Niat awal Langit ingin membalas dendam pada Mentari karena telah membuat kekasihnya meninggal.Namun siapa sangka ia malah terjebak perasannya sendiri.
Seperti apa perjalanan kisah cinta Mentari dan Langit? Baca sampai tuntas ya.Jangan lupa follow akun IG @author_receh serta akun tiktok @shadirazahran23 untuk update info novel lainnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shadirazahran23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Tak ada yang lebih membahagiakan bagi Langit dan Mentari selain kabar bahwa, setelah dua minggu dirawat,Mina akhirnya diizinkan pulang ke rumah. Meski kondisinya belum sepenuhnya pulih, dokter memastikan bahwa Mina sudah jauh lebih baik.
Hasil pencangkokan pun menunjukkan perkembangan yang sangat positif. Tidak ada tanda penolakan. Itu artinya, masih ada harapan besar bagi gadis kecil itu untuk kembali sehat dan menjalani hidupnya seperti sedia kala.
Senyum di wajah Mentari tak pernah pudar sejak mereka meninggalkan rumah sakit. Tatapannya berkali-kali mengarah ke kursi belakang, memastikan Mina tertidur dengan tenang. Sementara itu, Langit yang sedang menyetir nyaris saja menoleh terlalu lama,hatinya dipenuhi rasa syukur yang nyaris meluap.
Tak terasa, mobil yang membawa mereka kini mulai memasuki gerbang sebuah rumah besar. Namun, alih-alih tersenyum, kening Mentari justru berkerut. Tatapannya menyapu bangunan megah yang terasa asing baginya.
“Kok ke sini?” tanyanya heran.
Langit hanya tersenyum. Ia melepaskan sabuk pengamannya, lalu menoleh menatap sang istri yang masih terlihat bingung.
“Kita akan memulai kenangan indah di sini,” ucapnya lembut sambil mengusap wajah Mentari. “Di rumah kita.”
Mentari terdiam sejenak. “Tapi rumah yang kemarin juga nyaman, kok. Kenapa harus pindah? Pasti butuh uang banyak.”
Langit terkekeh pelan.
“Aku punya lebih dari cukup hanya untuk membeli sebuah rumah, sayang.”
Mentari menghela napas, lalu menatap Langit dengan ragu.
“Tapi, Lang… papamu dan pekerjaanmu bagaimana? Bukankah waktu itu kamu sudah di...” Ia menggigit bibirnya, memilih menghentikan kalimatnya sendiri.
Langit yang masih tersenyum hanya mengangguk kecil.
“Aku memang bukan CEO di perusahaan itu lagi,” katanya santai. “Sekarang aku pengangguran. Kamu enggak masalah kan, punya suami pengangguran?”
Mentari memutar bola matanya ke atas, tampak berpikir sejenak.
“Enggak apa-apa,” ucapnya akhirnya. “Kalau memang berkenan, kita akan berjuang bersama.”
Langit langsung tersenyum penuh haru. Ia benar-benar tak salah memilih kali ini. Mentari adalah wanita yang lembut dan tulus. Meski belum ada kata cinta yang terucap dari bibir mereka masing-masing, Langit tahu ada ikatan yang sudah terjalin di antara mereka, ikatan yang tak kasatmata namun terasa nyata.
“Aku bercanda, sayang,” ucap Langit kemudian. “Aku memang bukan CEO di perusahaan Papa lagi. Tapi aku mengelola bisnisku sendiri.” Ia tersenyum tipis. “Jadi kamu enggak usah khawatir. Kamu enggak akan kekurangan apa pun selama hidup denganku.”
Ia mencondongkan tubuhnya, mendekatkan wajahnya ke Mentari. Tanpa aba-aba, Langit mencuri sebuah kecupan singkat sebelum akhirnya membuka pintu mobil.
“Ayo,” katanya ringan.
Ketiganya langsung masuk ke dalam rumah dan disambut oleh seorang wanita paruh baya dengan penampilan sangat sederhana. Wajahnya berseri-seri begitu melihat mereka.
“Den, sudah datang,” ucapnya ramah.
Langit tersenyum.
“Iya, Bi Arum. Kami pulang.”
Wanita bernama Arum itu melangkah mendekat. Pandangannya tertuju pada Mentari, matanya berkaca-kaca seolah menahan haru.
