Hati wanita mana yang tidak akan hancur melihat sang suami sedang melakukan hubungan suami istri dengan perempuan lain di ruang kerjanya. Wanita itu bernama Sofia, istri dari Rico yang sudah dinikahi selama enam tahun namun belum diberi keturunan.
Sofia tidak pernah menyangka jika sang suami yang selama ini selalu bersikap baik, lembut dan romantis ternyata dia tega mengkhianatinya.
Apakah Sofia bisa mempertahankan rumah tangganya yang sudah ternoda...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Kesedihan bu Irma
Rico berjalan menuju ke tempat antrian obat untuk menemui sang mama. Dia berjalan sambil melamun memikirkan apa yang telah dia dengar dari dokter Mirna bahwa Sofia sedang hamil empat bulan.
"Kenapa Sofia tidak mengatakan padaku kalau dia sedang hamil...? Kenapa dia menyembunyikan kehamilannya dariku...? Kenapa Sofia...? Kenapa kamu tega melakukan ini padaku...? Apa begitu bencinya kamu sama aku sampai kamu tidak mau memberitahuku bahwa ada darah dagingku di dalam rahim kamu...?" ucap Rico dalam hati.
"Rico, kamu dari mana saja sih...? Mama cari- cari kamu dari tadi...!" bu Irma menepuk pundak Rico.
"Iya mah maaf..." ucap Rico dengan wajah kusut.
"Sudah ayo antar mama pulang, mama capek... Mama pusing... Mama sedih Rico... Kamu ini tahu nggak sih bagaimana perasaan mama saat ini...? Mama benar- benar tidak bisa terima kalau mama harus kembali menderita kanker payudara. Itu sangat menyakitkan buat mama, Rico... Hik..hik... " bu Irma menangis.
"Iya mah .. Iya... Rico ngerti, tolong maafkan Rico ya, Rico tadi tidak bermaksud meninggalkan mama, tadi Rico ada urusan sedikit...maafkan Rico mah...ayo kita pulang mah..." Rico menuntun tangan sang mama keluar dari rumah sakit menuju mobilnya.
Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, Rico terus melamun memikirian Sofia.
"Aku harus menemui Sofia... Iya... Aku secepatnya aku harus menemui dia. Aku harus bicara dengannya..." ucap Rico dalam hati sambil fokus mengemudi.
"Rico, kamu kenapa sih melamun terus dari tadi...? Kamu mengacuhkan mama terus. Mama sedang sedih Rico, mama benar- benar tidak menyangka harus menderita kanker lagi. Tapi kamu tidak ada perhatiannya sama sekali sama mama. Kamu itu seperti tidak perduli dan tidak kasihan sama mama... hik..hik..." bu Irma menangis.
Rico menghela nafas panjang. Bukannya Rico tidak mau perduli dengan mamanya, tapi dia juga sedang memikirkan permasalahan hidupnya.
"Mah, bukan itu maksud Rico, Rico juga sedih penyakit kanker mama kambuh lagi. Rico sedih mah. Tapi kan Rico juga sudah mengupayakan yang terbaik untuk mama. Rico sudah bawa mama ke dokter, dokter juga sudah kasih obat ke mama. Kita tinggal tunggu hasilnya mah. Yang penting mama minum obat yang teratur supaya mama cepat sembuh..." sahut Rico.
"Tapi kalau mama tidak sembuh dan harus melakukan operasi pengangkatan payudara bagaimana Rico...? Trus kalau setelah pengangkatan payudara mama belum sembuh juga dan akhirnya mama mati gimana...? Mama Takut Rico.. hik..hik..."
"Mama jangan berfikir yang tidak baik dong mah, mama harus yakin kalau mama bisa sembuh..." sahut Rico.
Bu Irma pun terdiam, benar kata Rico, dia tidak boleh berfikir terlalu jauh karena hanya akan membuatnya semakin stres. Tapi bayangan operasi pengangkatan payudara benar- benar mengganggu pikiran bu Irma.
Tak lama kemudian mereka berdua pun sampai di rumah. Mendengar suara mobil masuk ke garasi, Viviana berlari ke ruang tamu untuk membukakan pintu.
"Baby, kok lama banget sih ke rumah sakitnya...? Aku sampai capek tahu nunggu kamu pulang. Aku nunggu kamu dari tadi karena ada hal penting yang mau aku omongin sama kamu...'' ucap Viviana tanpa bertanya bagaimana hasil pemeriksaan bu Irma.
Padahal Viviana tahu jika Rico mengantar bu Irma ke rumah sakit untuk memeriksakan payudaranya yang kembali sakit. Iya, sejak kecil Viviana memang tidak mempunyai rasa keperdulian terhadap orang lain. Dia hanya perduli dengan dirinya sendiri. Dia tidak mau mendengarkan apa kata orang lain dan hanya orang lain yang harus mendengarkan ucapannya.
