Banyak Typo 🙏🏻 Sedang Proses Revisi. Terima kasih ❤️
"Maafkan aku Mas, jika selama ini aku membuatmu tersiksa dengan pernikahan ini. Selama 2 tahun aku berusaha menjadi istri yang sempurna untukmu, melakukan apa yang aku bisa agar membuatmu bahagia. Tapi ternyata, itu semua sia-sia dan tidak bisa membuatmu mencintaiku, aku menyerah Mas! menyerah untuk segalanya, berbahagialah dengan wanita yang kau cintai. Aku akan pergi dari kehidupanmu, dan semoga takdir tidak akan pernah mempertemukan kita kembali, dengan alasan apapun."
Itulah yang di katakan Rana pada lelaki yang menikahinya 2 tahun silam.
Hatinya hancur, setelah mengetahui jika Seno tidak pernah mencintainya dan menjalani pernikahan dengan penuh tekanan. Hingga akhirnya Mereka memutuskan untuk berpisah.
Setelah 4 tahun berpisah, Takdir kembali mempertemukan mereka.
Banyak cerita dan tragedi yang mengiringi pertemuan mereka kali ini.
🍁🍁🍁
Mohon dukunganny
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Ganggu Preman
Selamat! Membaca 🤗
Beberapa Jam menempuh perjalanan, dan di karenakan macet parah, Rana pun sampai di Terminal di waktu yang tak seharusnya, yaitu tengah malam.
Rana memutar pandangannya, mengitari Terminal. Orang-orang yang satu Bus dengannya perlahan sudah habis meninggalkan Terminal. Mereka di jemput dengan sanak saudara yang sudah menunggu di Terminal.
Sedangkan Rana, ia masih menunggu Aurel. Gadis itu tengah ada masalah mendesak, hingga ia telat menjemput Rana, sementara Bima, tengah berada di Rumah Sakit, karena ternyata hari ini Sarah melahirkan.
(Kau tunggu di tempat yang ramai dan aman, aku akan segera menjemputmu)
Itulah pesan yang di kirim Aurel.
Di hari biasa seperti ini, Terminal memang lebih terlihat sepi, jika saja Rana datang ke Kota bertepatan dengan mudik lebaran, sudah pasti Terminal akan ramai 24 jam. Dan Rana tidak perlu merasa takut seperti ini.
"Mau kemana Mbak? Butuh ojek tidak?"tawarkan seorang pria paruh baya yang berprofesi sebagai tukang ojek.
"Tidak Pak, terima kasih. Saya sedang menunggu teman saya yang akan menjemput."Tolak Rana, dengan halus.
"Baiklah, kalau bisa nunggunya di depan warung sana saja Mbak. Jangan berdiri di sini, di sebelah sana banyak preman, mereka sering mengganggu, apalagi Mbak sendirian di sini."Ujar pria itu sambil menunjukkan warung yang letaknya tidak jauh.
"Baik pak, Terima kasih banyak."
Karena mencari aman, Rana pun mengikuti saran dari bapak tukang ojek tersebut untuk menunggu Aurel di warung.
"Ke mana Aurel, kenapa lama sekali, ini sudah 40 menit, bukankah seharusnya ia sudah tiba 20 menit yang lalu."Rana resah karena sudah lebih dari setengah jam ia menunggu, Aurel belum kunjung tiba dan ia pun tidak bisa menghubungi sahabatnya itu karena ponselnya tidak dapat dihubungi.
"Mbaknya masih lama di sini. Maaf ya Mbak, warung sudah mau ditutup."Kata pemilik warung.
"Tutup!"
"Iya Mbak, hari ini sangat sepi sekali, jadi saya buka sampai subuh pun percuma tidak akan ada yang beli."
"Maaf Bu, bisa tidak menunggu sebentar lagi sampai teman saya datang menjemput, sejujurnya saya takut dan merasa khawatir kalau harus menunggu sendirian di sini,"pinta Rana dengan menjelaskan apa yang ia rasakan saat ini.
Ibu pemilik warung menatap Rana sambil berpikir. Ya, sepertinya iapun merasa kasihan dengan Rana jika harus menunggu sendirian di tempat yang rawan seperti ini, sehingga ia memutuskan untuk menambah waktu agar Rana bisa memiliki tempat yang aman.
"Baik Mbak saya tunggu sampai 30 menit lagi ya, jika teman Mbak masih belum datang mohon maaf saya harus benar-benar menutup warungnya."Ujar Ibu pemilik warung."
"Baik Bu, sekali lagi terima kasih."
Rana kembali mengirimkan pesan pada Aurel, berharap temannya membaca pesan tersebut.
"Apa aku pesan taksi online saja ya."Gumam Rana dalam pikirannya,"Tapi bagaimana jika Aurel datang dan aku tidak ada."Bingung Rana, dan iapun memilih untuk menunggu Aurel.
30 menit berlalu, dan Aurel masih tak kunjung datang.
