Hari dimana Santi merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke 25, semuanya tampak berjalan dengan baik. Tapi itu hanyalah awal dari bencana besar yang akan dia hadapi. Tanpa diduga, hal yang tidak pernah disangka oleh Santi adalah, Dani suami yang selama ini dicintainya itu akan meminta cerai padanya, karena dia telah menjalin hubungan terlarang dengan seorang wanita berusia 20 tahun dibelakangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perubahan Dani
Pada Senin pagi, Dani menuju ke kantor.
Dia sebenarnya tidak ingin pergi bekerja, tapi dia juga tidak ingin tetap berdiam diri di hotel.
Saat memasuki kantornya, setelah menyampaikan belasungkawa, sekretarisnya memberi tahukan kepadanya bahwa Clara telah menelepon dua kali.
"Jika dia menelepon lagi, katakan padanya aku tidak ada di sini. Bahkan, aku tidak ingin dihubungi siapa pun kecuali putriku, ibuku, atau perawatnya," ucap Dani memberi tahu sekretarisnya itu.
"Baiklah, Pak, sesuai keinginan Anda," jawab sekretaris Dani.
Beberapa saat kemudian...
"Apakah Dani datang bekerja?" Tanya Satria pada sekretaris Dani.
"Ya, Pak," jawab sekretaris Dani sambil mengangkat gagang telepon yang berdering. Terdengar sekretaris mengatakan pada seseorang diseberang telepon bahwa Dani tidak datang bekerja.
"Siapa orangnya?" Tanya Satria pada sekretaris Dani sesaat setelah menutup panggilan telepon.
"Nyonya Clara, tetapi Pak Dani mengatakan tidak ingin berbicara dengannya," jawab sekretaris Dani.
Satria terkejut mendengar hal itu.
"Bawakan aku kopi ke ruangannya," pinta Satria pada sekretaris Dani.
Saat Satria masuk ke dalam ruangan Dani, dia memandang rekan bisnis sekaligus temannya itu, dan terlihat jelas bahwa ekspresi diwajahnya tampak tidak bagus.
"Dani, apa yang kau lakukan di sini? Kupikir kau akan mengambil cuti beberapa hari," kata Satria.
"Sebenarnya memang itu rencana yang ingin aku lakukan. Tapi kalau aku hanya diam di kamar hotel dan menatap langit-langit kamar, ada baiknya aku bekerja. Aku bisa saja pergi ke rumah Mama, tapi kalau Mama tahu apa yang terjadi antara aku dan Clara, nanti pendapat Mama tentang Clara akan semakin buruk, dan sejujurnya, aku bahkan tidak tahu apa yang akan kulakukan padanya," jawab Dani.
"Tapi apa sebenarnya yang terjadi?" Tanya Satria bingung.
"Saat pemakaman Papa, Clara berkelahi dengan Santi. Sejujurnya saja, dia merasa terganggu dengan kehadiran Santi disana. Dia pikir Santi mencoba merebut hatiku kembali! Dia mengamuk seperti gadis remaja, dan aku tidak tahan lagi dengan sikanya itu," jelas Dani.
"Kau harus mempertimbangkan bahwa dia memang masih muda," kata Satria.
"Tapi dia juga bukan anak kecil. Amanda juga masih muda, tapi hari itu dia bertindak dengan tepat. Aku bahkan tidak bisa membayangkan apa yang Clara katakan kepada Santi sehingga Santi menanggapinya seperti itu," ungkap Dani.
"Sebenarnya aku heran. Aku lihat Santi mengucapkan selamat tinggal padanya," komentar Satria .
"Kau tahu Santi, dia selalu berkepala dingin. Dia tidak akan membuat keributan," kata Dani.
"Dan apa rencanamu sekarang?" Tanya Satria .
"Entahlah. Ku pikir akan lebih mudah, tapi sekarang bukan lagi urusanku. Sebenarnya, Clara harus memutuskan apa yang akan dilakukannya. Aku harus mengurus Mamaku, dan aku tidak akan menelantarkan putri-putriku hanya karena dia tidak tahan berada di bawah bayang-bayang Santi," tegas Dani.
"Apakah itu memang hanya bayangan?" Tanya Satria .
