NovelToon NovelToon
Ketika Benci Menemukan Rindu

Ketika Benci Menemukan Rindu

Status: tamat
Genre:Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua / Tamat
Popularitas:329.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kiky Mungil

Perjodohan yang terjadi antara Kalila dan Arlen membuat persahabatan mereka renggang. Arlen melemparkan surat perjanjian kesepakatan pernikahan yang hanya akan berjalan selama satu tahun saja, dan selama itu pula Arlen akan tetap menjalin hubungan dengan kekasihnya.

Namun bagaimana jika kesalahpahaman yang selama ini diyakini akhirnya menemukan titik terangnya, apakah penyesalan Arlen mendapatkan maaf dari Kalila? Atau kah, Kalila memilih untuk tetap menyelesaikan perjanjian kesepakatan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiky Mungil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30. Ide Apa Lagi Yang Dipikirkan Arlen?

Untungnya hanya bagian luar pintu dari unit apartemen saja yang dipenuhi dengan buket-buket bunga seperti taman, di bagian dalam tidak ada yang berubah. Kalila bisa pusing sendiri jika bunga-bunga itu mulai layu nantinya. Tapi dia mencabut setangkai mawarnya untuk dia bawa masuk ke dalam.

Dia menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang ada di ruang tengah, tangannya kembali mengeluarkan black card dan menatapnya tanpa kepastian. Jujur, dia selalu mengharapkan punya uang yang banyak agar bisa meraih mimpinya melakukan pengobatan untuk Kirei. Tapi, Kirei kini sudah sehat dan ceria. Dan sekarang, malah dia bingung sendiri, untuk apa dia uang sebanyak ini.

Bahkan keinginannya untuk membeli mesin espresso dan oven pun sudah dilakukan oleh Arlen.

Entahlah, punya uang yang sangat banyak ditangannya, dia malah bingung. Tidak punya uang malah tambah pusing.

Diletakkan begitu saja kartu hitam itu di atas meja, kemudian ia meraih setangkai mawar yang tadi diambilnya. Senyumnya kembali menghiasi wajahnya. Dia tidak pernah menyangka dengan pengalaman ini, ternyata mendapatkan bunga dari seseorang cukup membuat hati juga ikut berbunga.

Ponselnya tiba-tiba berdering, nama Bunda Seruni muncul pada layar datarnya.

["Sudah sampe apartemen, La?"]

"Udah, Bun. Ini baru banget sampe."

["Suami mu sudah pulang kerja juga?"]

"Belum, Bu. Sepertinya agak terlambat." jawab Kalila terpaksa berbohong.

["Padahal Bunda mau bilang terima kasih ke Nak Arlen."]

"Terima kasih?" Kalila mengerutkan keningnya.

["Iya, hari ini Bunda kaget banget tiba-tiba kedatangan tamu."]

"Tamu?"

["Lho, suamimu ga cerita? Hari ini ada chef yang sering muncul di TV, yang tatoan itu. Dia datang, dan masak masakan yang enak-enak untuk Bunda dan Kirei. Makanan-makanan yang cuma ada di restoran bintang lima, La. Enak-enak banget!"]

Kalila sampai speechless mendengar bagaimana suara Bunda yang begitu antusias bercerita. Ah, padahal sepanjang makan malamnya bersama Arlen di restoran mewah itu, Kalila selalu kepikiran dengan Bunda dan Kirei. Siapa yang akan menyangka kalau Arlen bahkan sampai mengundang seorang Chef terkenal untuk memasak di rumah Bunda yang sederhana dan menyajikan makanan-makanan mewah untuk Bunda dan adiknya.

[Kulkas Bunda juga sampai penuh sama bahan-bahan makanan. Ada daging sapi kualitas bagus yang kalo sengaja beli harganya mahal banget. Ada daging ayam. Ikan. Udang. Macem-macem deh, La. Kulkas Bunda udah seperti supermarket."] Bunda terkekeh seletelah mengatakannya.

Rasanya hangat sekali membayangkan bagaimana Arlen tak hanya memperdulikan, tapi juga memperdulikan bunda dan adiknya. Rasanya dia ingin menangis saking terharunya. Dia saja sampai detik ini masih belum bisa mengajak Bunda dan adiknya makan makanan mewah.

Perasaan dilema mulai menduduki hatinya.