“Istrimu cantik sekali, Den,” katanya tulus. “Bibi suka.”
Mentari melirik ke arah Langit yang tampak jelas membusungkan dadanya dengan bangga, lalu kembali menatap Bi Arum dengan senyum kikuk.
“Ini Bi Arum,” jelas Langit. “Beliau yang mengurus rumah ini. Juga orang yang merawatku sejak kecil. Bisa dibilang, ibu keduaku.”
“Oh…” Mentari mengangguk pelan. “Saya Mentari, B.."
“Panggil saja Bi Arum,” potong wanita itu lembut. “Sama seperti Den Langit memanggilku.”
“Baik, Bi Arum,” jawab Mentari sopan.
“Bibi sudah rapikan kamar kalian,” lanjut Bi Arum. “Istirahat saja dulu. Non Mina biar Bibi yang urus.”
“Tapi…” Mentari tampak sedikit ragu.
“Enggak apa-apa, Tari,” sela Langit lembut. “Bi Arum sudah dekat dengan Mina. Dulu juga beliau yang membantuku merawatnya.”
Mentari akhirnya mengangguk.
“Baiklah.”
“Ya sudah, sana naik,” ujar Bi Arum hangat. “Setelah memastikan Non Mina istirahat, nanti makanan Bibi hangatkan.”
“Baik, Bi. Kami ke kamar dulu,” pamit Langit sambil menggandeng lengan istrinya.
Mentari mengikuti langkah itu, hatinya perlahan menghangat. Rumah ini asing pada pandangan pertama,kini mulai terasa seperti tempat pulang.
Kekikukan kembali terjadi begitu mereka tiba di kamar. Bagaimana tidak? Bi Arum, yang terlihat begitu sederhana dan kolot, justru sangat memahami perasaan anak muda. Ia mendekorasi kamar itu layaknya kamar pengantin yang indah. Taburan kelopak mawar memenuhi ruangan,bukan hanya di lantai, tetapi juga di atas sprei putih bersih.
Mentari langsung memerah.
“Ini maksudnya apa?” tanyanya terbata-bata.
Langit hanya tersenyum kecil. Ia paham betul maksud pengasuhnya itu.
“Bi Arum memang selalu punya kejutan luar biasa.”
“Maksudnya?” Mentari menoleh, masih belum sepenuhnya mengerti.
Langit mendekat.
“Maksudnya… ini.”
Tanpa aba-aba, Langit mengunci pintu kamar. Dalam satu gerakan lembut namun tegas, ia menggendong Mentari dan membawanya ke ranjang. Mentari terkejut, refleks meraih bahunya.
“Aku sudah menahan ini sejak di rumah sakit tadi, Tari,” ucap Langit pelan setelah merebahkan istrinya. Tatapannya dalam, sarat emosi dan hasrat “Kamu benar-benar membuatku kehilangan kendali.”
Mentari menelan ludah, jantungnya berdetak tak karuan.
“Kenapa… bisa begitu?” tanyanya lirih, suaranya hampir tak terdengar.
Langit menunduk, mendekatkan wajahnya.
“Karena kamu canduku sekarang,” Bisiknya lirih di telinga Mentari.
Tak menunggu waktu lama kamar itu berubah menjadi panas seiring dengan dua napas yang saling bersahutan menyebut nama masing-masing.
Sementara itu, kepanikan melanda rumah sakit.
Meski penjagaan diperketat dan pengawasan dilakukan tanpa celah, tak seorang pun menduga bahwa kamar rawat Abi ditemukan kosong.
Tidak ada jejak.
Tidak ada saksi.
Entah pria itu kabur dengan caranya sendiri, atau seseorang telah membawanya pergi secara diam-diam.
Yang pasti, terakhir kali Abi terlihat, ia masih terbaring tak sadarkan diri dalam keadaan koma.
Kenyataan itu membuat suasana semakin mencekam.
Jika Abi benar-benar dipindahkan, maka ini bukan sekadar kelalaian… melainkan sebuah rencana.
Langit yang masih berbaring di ranjangnya mengecup pundak terbuka Mentari yang telah terlelap, setelah pergulatan panjang yang melelahkan. Napas wanita itu teratur, wajahnya tampak tenang.
Namun ketenangan itu mendadak runtuh.
Dering telepon memecah keheningan.
Langit tersentak, alisnya mengernyit saat melihat nama yang tertera di layar.
