Akhir Dari Sebuah Pernikahan
Sinar matahari mulai terang ketika Santi Amalia keluar dari kamarnya untuk menyiapkan sarapan. Saat ini hari Sabtu, dan nanti malam dia akan merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke-25 bersama suaminya.
Santi telah mengarungi bahtera rumah tangga selama dua puluh lima tahun dengan seorang pria yang luar biasa. Dani Prasetya adalah seorang suami dan ayah yang luar biasa, penuh perhatian, penyayang, dan juga baik.
Santi melihat ke luar jendela dan melihat sinar mentari pagi menyinari bunga-bunganya di taman. Dia merasa bahwa dia adalah wanita paling beruntung di dunia.
"Selamat pagi, sayang," sapa Dani, sang suami yang menyadarkan istrinya dari lamunannya.
"Selamat pagi. Kupikir Mas akan tidur lebih lama. Akan aku buatkan kopi untuk Mas." Jawabnya.
"Aku harus meninjau beberapa kontrak di perusahaan. Tapi, aku akan kembali dalam tiga jam lagi. Oh ya, jam berapa mereka akan datang untuk menyiapkan semua dekorasinya di taman?" Tanya Dani.
"Sekitar jam sebelas Mas," kata Santi sambil menyajikan sarapan untuk suaminya itu.
"Jam berapa anak-anak akan tiba?" Tanya Dani lagi.
"Sore nanti. Ingat ya Mas, Aleya akan mengajak pacarnya, Mirza, dan mereka juga akan datang bersama Amanda."
"Tentu saja. Aku sudah tidak sabar bertemu dengan pria yang bisa meluluhkan hati putri kesayanganku itu." Ucap Dani.
"Ingat Mas, jangan terlalu keras." Kata Santi.
"Hmmm... Oh ya, jangan lupa bawa jasku ke tempat laundry langganan kita." Balas Dani.
"Aku sudah melakukannya kemarin Mas. Aku akan mengambilnya sebentar lagi." Ucap Santai.
Dani tersenyum. Santi adalah istri yang baik, setia, dan penurut. Hidup bersamanya begitu nyaman bagi Dani. Mereka telah menikah selama dua puluh lima tahun dan memiliki dua putri yang luar biasa. Aleya, berusia 23 tahun, bekerja di sebuah perusahaan internasional di Ibu Kota. Sementara putri kedua mereka, Amanda, berusia 19 tahun, sedang kuliah di Universitas ternama di kota Bandung.
Setelah bertahun-tahun menikah, Ahmad Dani merasa begitu beruntung. Mereka pasangan yang rukun, dan di usianya yang ke-45, Santi masih terlihat cantik. Sementara di usianya yang ke-52, Dani sendiri tetap menjadi pria tampan yang bahkan masih mampu membuat para gadis belia mengagumi dirinya.
Malam nanti, mereka akan merayakan ulang tahun pernikahan mereka dengan mengadakan sebuah pesta besar yang dihadiri lebih dari lima puluh tamu.
"Aku pergi dulu. Sampai jumpa nanti," katanya sambil mencium pipi istrinya.
Dani masuk ke mobil sport barunya dan pergi ke kantor. Sementara itu, Santi menghabiskan sarapannya dan memeriksa daftar tugas yang panjang. Dia lantas bergegas menyelesaikan sarapannya untuk segera pergi itu atau dia tidak akan kembali ke rumah sebelum pukul sebelas saat katering pesanan mereka tiba, dan hal itu akan membuat suaminya marah.
Santi lantas naik ke kamar tidurnya dan memilih sepasang sepatu yang nyaman, celana linen, dan blus yang senada. Dua puluh menit kemudian, ia sudah berada di belakang kemudi. Pertama-tama ia pergi ke tempat laundry langganannya untuk mengambil jas milik Dani dan kemudian pergi ke butik untuk mengambil gaunnya, yang secara khusus dibeli untuk acara ulang tahun pernikahannya.
Santi ingin merubah penampilannya. Ia memasuki salon rambut. Rambutnya berwarna pirang dan panjang mencapai pinggang, dan dia terbiasa mengikatnya. Tapi kali ini dia ingin berubah dan memutuskan untuk memotongnya di atas bahunya. Meski hasil potongan rambutnya itu bagus, namun kali ini dia memilih untuk menutupi rambut indahnya itu dengan mengenakan hijab.