Ya maklum saja, dia terlalu dimanjakan sejak kecil. Apapun permintaannya selalu dituruti dan apapun ucapan dan perintahnya harus dijalankan sesuai dengan kemauannya.
"Memangnya ada hal penting apa...?" tanya Rico sambil berjalan menuju ke ruang tengah.
Viviana menggandeng lengannya dengan manja berjalan beriringan dengan Rico. Sedangkan bu Irma berjalan di belakang mereka berdua.
Sambil terus berjalan, Viviana bercerita pada Rico jika dia telah meminta tiket liburan ke Paris pada sang kakak yaitu Satria sebagai hadiah bulan madu. Iya, Viviana merasa sedih karena selama menikah dengan Rico , mereka belum melakukan bulan madu . Jadi Viviana merengek pada sang kakak agar memberi tiket liburan sekaligus bulan madu sebagai hadiah pernikahannya.
Awalnya Satria tidak mau memberikan tiket itu, karena menurutnya Rico sudah terlalu sering tidak masuk kantor. Satria tidak ingin perusahaan Rico bermasalah jika Rico sering meninggalkan perusahaannya. Apalagi bulan madu ke paris tentunya tidak cukup satu atau dua hari. Paling tidak dua minggu. Itu berarti Rico akan lebih lama lagi meninggalkan perusahaannya. Dan Satria tidak mau seperti itu.
Namun lagi- lagi Satria tidak bisa menolak karena sang mama lebih berpihak pada Viviana. Iya, nyonya Merry membujuk Satria agar mau memberikan tiket liburan untuk Viviana dan Rico. Nyonya Merry merasa kasihan pada Viviana yang belum pernah merasakan bulan madu ke luar negri.
"Apa...? Bulan madu ke Paris...?" tanya Rico menghentikan langkahnya sambil menatap pada Viviana.
"Iya baby, Kak Satria yang akan membelikan tiketnya sebagai hadiah pernikahan kita..." jawab Viviana dengan senyuman mengembang di bibirnya.
"Maaf baby, aku nggak bisa, kamu tahu sendiri kan aku lagi banyak sekali pekerjaan di kantor. Sekarang aku juga harus ke kantor, ini sudah siang..." sahut Rico.
Mendengar penolakan dari Rico, Viviana langsung cemberut.
"Baby, bukannya aku nggak mau bulan madu sama kamu, tapi untuk sekarang aku benar- benar nggak bisa..." ucap Rico dengan lembut karena tidak mau Viviana marah.
"Tapi kan kalau urusan kantor bisa dikerjakan sama bawahan kamu baby..." sahut Viviana sambil memanyunkan bibir.
"Iya, tapi bukan itu saja masalahnya..." jawab Riko.
"Lalu apa...?"
"Baby, mama lagi sakit, kanker payudara mama kambuh. Kita tidak mungkin meninggalkan mama dalam keadaan sakit..." jawab Rico.
Viviana lalu menatap ke arah ibu mertuanya.
"Beneran Mah...?" tanya Viviana.
"Bener sayang, mama takut. Kata dokter kalau tidak bisa disembuhkan dengan obat, mama harus melakukan operasi pengangkatan payudara, sayang hik..hik..." jawab bu Irma sambil menangis.
"Memangnya kanker payudaranya sudah stadium berapa mah...?" tanya Viviana.
"Stadium tiga..."
"Hah...? Jadi payudara mama kayak luka gitu mah...?'' tanya Viviana.
"Iya sayang , kalau lagi kumat, rasanya sakit sekali..." jawab bu Irma.
Mendengar jawaban ibu mertuanya, Viviana begidik dan merasa jijik. Iya, Viviana tentu saja membayangkan payudara ibu mertuanya bengkak berlubang dan bernanah menjijikan.
"Makanya baby, kita tunda dulu ya bulan madunya. Kamu tidak usah pergi ke kantor, cukup jagain mama saja di rumah, ingatkan mama jangan sampai telat minum obat. Kamu mau kan baby mengurus mama...?" tanya Rico.
"Hah...? Mengurus mama...? Kamu nggak salah baby...? Aku disuruh ngurus mama yang lagi sakit...?" tanya Viviana tidak percaya bahwa suaminya akan menyuruhnya mengurus mamanya.
"Baby, mama kan orang tua kita, kalau mama sakit ya sudah menjadi kewajiban kita sebagai anaknya yang harus mengurus dan menjaganya..." ucap Rico.
"Baby, yang benar saja dong, masa aku yang harus mengurus mama. Kamu kan bisa cari perawat untuk mengurus mama..." sahut Viviana.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Viviana, bu Irma sedih.