"Tentu saja tidak. Aku tidak menyesali keputusan yang kubuat, tetapi aku harus mengakui bahwa Santi telah bersikap baik padaku. Aku telah berlaku tidak adil padanya terlalu lama. Aku tidak akan terus berlaku tidak adil karena keinginan Clara," pungkas Dani.
...****************...
Di tempat lain...
Santi tengah menyiapkan sarapan untuk putrinya.
"Jam berapa kau berangkat, Sayang?" Tanya Santi pada Amanda.
"Aku harus ke bandara jam enam Ma, tapi aku mau ke rumah Oma dulu," jawab Amanda.
"Aku akan menemanimu. Aku juga ingin melihat Oma," ucap Aleya menimpali.
"Aku sudah mencoba menelepon Papa untuk mengucapkan selamat tinggal, tapi panggilannya masuk ke pesan suara," ujar Amanda.
"Telepon saja nomor apartemennya," saran Santi.
Amanda ragu-ragu. Dia tidak ingin mendengar kabar apapun dari Clara.
"Aku akan menanyakannya," kata Aleya pasrah.
"Terima kasih, kau memang Kakak kesayanganku," goda Amanda.
"Aku ini satu-satunya saudara perempuanmu," jawab Aleya. "Apa kau punya nomor apartemen Papa?" Tanya Aleya pada Amanda.
Mereka bertiga saling berpandangan.
"Aku akan menelepon kantor Papa untuk mengambil nomor apartemen Papa dari sekretarisnya. Dia pernah memberikannya kepadaku waktu itu, tapi aku sudah membuangnya," kata Amanda.
Amanda pergi ke ruang makan dan kembali beberapa menit kemudian.
"Aku sudah bicara dengan Papa. Dia akan mengantarku ke bandara dan menjemputku di rumah Oma," ujar Amanda memberi tahu Santi dan Aleya.
Santi terkejut mendengar hal itu. Dani yang gila bekerja bukanlah hal yang aneh, tapi tawaran untuk mengantar Amanda ke bandara adalah hal yang aneh bagi Santi.
...----------------...
Hari itu, Dani bertemu dengan kedua putrinya di rumah Mamanya. Dia mampir ke sebuah toko untuk membeli kue-kue kesukaan putrinya dan minum kopi bersama mereka sambil mengenang kenangan-kenangan lama bersama mendiang Opa mereka.
Pada pukul lima sore, Dani mengantar Aleya ke rumah Santi dan melanjutkan perjalanan ke bandara untuk mengantar Amanda yang akan kembali lebih dulu.
"Terima kasih sudah mengantarku, Papa," kata Amanda.
"Kau tak perlu berterima kasih pada Papa, Amanda. Papa tahu terkadang Papa agak keras padamu, tapi Papa menyayangimu, meskipun kau memang sedikit pemarah. Tapi Papa sangat menyayangimu, Nak," bisik Dani.
"Aku sayang Papa!" Bisik Amanda sambil memeluk Papanya.
...****************...
Malam itu, Santi menyiapkan makan malam dan Aleya tengah menata meja makan.
"Ma, apakah menurut Mama kematian bisa mengubah seseorang?" Tanya Aleya. "Jika Mama melihat Papa hari ini, Papa tampak sangat berbeda." Lanjut Aleya.
"Bisa saja sayang. Kau tahu, kita tidak akan pernah siap untuk kehilangan orangtua kita. Kita tidak akan pernah terlalu tua untuk berhenti membutuhkan Papa atau Mama kita. Meskipun Opa kalian tidak terlalu penyayang, Mama tetap merindukannya. Tentunya, kepergian Opa kalian merupakan pukulan berat bagi Papa kalian, dan mungkin dia ingin mengubah prioritasnya," jawab Santi.
Dua hari kemudian, Aleya terbang ke Jakarta, dan Dani juga mengantarnya ke bandara.
Saat melihat putrinya menaiki pesawat, Dani berjanji pada dirinya sendiri bahwa mulai sekarang, prioritasnya adalah ibu dan putri-putrinya.
Sementara itu, dia berharap Clara akan memutuskan arah hubungan mereka.
Bersambung...
🖕(dani aki2🤮clara cabe2an)