* * *

Pagi hari setelah tidurnya yang nyenyak semalaman, Kalila memulai rutinitasnya dengan mulai kembali menyiapkan sarapan untuk Arlen, juga bekal makan siang untuk pria itu. Sepertinya, untuk semua yang sudah dilakukan pria itu kemarin, kembali membuatkan sarapan dan bekal makan siang adalah hal yang tepat.

Setelah siap untuk diantar ke apartemen Arlen, pintu unitnya malah terdengar diketuk dari luar. Kalila menengok pada jam dinding yang masih menunjukkan pukul enam pagi.

"Arlen?" Tatap Kalila dengan heran, dia melihat Arlen sudah siap dengan pakaian formalnya di depan pintu. "Kamu udah mau berangkat ke kantor?"

"Iya. Kamu udah siap?"

"Aku?"

"Kamu ke kedai, kan?"

"Iya."

"Oke, aku antar aja. Biasanya kamu berangkat jam sekarang, kan?"

"Eh, tapi kan, kedai dan kantor beda arah."

"Trus?"

"Trus ya...nanti kamu malah terlambat kalau antar aku dulu."

"Memangnya bakal ada yang pecat aku kalo aku terlambat?"

"Ish, sombongnya."

Arlen terkekeh. "Ayo kita berangkat sekarang, biar ga terlalu terjebak macet."

"Tapi yakin mau antar aku? Jaraknya ga deket loh."

"Yakin lah."

Kalila sempat ragu, tapi melihat bagaimana Arlen yang sudah siap dan sama sekali tidak keberatan, Kalila akhirnya setuju untuk diantar Arlen. Tapi setelah memindahkan menu sarapan untuk Arlen ke dalam kotak bekal sarapan.

Noe sudah menunggu di depan pintu lobi apartemen dengan mobil. Dia membukakan pintu untuk Kalila lebih dulu, lalu membukakan pintu untuk Arlen. Setelah itu, mobil melaju meninggalkan tempat menuju kedai kecil Kalila.

"La, omong-omong perkembangan bisnis kamu di tempat itu apa bagus?"

"Maksudnya?"

"Maksudku, apa lingkungannya mendukung perkembangan bisnis kedai kamu?"

"Iya, sudah banyak customerku di lingkungan itu. Kadang aku juga dapat orderan roti untuk acara-acara." Kalila menjawab. "Memang kenapa?"

"Apa kamu ga berniat untuk renovasi bangunannya supaya lebih estetik dan lebih menarik banyak customer?"

Kalila malah terkekeh. "Ya ada lah. Kalo bangunan itu milikku, aku pengen mendesainnya dengan desain yang aku mau. Tapi, kan masalahnya, aku hanya menyewa di tempat itu."

Arlen mengangguk-anggukkan kepalanya. Wajahnya terlihat seperti memikirkan sesuatu, dan disaat seperti itu, Kalila mulai cemas kalau tiba-tiba ide-ide di luar nalar akan muncul dari kepala Arlen.

"Memangnya kenapa, Ar?" Kalila bertanya, harap-harap cemas Arlen akan mempunyai ide kreatif atau malah kelewat kreatif.

"Ga apa-apa." jawab Arlen. Tapi, justru jawaban seperti itu yang patut untuk dicurigai.

Mereka akhirnya tiba di depan pagar bangunan sederhana yang sudah disewa Kalila selama hampir tiga tahun belakangan untuk dijadikan kedai sederhana. Kalila pikir, Arlen akan langsung berangkat ke kantor, tapi nyatanya, pria itu malah ikut turun dari mobil dan ikut masuk ke dalam kedai.

"Kamu ga langsung berangkat?"

"Hari ini mesin kopi dan oven harusnya datang, jadi aku perlu tetap ada disini untuk memastikan semuanya sesuai jadwal."

Kalila hanya mengangguk.

"Bagaimana kalau kita angkat dulu mesin kopi yang sudah rusak itu, supaya nanti kalo mesin yang baru sudah datang bisa langsung ditempatkan disana."

"Kamu mau bantu aku angkat mesinnya?"

"Iya, kenapa?"

"Nanti saja tunggu Asri datang, biar aku sama Asri yang pindah-pindahin barang."

"Hei, mana bisa begitu." Arlen mulai membuka jasnya, lalu menggulung lengan kemejanya. "Di sini ada dua laki-laki, mana mungkin aku membiarkan mu angkat-angkat barang begitu." Arlen menolak dengan tegas ide Kalila.

"Noe!" Arlen mulai memanggil Noe dan menginstruksikan kepada Noe apa yang harus mereka lakukan sebagai pria-pria gentleman.

Kalila lagi-lagi tidak bisa menolak karena dua pria itu sudah mulai bergerak memindahkan barang-barang.

"Wah, ada apa ini?" Asri yang baru datang sampai terkejut melihat kedai dalam kondisi berantakan.

"Ini efek dari kamu yang ngomong ke Arlen kalo mesin kopi dan oven kita rusak." jawab Kalila dengan suara pelan.

"Oh, ya?" Asri sampai membeliakkan mata. "Apa Mas Arlen langsung ngebuangin mesin kopi dan ovennya tanpa beliin kita yang baru, Mbak?"

"Bukan cuma dibuang, tapi langsung dibeliin barang-barang seharga tiga tahun sewa kedai ini."

Asri sampai memekik saking terkejutnya. Dia tidak pernah menyangka kalau mesin kopi harganya bisa sampai semahal itu.

"Tapi, Mbak Lila ga akan disuruh ganti kan uang buat beli barang-barangnya?"

Kalila menggeleng.

Dari tercengang karena terkejut, Asri berubah jadi terharu.

"Baik banget suami pura-puranya Mbak Lila." kata Asri yang memang tahu tentang hubungan dan kontrak pernikahan Kalila dan Arlen, karena Rafa dan Miska yang sering kali datang ke kedai dan membicarakan soal pernikahan Kalila bersama Arlen. "Kenapa ga jadi suami beneran aja, sih, Mbak? Hidup jadi lebih terjamin, ga bingung bayar kontrakan, bayar token, bayar wifi, bayar BP*S, bayar SPP anak sekolah, bayar iuran RT, bayar-"

"Ih Asri!" Kalila seketika membekap mulut Asri yang nyerocos saja seperti ibu-ibu yang sedang ngerumpi di balai warga.

"Jadi," Tiba-tiba saja Arlen sudah berdiri di belakang Kalila dan Asri. Dua perempuan itu pun langsung menoleh kepada sosok Arlen. "Asri tau tentang kisah pernikahan kita, La?"

.

.

.

Bersambung

1
Lastri Naila
bagus
Lastri Naila
bagus bgt kok kak novelnya...keren
Elizabeth Zulfa
bener bnget tuh
Ing
Alur ceritanya bagus, ga byk ribet tp dapet chemistry, karakter & konfliknya. Pengen bgt bagian Noe & Miska dibykkin karna penasaran bgaimana Noe bisa meyakinkan Miska yg bar2 hehehehe
Terima kasih utk karyanya Kak 🙏🏻💐
Semangat & sehat2 slalu utk karyanya terbarunya 💪🏼🥰
Kiky Mungil: terima kasih yaaa ❤️
total 1 replies
Nurgawati Naban
/Good/
Sri Wahyuni
Luar biasa
Sriza Juniarti
bagus..penggalan katanya yg s3lalu kurindukan rapi mudah dipahami,alurnya bagus tak bertele2, aku sangat suka,teruslah berkarya jangan pernah bosan karna aku s3lalu menunggu kk👍🥰🥰🥰🥰
Kiky Mungil: wah terimakasih yaa ❤️
total 1 replies
Hariyanti
terima kasih Thor 🥰🥰🤗 ceritanya bagus 👍👍👍
Kiky Mungil: haiii terima kasih udah suka cerita ini ❤️❤️
total 1 replies
Hariyanti
Alhamdulillah tamat Thor 🥰
Hariyanti
🥰🥰🥰🥰🥰
Hariyanti
sejak sekarang hidup Rafa akan terus dimata-matai 🤔
Hariyanti
😳😳😳😳😳😳
Hariyanti
asri itu mah yg diincar Rafa
Hariyanti
bebas dunia novel mah🤗
Hariyanti
hamil yaaaa ....sensi amat 🤔
Hariyanti
😂😂😂😂😂
Hariyanti
rasa yg dibeli oleh benda😩😩😩😩
Hariyanti
dulu kau sebut Lila menikah demi uang.sekarang kau menebus kesalahanmu melalui uang untuk mencari simpati 😩😩😬
Hariyanti
Kalila emang sulit keluar dr masalah ini😩 dia lakukan ini untuk keluarga tanpa keluarga tahu kondisi Kalila sebenarnya.mungkin sebelum kontak berakhir Kalila hamil 🤔
Hariyanti
Kamu bodoh.... Kalila 😩😩😩 emang pantes diabaikan.ga punya harga diri.baik boleh...tapi jangan terlalu baik yg akhirnya malah terlihat bodoh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!