"Sudahlah Rico, kamu tidak usah meminta istrimu buat merawat mama, mama masih kuat dan bisa mengurus diri sendiri. Kalau kalian mau bulan madu, silahkan saja, mama tidak melarang..." ucap bu Irma sambil berjalan masuk ke dalam kamarnya.
Iya, sebenarnya bu Irma begitu sedih dan tidak terima dengan apa yang diucapkan oleh Viviana. Namun bu Irma bisa apa, dia tentu tidak berani melawan karena dia sadar Viviana dari keluarga mana. Beda ketika Sofia masih menjadi menantunya. Ketika Sofia melakukan hal yang menurut bu Irma tidak cocok dia berani menegur Sofia bahkan memarahinya. Karena bagi bu Irma, Sofia hanya anak orang biasa.
"Tapi mah..." Rico merasa tidak enak pada sang mama.
"Sudahlah baby, kamu kan tadi sudah dengar sendiri mama nggak keberatan kalau kita bulan madu ke Paris..." ucap Viviana.
"Kamu ini kenapa sih nggak ngerti banget dengan keadaan..." sahut Rico melepaskan tangan Viviana yang sejak tadi memegangi lengannya.
Rico lalu berjalan menaiki tangga menuju ke kamaranya meninggalkan Viviana.
"Ih baby kok kamu ninggalin aku sih...!" Viviana kesal kemudian menyusul Rico ke kamar atas.
Iya, semenjak Sofia pergi dari rumah, Viviana meminta untuk pindah ke kamar yang dulu ditempati oleh Sofia dan Rico. Walaupun sebenarnya Rico cukup keberatan. Bagi Rico kamar ini adalah ruangan pribadinya bersama Sofia. Banyak kenangan indah yang sudah dia lewati bersama Sofia.
Di kamar ini juga masih banyak barang- barang Sofia yang ditinggalkan begitu saja. Dan sejak Viviana menempati kamar ini bersama Rico, Viviana mengeluarkan barang- barang milik Sofia dan meletakkannya di dalam gudang.
Rico sebenarnya kesal sekali dengan tindakan Viviana, tapi lagi- lagi Viviana tidak dapat dikasih tahu dan berbuat semaunya sendiri.
"Baby... Ayo lah kita bulan madu ya..." rengek Viviana sambil memeluk tubuh Rico dari belakang.
"Lepaskan aku..." Rico melepaskan kedua tangan Viviana yang melingkar di pinggangnya.
"Denger baby, tolong kamu ngerti sedikit, mama sakit, dan dia harus berobat rutin. Harusnya kita menemaninya, memberikan dukungan supaya dia tetep semangat menjalani pengobatannya. Bukan malah ditinggal sendirian di rumah trus kita enak- enakan bulan madu..." ucap Rico berusaha memberi pengertian pada Viviana.
Bukannya menuruti apa kata Rico, Viviana malah ngambek.Dia memanyunkan bibirnya.
"Baby, tolonglah kamu jangan seperti anak kecil. Kamu harus ngerti dong keadaannya seperti apa..." ucap Rico.
"Ya udah kalau kamu nggak mau mama sendirian kamu carikan dia perawat..." sahut Viviana.
Rico menghela nafas panjang. Di tidak setuju dengan ide Viviana. Bukannya Rico tidak mau membayar perawat untuk mengurus sang mama. Tapi mamanya itu yang tidak mau diurus oleh perawat. Dulu waktu pertama kali bu Irma menderita kanker payudara, Rico pernah membayar perawat untuk mengurusnya. Namun tidak ada perawat yang betah.
Iya, sudah empat kali Rico gonta ganti perawat untuk mengurus bu Irma. Tapi mereka tidak ada yang betah karena bu Irma cerewet dan suka marah- marah. Akhirnya Sofia yang merawat bu Irma. Karena Sofia sabar, dan telaten mengurus sang ibu mertua, dia tidak jijik membersihkan luka di payudara bu Irma. dan dia juga tahan dengan segala kecerewetan sang ibu mertua. Bu Irma pun luluh pada Sofia. Dia menurut pada Sofia. Karena Sofia mengurusnya dengan baik.
Sekarang Sofia sudah bukan menantunya lagi, dan penggantinya adalah Viviana. Tentunya bu Irma juga menginginkan Viviana akan bersikap seperti Sofia yang mau merawatnya. Namun belum apa- apa Viviana sudah menolaknya. Bahkan baru mendengar kata kanker payudara saja Viviana sudah merasa jijik.
"Mama tidak mau diurus oleh perawat, dia maunya diurus oleh anaknya...." ucap Rico.
"Ya sudah kamu saja yang mengurusnya. Kamu kan anaknya..." sahut Viviana.
Rico menghela nafas.