'Semoga aku bisa istiqomah.' ucap Santi dalam hati.
Sebenarnya sudah sejak lama Santi ingin mengenakan hijab. Namun hatinya belum sepenuhnya mantap. Kali ini dia sudah memantapkan hatinya untuk sepenuhnya menutup auratnya.
Sementara itu, Dani berada di kantornya, terlihat sibuk membaca dokumen yang telah disiapkannya.
"Kupikir kau tidak akan bekerja hari ini. Bukankah kau sedang sibuk menyiapkan pesta ulangtahun pernikahanmu?" Kata Satria, teman sekaligus rekan kerja Dani.
"Secara teknis, aku sedang tidak bekerja. Aku hanya datang untuk mengambil dokumen yang telah disiapkan Martin untukku." Jawab Dani.
"Apakah semuanya baik-baik saja? Kau tampak agak khawatir," komentar Satria.
"Aku cuma sedang berpikir," kata Dani sambil menyerahkan map yang dipegangnya itu ke Satria agar dibacanya.
Satria tampak terkejut. Dia tidak dapat memahami keputusan yang diambil Dani.
"Apa kau yakin? Kupikir kau sudah menyerah dan akan mengakhiri semua ini. Kenapa kau membiarkan hal ini terus berlanjut?" Tanya Satria.
"Aku sudah berniat melupakannya, dan nyatanya, aku bahkan sudah mengusirnya. Tapi hal itu masih terus menghantuiku. Aku tidak bisa menjauh. Jadi minggu ini aku sudah memutuskan semuanya. Aku bahkan sudah menemukan tempat yang cocok untukku. Sudahlah, jangan menatap aku seperti itu. Aku sudah berusaha sebaik mungkin. Aku pikir kau akan mengerti," jawab Dani.
"Aku tidak akan menghakimi mu. Kau temanku, dan aku mendukungmu. Tapi aku peduli pada Santi. Aku sudah mengenalnya selama 27 tahun. Pahamilah, aku peduli padanya, dan dia wanita hebat. Jika kau sudah membuat keputusan, kau seharusnya membatalkan pesta ulangtahun pernikahan kalian. Kapan kau akan berbicara dengannya?" Tanya Satria.
"Aku akan menunggu anak-anakku pergi lebih dulu. Aku rasa besok malam. Tolong pastikan semuanya beres, aku harus pulang." Ucap Dani.
Dani lalu pulang ke rumah pukul setengah sepuluh pagi dan, saat memasuki garasi, dia menyadari mobil Santi tidak ada di sana. Dia pun menuju dapur.
"Ibu di mana?" Tanya Dani pada asisten rumah tangganya.
"Ibu sedang pergi ke tempat laundry untuk mengambil jas dan akan membeli beberapa barang Pak. Ibu belum kembali," jawab Desi asisten rumah tangga itu.
Dani mendesah, tidak percaya bahwa Santi lupa jika dia harus mengawasi semuanya. Dia menuju ruang tamu dan hendak menghubungi nomor telepon Santi ketika dia melihat mobil berhenti di depan rumah. Dia menutup telepon, dan semenit kemudian, Santi memasuki dapur.
"Aku sudah pulang Desi. Tolong bawa semua barang dari mobil." Perintahnya. "Maaf, Mas. Aku tidak bermaksud terlambat pulang. Aku lumayan lama di salon." Lanjut Santi.
"Kau..." Dani tampak terkejut melihat penampilan baru Santi. "Kau terlihat anggun." Sambungnya.
Santi tersenyum padanya.
"Terima kasih Mas. Aku akan mengurus dekorasi di taman." Balas Santi.
Santi lalu berjalan pergi meninggalkan Dani yang masih menatapnya terpesona dengan penampilan baru Santi yang mengenakan hijab. Santi memang terlihat anggun.
...****************...
Dari jendela kamar tidurnya di lantai atas, Dani memperhatikan istrinya yang tengah menata seluruh taman, lantai dansa, meja, serta panggung untuk band. Semuanya dipilih dengan cermat oleh Santi.
Dani tampak mengambil ponselnya dan membaca pesan yang diterimanya. Dia tidak dapat menahan senyum di bibirnya.
(Aku sudah tak sabar untuk memulai kehidupan baru bersamamu sayang.) Isi pesan yang diterima Dani.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments