang dirinya, dan rahasia tentang mengapa ia yang terpilih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adam Erlangga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
Terlihat rombongan pasukan ekspedisi yang dipimpin Alicia, sedang bergerak keluar dari benteng untuk membasmi hewan iblis. Udara pagi terasa tegang, kabut tipis menyelimuti gerbang terakhir benteng.
"Apa informasi yang di berikan oleh kapten Kensa sudah valid?" Tanya Alicia sambil menunggang kudanya, matanya menyapu medan yang terbentang luas.
"Aku juga tidak tau, informasi ini sudah sangat lama sekali, sekitar 2 tahun yang lalu," jawab Eva, bibirnya menegang saat menatap jauh ke depan.
"Ehm, tapi prajurit kerajaan masih melakukan ekspedisi setiap hari, apa yang mereka lakukan di luar sana?" kata Alicia dengan alis sedikit mengerut.
"Mungkin mereka sibuk menyelamatkan diri dari pada bertarung," saut Herry dengan meremehkan.
"Mereka memancing hewan iblis satu persatu, Herry. Prajurit di sini tidak mampu bertarung dengan hewan iblis tingkat tinggi," kata Eva menatap Herry serius.
"Sebaiknya kita selesaikan misi ini, lalu kita kembali ke ibu kota," kata Alicia, wajahnya tegas menatap jalur depan.
"Oke, kita akan benar-benar dipromosikan sebagai kesatria kerajaan," kata Herry sambil tersenyum tipis.
Beberapa saat kemudian, tim ekspedisi Alicia tiba di depan gerbang terakhir. Angin dingin membawa aroma hutan liar, membuat bulu kuduknya berdiri sedikit.
"Selamat datang di benteng selatan, Yang Mulia Putri," kata penjaga, berdiri tegak sambil membungkuk.
"Buka gerbangnya," kata Alicia, suaranya tegas namun tenang.
"Siap, laksanakan perintah! BUKA GERBANG!" Teriak penjaga itu.
KREET. Pintu gerbang terbuka lebar, menyingkap alam liar di luar benteng.
"Hawanya sangat mencekam sekali," kata Herry, matanya melebar menatap pepohonan yang bergerak-gerak di kejauhan.
"Kenapa auranya bisa seperti ini? Bukankah ini area bebas dari energi alam?" Tanya Alicia,
"Kami semua juga ingin tahu alasannya, Alicia," saut Eva.
"Jika kita sudah tahu alasannya, tidak mungkin kita dikirim ke luar sana," kata Herry sambil menarik napas panjang,
"Baiklah, bagi dua tim. Herry ikutlah dengan Eva, aku akan memimpin pasukan ke depan, kalian pergilah ke arah timur," kata Alicia, matanya fokus menatap jalur depan.
"Siap, laksanakan," kata Eva dan Herry serentak.
"TIM EKSPEDISI 2, BERANGKAT!" Teriak Eva.
"TIM EKSPEDISI 1, IKUTI AKU!" Teriak Alicia.
Mereka semua bergerak ke posisi masing-masing, suara kuda dan langkah kaki bersatu dengan debur semangat.
Di tempat lain, di atas benteng, Kensa dan Klain memperhatikan pasukan ekspedisi dari kejauhan. Kabut tipis menyelimuti mereka, membuat pandangan terasa berat.
"Aku harap mereka semua selamat," kata Klain, wajahnya serius menatap para prajurit yang bergerak keluar.
"Huh, bahkan prajurit terkuat sekalipun tidak akan bisa membasmi hewan iblis di luar sana," saut Kensa,
"Kita lihat saja nanti." Tanya Klain,
"Para bangsawan itu begitu serakah. Sampai berani mengorbankan Putri Raja," jawab Kensa, bibirnya menegang menahan rasa kesal.
"Ah, Kita sudah tua untuk bergabung dengan mereka," saut Klain,
"Mereka semua tidak akan kembali lagi ke sini. Bahkan pasukanku sendiri hanya bisa memancing satu per satu hewan iblis ke menara," kata Kensa sambil menatap jauh ke arah hutan liar.
"Hem, sayang sekali, nasi sudah menjadi bubur. Kita tidak bisa apa-apa lagi," saut Klain dengan nada pasrah,
"Aku sudah berkali-kali memperingatkan gubernur, tapi mereka masih memikirkan perut masing-masing," kata Kensa,
"Ya begitulah, sampai mengorbankan begitu banyak nyawa," kata Klain.
"Aku harap kejadian sekarang ini adalah yang terakhir," kata Kensa serius.
Ditempat Rudy dan yang lainnya, mereka masih menunggu Emma di bar. Suasana kota mulai hangat dengan cahaya matahari siang yang menembus kabut tipis.
"Kita tunggu Emma. Aku tidak bisa memutuskannya," kata Rudy,
"Mereka semua sudah keluar dari benteng. Jika kita tidak bergerak sekarang, aku yakin mereka semua akan terbunuh," kata Lilia,
"Aku sih tidak peduli dengan mereka," kata Marco sambil duduk santai, ekspresinya santai tapi mata masih awas.
"Jika mereka masih hidup, mungkin mereka akan jadi teman kita di Akademi," kata Rudy,
"Hmm.?" Marco pun terkejut, alisnya mengerut.
"Emma lama sekali," kata Rudy sambil menghela napas,
Tiba-tiba, TIING. Suara notifikasi muncul di depan Rudy.
[Rudy, tempat pendaftaran sangat ramai sekali, mungkin aku baru kembali nanti malam. Disini antriannya sangat panjang]
"Heh? Emma," kata Rudy, wajahnya tercengang.
"Apa dia sudah kembali,?" Tanya Marco, matanya menatap Rudy.
"Dia mengirimkan pesan suara padaku, katanya dia akan kembali nanti malam," jawab Rudy sambil menatap pesan, wajahnya serius.
"Lalu, apa keputusanmu?" Tanya Lilia,
"Aku akan mengirimkan surat pada Emma," kata Rudy,
Di luar benteng, Tim Ekspedisi 2 sudah mulai menghadapi serangan hewan iblis. Suara gemerisik dedaunan dan aroma tanah basah membuat suasana semakin mencekam.
"Huh... huh... kenapa mereka semua sangat kuat?" kata Eva, napasnya tersengal, wajahnya tampak tegang saat mengayunkan pedang.
SRAK SLASSH. Suara benturan pedang Herry dengan cakar hewan iblis bergema di hutan.
"Kita harus melaporkan situasi di sini, Eva!" teriak Herry, ia berkeringat menahan ketegangan.
"Baru saja dimulai, kita sudah kehilangan banyak nyawa," kata Eva, tangannya bergetar saat menangkis serangan.
"Kita harus mundur dari sini!" teriak Herry, menatap ke arah pasukan yang semakin menipis.
"Aku akan melaporkannya dulu," kata Eva sambil mengirimkan pesan dengan gerakan cepat, wajahnya serius dan tegang.
Tiba-tiba, GRRR. Suara raungan hewan iblis Rank S terdengar keras, mengguncang tanah di sekitar mereka.
"Ha.?" Herry terkejut, matanya melebar menatap ke arah sumber suara.
"Tidak mungkin! Auranya sangat kuat sekali, apakah itu hewan iblis Rank S?" kata Eva dengan tercengang, tubuhnya menegang.
"CEPAT! PERGI DARI SINI!" teriak Herry kepada pasukannya, panik mulai terlihat di wajah mereka.
.....
Di tempat Alicia, tim utama menghadapi serangan yang lebih brutal. Angin membawa aroma darah dan tanah terinjak, debu beterbangan di sekitar mereka.
"Yang Mulia, prajurit barisan belakang sudah dihabisi semua!" kata kapten kerajaan, wajahnya pucat dan napasnya terengah-engah.
"Huh... huh... tidak kusangka hewan iblis di sini sangat kuat, ini sudah di luar kemampuan kita. Analisis nya salah." kata Alicia, tubuhnya gemetar, kuda di bawahnya juga tampak resah.
"Perintahkan pasukan untuk mundur secara perlahan. Kita akan menyusun ulang rencana kita," kata Alicia, menegakkan tubuhnya walau wajahnya masih ketakutan.
"Laksanakan perintah!" kata kapten itu sambil berlari mundur, tiba-tiba terdengar SRAK. Suara cakar hewan iblis yang memotong kepala kapten menggema. GRRR!
"Ha.?" Alicia sangat terkejut, tubuhnya menegang menahan rasa takut yang mendalam.
"Mustahil! Bahkan di laporan tidak ada hewan iblis Rank A. Kenapa di sini ada hewan iblis Rank S?" kata Alicia, matanya melebar, seluruh tubuhnya menegang.
"Yang Mulia, cepat pergi dari sini, kami akan mengalihkan perhatiannya!" kata salah satu prajurit, wajahnya pucat penuh ketakutan.
GRRR. GROOAAR. Raungan hewan iblis Rank S mengguncang hutan, beberapa ekor keluar dari semak, langsung menyerang para prajurit.
"AAAAH! TOLOOONG!" Teriakan putus asa memenuhi udara.
SRAK SRAK SLASH. SWOSH. Tebasan pedang menebas hewan iblis, tapi para prajurit tetap jatuh satu per satu.
Alicia hanya terpaku, menelan ludah berkali-kali, matanya menatap horor ke arah medan pertempuran.
"Kenapa ini bisa terjadi? Kenapa hewan iblis Rank S keluar begitu banyak disini." kata Alicia, suaranya bergetar.
"Ini tidak mungkin, kita terjebak." gumam Alicia sambil terjatuh ke tanah, seluruh tubuhnya gemetar kencang, ketakutan menyelimuti dirinya.
GRRRR. Hewan iblis mendekat dengan langkah perlahan, tubuhnya besar dan auranya mengerikan.
"Apa aku akan mati di sini? Tidak! Tidak, seseorang tolong aku!" kata Alicia, suaranya gemetar penuh panik, matanya melebar melihat bahaya yang semakin dekat.
....
Di atas benteng. Kabut tipis dan aroma hutan liar menambah kesan mencekam.
"Kensa, lihat kebawah. Ada prajurit yang kembali," kata Klain, matanya menegang melihat beberapa prajurit yang tersisa kembali.
"Apa hanya segitu yang kembali. Lalu di mana Tuan Putri?" Tanya Kensa, suaranya berat penuh kekhawatiran.
"Itu mengejutkanku, mereka pasti punya informasi sangat penting, sebaiknya kita ke sana," kata Klain, matanya menatap dengan serius.
Tiba-tiba DEEP!. Rudy muncul di atas benteng, tubuhnya muncul tiba-tiba dari teleportasi. Klain dan Kensa tercengang.
"Ha.? Siapa dia?" kata Kensa, matanya melebar melihat sosok Rudy.
"Hem, mari kita lihat, di mana para prajurit itu?" kata Rudy sambil menatap medan pertempuran.
DEEP. DEEP. Marco dan Lilia muncul di belakang Rudy, tubuh mereka perlahan memudar dari udara sebelum muncul.
"Sepertinya mereka sudah mati," kata Marco, menatap serius ke arah medan.
"Aku masih merasakan nafas mereka, ada yang masih hidup di sana," saut Lilia, matanya menegang menatap jauh.
"Lalu, ke mana mereka bergerak?" Tanya Rudy, matanya fokus.
"Mungkin Tuan-Tuan ini bisa menjelaskannya," jawab Lilia sambil menoleh ke arah Kensa dan Klain.
"He.? Ternyata ada orang di atas sini," saut Rudy, sedikit terkejut tapi tetap waspada.
"Siapa kalian?" Tanya Klain, wajahnya tegang.
"Hati-hati Klain, mereka punya skill teleportasi, itu skill tingkat kaisar," jawab Kensa, berbisik tegas.
"Mustahil, bahkan mereka masih sangat muda," saut Klain,
"Ah, maaf Tuan-tuan, apa kalian melihat pasukan ekspedisi sang putri? Ke mana mereka pergi?" Tanya Rudy, wajahnya serius.
"A, mereka pergi ke arah depan sana dan ke arah timur. Tim mereka dibagi menjadi dua," jawab Kensa, pandangannya tetap waspada.
"Kensa, apa kau memberikan informasi kepada orang asing?" Tanya Klain, nada curiga tetap terdengar.
"Diamlah, kau tidak bisa merasakan aura mereka. Rasanya sangat berat. Lebih baik kau tidak bicara macam-macam kepada mereka," jawab Kensa berbisik.
"Ah baiklah, terimakasih informasinya," kata Rudy, wajahnya tetap serius.
"Apa perintahmu?" Tanya Marco, menegakkan tubuhnya, ekspresinya menunggu arahan.
"Lilia, pergilah ke arah timur, aku akan pergi ke depan sana," jawab Rudy, matanya fokus menatap jalur yang terbuka.
"He.? Lalu bagaimana dengan tugasku?" Tanya Marco, sedikit kebingungan tapi tetap tegas.
"Kau tetaplah di sini, sebaiknya jaga dua orang itu, jangan sampai mereka membocorkan informasi keberadaan kita," jawab Rudy, suaranya tegas dan tidak bisa diganggu.
"Huh, apa hanya itu?" saut Marco, menghela napas panjang.
"Berjagalah di sini, siapa tahu ada hewan iblis yang lolos dan bergerak ke mari," kata Rudy, pandangannya tetap waspada.
"Hem, baiklah," saut Marco,
"Kita bergerak sekarang, Lilia," kata Rudy, menatap ke depan dengan tekad kuat.
"Baik," saut Lilia, tubuhnya siap bergerak.
DEEP!. Suara tubuh Rudy dan Lilia menghilang secara tiba-tiba, meninggalkan udara sunyi di atas benteng.
....