"Baby, kok kamu bicaranya seperti itu sih, kamu kan anaknya juga..." ucap Rico.
"Bukanlah baby, aku bukan anaknya, aku menantunya. Beda kan...?" sahut Viviana.
Rico merasa kesal berdebat dengan Viviana. Dia pun memilih diam lalu berjalan menuju lemari pakaian dan mengambil baju kantornya. Dia harus pergi ke kantor siang ini.
"Baby... Kamu marah karena aku tidak mau mengurus mama...?" tanya Viviana.
Rico diam saja tanpa mau menjawab pertanyaan Viviana.
"Iiihhhh... Baby kenapa kamu diam saja..." rengek Viviana.
Rico masih diam,dia membuka bajunya dan mengganti bajunya dengan baju kantor.
"Baby, aku bukannya nggak mau mengurus mama. Tapi aku aku nggak bisa baby... " ucap Viviana.
"Apa lagi mama sakit kanker payudara, mendengarnya saja aku udah ngeri. Aku jijik membayangkan payudara mama yang terdapat luka, trus ada darah, nanah bercampur menjadi satu, trus bau amis dan busuk... sumpah aku jijik banget dan aku nggak bisa melihat itu baby..."
"Nanti yang ada aku nggak bisa makan, karena kecium bau busuk dari payudara mamamu itu, kamu nggak mau kan aku muntah- muntah karena mencium bau busuk dari payudara mama kamu...."
"Kalau kamu tidak mau merawat mama ya sudah kamu tidak usah banyak ngomong...!!" bentak Rico yang sudah tidak bisa lagi menahan sabar atas ucapan Viviana.
"Baby...hik..hik..." Viviana menangis karena Rico membentaknya.
Rico menatap tajam wajah Viviana dengan nafas yang memburu. Iya, Rico benar- benar tidak terima dengan semua ucapan Viviana tadi. Sang mama sedang sakit, harusnya diperhatikan dan diurus dengan baik, tapi Viviana malah bicara yang membuat Rico kesal dan marah.
Iya ,Rico tahu bagi sebagian orang mungkin melihat luka yang menyerupai koreng itu sangat menjijikan, tapi tidak seharusnya Viviana mengatakan hal itu di depannya. Itu sangat menyakitkan buat Rico.
Rico jadi teringat dengan Sofia. Dia dulu begitu telaten dan sabar mengurus bu Irma. Dia bahkan tidak merasa jijik ketika tiap pagi dan sore harus mengganti perban untuk menutupi luka di payudara bu Irma.
Rico jadi merasa bersalah pada Sofia karena sudah mengkhianatinya. Iya, dia sudah mengkhianati istri yang begitu tulus. Bukan hanya padanya tapi juga pada mamanya.
"Maafkan aku Sofia..." ucap Rico dalam hati.
Tanpa bicara apapun lagi, Rico lalu keluar dari kamarnya sambil membawa tas kerjanya.
"Baby...baby tunggu baby..." seru Viviana mencoba menghentikan Rico, namun Rico tidak menghiraukan Viviana dan dia terus berjalan menuruni tangga.
"Baby.. Tunggu..." Viviana meraih tangan Rico.
"Lepaskan tanganku...!" Rico kembali membentak Viviana.
Viviana pun menangis kemudian melepaskan tanggannya. Rico berjalan keluar rumah kemudian pergi ke kantor dengan mobilnya. Viviana terus menangis, kemudian dia kembali menaiki anak tangga kambali ke kamarnya.
Bi Iyam yang sedang bebenah di ruang tengah pun melihat ke arah Viviana yang sedang menaiki anak tangga sambil menangis.
"Sukurin dibentak sama pak Rico. Dasar pelakor..." ucap bi Iyam yang merasa puas melihat Viviana dibentak oleh Rico.
"Pak Rico juga sih, nggak ngotak banget jadi orang, sudah punya istri cantik, baik, eh malah diselingkuhi. Mending kalau selingkuhannya cakep, cakep modal make up doang. Udah gitu orangnya manja, egois lagi, apa menariknya sih... amit- amit deh..."
"Kalau saya punya anak modelan begitu, sudah saya bejek- bejek dah..." bi Iyam kesal sendiri.
Bersambung....
km dlu brbagi peluh dgn viviana saat km msih dgn sofia ...
skrg km dpt balasan... viviana berbagi peluh dgn pria lain saat dia mnjadi istrimu....
yakin dech.... setelah ini... viviana pasti akn lnjut lgi dgn marcell...
kynya bakalan seru deh kl Sofia berjodoh sama Satria... semangat Thor aq selalu mendukungmu, mau bagaimana pun aq ikuti alurnya aja mau kya gimana kan kamu yng pya cerita...
mending loe selingkuh aja tuh sama Marchel