Hingga Ibu pemilik warung pun dengan berat hati menutup warungnya, Rana terpaksa menepi dari sana.
Selepas warung di tutup suasana semakin sepi dan mencekam bagi Rana.
Hingga kondisi seperti ini memancing beberapa Pria berpenampilan seperti Preman, yang memang sejak tadi ada di sana menghampiri Rana.
Mereka bukan untuk menawarkan bantuan pada Rana, tapi 3 Pria itu berkata yang tidak-tidak.
"Sudahlah, lebih baik ikut kami saja, dari pada berdiri kedinginan di sini."Ujar satu Pria sambil cekikikan.
Rana tidak menggubris omongan berandal itu, ia melangkah menarik kopernya menjauhi mereka.
Namun tindakan Rana ini malah memancing emosi mereka.
"Kau jangan kurang aja ya! Berani-beraninya menghindari kami!"
Rana mendelik.
"Maaf, saya tidak punya waktu untuk meladeni kalian."
Rana tetap melangkah, namun Pria itu mencekal lengan Rana.
"Jangan kurang ajar Anda!"Rana emosi, tentu saja karena mereka bersikap sangat tidak sopan.
Dan Pria itu malah tertawa terbahak-bahak.
PLAK!
Rana melayangkan tamparan di wajah Pria yang tengah melebarkan mulutnya itu, dan seketika ia berhenti tertawa.
"Waaah, dia berani menamprmu Bos!"olok Pria yang lain.
Pria yang di tampar tadi menyentuh pipinya yang terasa kebas, dengan mata menyalang penuh amarah.
"Sepertinya kita harus bermain kasar dengan gadis ini,"ujarnya dengan tatapan mata yang tiba-tiba berubah jauh lebih mengerikan.
Ia maju dan ingin kembali menjangkau Rana.
BUG
Namun, sebelum Pria itu sampai, Rana terlebih dahulu menendang kepunyaannya. Sampai membuat Pria itu meringis kesakitan.
Dua temannya tidak tinggal diam, iapun maju dan tentunya bernasib sama seperti rekannya.
"Ini sakit sekali Bos!"erang Pria itu, ketika lato-latonya membentur sepatu Rana.
"Kau benar-benar berani dengan Kami, apa kau tidak tau siapa kami!"Marah Pria yang di sebut Bos.
"Tentu, saya bisa bersikap baik dan sopan jika kalian melakukan hal yang sama, tapi jika kalian kurang ajar seperti ini sayapun tentu akan melakukan hal yang sama, apa kalian pikir semua wanita itu lemah! Dan tidak berani dengan orang seperti kalian! Jangan pernah berpikir seperti itu, hanya karena melihat wanita sendirian nyali kalian jadi membuncah, sungguh pecundang!"Rana menuangkan semua kekesalannya.
Dan karena itu ia kembali terlibat perkelahian kecil, dengan 3 Pria yang kita sebut saja Preman.
Karena Rana mengerti dunia medis, ia menyerang para Preman itu di bagian sensitif, sehingga Rana mampu membuat 3 Pria itu kewalahan.
"Aduh, Bos! mata, mata saya perih!"
Setelah menyerang 2 lato-latonya, kini Rana menyapa 2 bola mata Pria itu.
"Kurang Ajar!"
Marah pimpinan mereka, dan di detik itu juga, Pentolan dari ke 3 Pria itu mengeluarkan sebilah senjata tajam dari balik jaket Levis yang sudah robek-robeknya itu.
Ia mengacungkan senjata tersebut pada Rana, dengan maksud menakut-nakuti Gadis yang sudah membuat mereka kewalahan.
Rana terdiam sejenak, memikirkan apa yang harus ia lakukan. Rana tidak menduga jika ternyata mereka membawa senjata tajam, padahal itu sangat wajar bagi Preman.
Apa yang harus aku lakukan?
Apa aku harus kembali melawan?
Tidak, itu terlalu beresiko, 3 lawan 1, dan mereka mempunyai senjata, sedangkan Rana tidak memiliki benda apapun yang akan di jadikan senjata.
"Baiklah! tidak ada cara lain,"Gumam Rana.
Rana mengorbankan Koper berwarna Biru miliknya, dengan cara mendorong benda cukup besar itu ke arah para Preman. Dan tentu saja Ke 3 Preman itu terhalangi untuk menyerang Rana.
Di kesempatan ini, Rana mempercepat langkahnya meninggalkan tempat itu.
Ya, inilah pilihan Rana, melarikan diri, karena tidak mungkin jika ia harus melawan 3 sangar itu.
"Dia kabur Bos!"
"Dasar Bodoh! cepat kejar, kenapa malah menunjuk saja, sungguh tidak berguna."
Bersambung....
🍁🍁🍁🍁🍁
Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏
Minta dukungannya ya 🤗
Tolong koreksi jika ada kesalahan dalam tulisan ini 🙏
Lope Banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️