Lebih dari sekadar terkejut, darahnya seakan membeku ketika mendengar kabar dari Riko
Abi menghilang dari rumah sakit.
“Apa?!”
Langit langsung duduk tegak, rahangnya mengeras.
“Ko, cari dia di seluruh penjuru. Dia tidak mungkin kabur terlalu jauh.” Suaranya rendah, tapi sarat ancaman.
“Kalau polisi tidak bisa menangani, biar orang kita yang bergerak.”
Tangannya mengepal erat, urat-urat di pelipisnya menegang.
Tatapannya beralih pada Mentari yang masih tertidur pulas.
“Aku tidak akan membiarkan siapa pun terutama dia mendekati istriku dan anakku.”
"Aku akan merebut sesuatu yang harusnya punyaku." seseorang di suatu tempat yang gelap dan sepi, ditanganya tergemgam foto Mentari dan Langit yang sedang memamerkan buku nikah mereka.Dan orang itu adalah Abi.
Bersambung...
Bagaimana Abi bisa kabur dan sadar?kita tunggu bab selanjutnya ya
mentari menjadi tumbal kekasihnya
hampir runtuh,,,jadi Abi pura pura koma
kayanya pakai seragam polisi nya makanya di kira penjaganya dan pasti
pergi pelan pelan mungkin juga ada teman nya yang membantu nya,,,apa pakai ilmu
menghilang 😄 kocak si baru akan bahagia kupikir tidak selamat tapi biar selamat tetapi namanya tupai melompat
suatu hari akan terjatuh jadi biarlah
kena tuai dulu,,, jahat
sangka kan ternyata yang katanya orang
tua tidak menjerumuskan anak anak nya
nah sekarang entu malah benar benar di
dorong ke jurang kesakitan senang sesaat
kesakitan seumur hidup,,,, manusia emng
ga ada yang sempurna tetapi harus kita
ingat kepada sang pencipta karena beliau
yang punya segalanya,,,,nasib sudah di
tanggung badan mana ada kata ampun
sudah dah kehendak ilahi takdir,,🥺
orang baik cuma ambisi mama nya dan
Abi mencintai gadis miskin mentari bubedesss ga terima harus selevel
dan kini justru tidak dapat kan apapun
karir ancur hidupnya masih kembang kempis,,,,antara hidup dan mati hanya
keajaiban tetapi hidup nanti akan di
masukan ke hotel juga wahhh ngenes
lama menerima perasaan pait dan getir
jadi buat bubedesss dan Abi saja yang pait gantian Langit pun sudah berbesar hati merawat Mina yang lemah,
sudah menjadi pasangan suami istri jadi
mentari tidak harus takut atau was was
lagi karena sudah ada bodyguard sekali
Gus Suami Langi sang pangeran berkuda
telah menjemput mu di kala hati terluka
dan mulai saat ini jangan lagi resah di
kemudian hari akan selalu bersama hingga menua bersama menjadi pasangan
yang solid dan penuh kebahagiaan dan
kini sudah ada pendamping ada anak yang
harus di jaga,,, semoga benih nya langsung jadi tumbuh 🤣❤️lope lope sekebon bunga' 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
belum menemukan nya. ternyata sudah tau milina di besarkan Pangit,
dan mentari akan hidup bersama Anak dan ayahnya yang mengadopsi putrinya
semoga cepat ya Lang. ,,,mumpung
nenek lampir bubedesss belum menemukan. cucunya yang sudah di buang,,, ayo mentari sebentar lagi ada
yang akan selalu mendampingi mu
dan ada malaikat yang butuh kasih sayang
kalian berdua dan yang mau di laporkan
koma over dosis dan bubedesss juga
jadi penjaga bahaya,
hidup segan mati pun mau,,,dan bubedesss merasakan penyesalan
panjang jadi sama sama tersiksa dengan
masa lalunya,
kira mentarilah yang sudah membunuh sila ternya Abi ,,,dan mentari yang di jadi
kan kambing hitam oleh Abi demi jabatan
agar tidak gugur,,,,maka itu langit kerja
sama dengan makdes,,,, untuk mengambil
putrinya mentari tak lai tak bukan adalah
cucunya sendiri ,,,, sekarang langit yang
beruntung bisa dapat. mentari dan putrinya biarpun lain Ayah' ga masalah
to 👍👍 semangat