Erin, gadis cantik yang terpaksa menikah dengan seorang pria dingin harus mengalami kecelakan hingga membuatnya Koma, akankah cinta dari sang suami bisa membantu Erin untuk kembali sadar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon machrita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Renz Kembali Dijodohkan.
Erin yang kesal lantas bisa menyentuh kain di dekatnya, ia terkejut kenapa bisa ia menyentuh padahal sebelumnya ia tidak bisa.
"A-aku bisa memegang benda," kejut Erin.
Tapi saat mencobanya lagi Erin tidak bisa, ia pun berfikir apa dia harus marah dulu agar bisa memegangnya, tap Eein bukan tipe orang pemarah, terkecuali ia di sakiti.
"Aku harus konsentrasi, aku harus bisa menyentuh benda agar aku bisa memberitahu Renz tentang Shelo," tegas Erin.
Sementara Erin berkonsentrasi, Shelo mengambil sebuah gaun dan mencobanya di tempat ganti, ia memakai dan berputar-putar di depan kaca.
"Ya ampun Shelo kamu sangat cantik, kamu sudah cocok menjadi pendamping seorang Renz, pengusaha besar di kota ini." Ucap Shelo membanggakan dirinya.
Shelo keluar memamerkan gaun yang di pakainya pada Renz.
"Renz, apa ini bagus?" Tanya Shelo.
"Wahh tante sangat cantik," ucap Sahira. Renz tersenyum.
"Maaf Shelo, tapi Erin tidak akan mau memakai gaun seperti itu walaupun dia sekarang koma," kata Renz.
"Apa-apaan sih dia, gaun ini kan aku mau untukku sendiri bukan untuk Erin," batin Shelo kesal.
Erin masih konsentrasi untuk memegang sebuah gaun dan akhirnya ia berhasil, ia hanya harus tenang atau sedikit emosi agar bisa berhasil, ia pun ikut masuk ke ruang ganti di mana shelo sedang menggerutu kesal.
"Erin kan sebentar lagi bakal meninggal tapi dia justru mau membelikannya pakaian, aneh. Lihat saja hari ini adalah hari terakhir kamu membelikannya pakaian, karna besok hanya kain putih yang akan kamu berikan pada Erin, Renz." Kata Shelo tersenyum sinis.
"Aku tidak akan tinggal diam Shelo," kesal Erin.
Erin menjatuhkan gaun yang di sangkutkan Shelo di gantungan. Shelo menganggap mungkin ia kurang pas menggantungnya makanya jatuh, Shelo menggantungnya kembali tapi untuk kedua kalinya Erin menjatuhkannya lagi, Shelo memeriksa cantolan di dinding bilik terlihat kuat, tapi saat Shelo mau mengambil baju yang jatuh Erin dengan sengaja menginjaknya dan Shelo tidak bisa mengangkatnya.
"Kenapa baju ini!" bingung Shelo.
Shelo terus menarik lalu Erin mengangkat kakinya alhasil Shelo pun terjatuh.
"Apa disni ada hantu," takut Shelo.
Erin mengangkat baju itu dan memainkannya tepat di depan Shelo, Shelo ketakutan berlari keluar dan bersembunyi di belakang Renz.
"Shelo ada apa? kenapa kamu ketakutan!" tanya Renz.
"A-ada ha-hantu di sana." Gagu Shelo
orang-orang yang mendengar pun tertawa karna sikap Shelo, sudah lama butik itu berdiri belum ada satu pelanggan pun yang komplen karna gangguan hantu.
"Maaf, mungkin dia sedang tidak enak badan, Shelo Sahira ayo kita pulang," kata Renz.
Erin tertawa karna puas mengerjai Shelo hari ini, mereka pun pulangn Erin tidak lelahnya tertawa di samping Shelo.
"Rasakan, ini belum apa-apa, kamu mau melenyapkanku bukan, kamu akan terima pembalasanku," ucap Erin di samping telinga Shelo yang membuat Shelo memegang tengkuk belakangnya.
Setengah jam kemudian mereka pun sampai di rumah, Shelo langsung ke kamar Erin dan menyelimuti dirinya di tempat tidur. Shelo sangat ketakutan karenanya
"Semoga hantu itu tidak mengikutiku," gumam Shelo.
Renz tidur di kamar tamu, di samping Renz Erin ikut berbaring.
"Erin kapan kamu sadar, aku menunggu jawabanmu, apa kamu mencintaiku juga," gumam Renz.
"Seandainya kamu tau Renz jika aku juga mencintaimu, aku ingin mengatakannya tapi kamu tidak bisa mendengarku," sedih Erin.
Tak lama Renz terlelap Erin memperhatikan Renz yang begitu tenang di dalam tidurnya, tiba-tiba terasa sesak di dada Erin, ia seprti tidak bisa bernafas, Erin berlari menemui tubuhnya, jelas ia sangat terkejut melihat apa yang terjadi, seseorang menutupi wajahnya dengan bantal.
"Shelo! Shelo jangan lakukan itu, aku mohonn" ucap Erin menangis.
"Erin, aku fikir kau lah yang menakutiku tadi, kali ini kamu akan mati untuk selamanya." ucap Shelo dengan tawa sinisnya.
Erin tidak bisa menyentuh lagi, kali ini Shelo sangat nekat tapi suara langkah kaki mendekati Shelo, orang itu membuka pelan pintu kamar Erin dan Shelo tidak mengetahui siapa yang ada di dekatnya.
Orang itu menarik lengan Shelo lalu menamparnya.
"Bu Nana," kejut Shelo.
"Apa yang kamu lakukan, knpa kamu menutupi wajahnya dengan bantal." ucap ibu Renz.
"Bu, terimakasih anda sudah menyelamatkanku," ucap Erin terharu.
Shelo krbingungan karna ia ketahuan ingin mrmbunuh Erin, tapi kebingungan Shelo mereda sesaat setelah ibu Renz tersenyum padanya.
"Kamu ingin melenyapkanya karna ingin Renz bukan, aku akan membantumu." ucap ibu Renz.
"Memmbantuku." Heran Shelo.
Erin sampai menutup mulutnya karna terkejut mendengar kata-kata ibu mertuanya.
"Renz harus mendapatkan istri yang bisa mengurusnya, bukan sebaliknya, aku tidak menyukai gadis ini dari awal. Aku melihatnya saja sudah tidak menyukainya," ucap ibu Renz.
"Tapi bu, aku masih bingung," ucap Shelo
"Kamu tidak perlu khawatir kamu ingin menikah dengan putraku kan, kamu tidak perlu melenyapkan Erin, aku akan membantumu asalkan kamu jangan pernah lagi berbuat seperti tadi, itu akan merugikanmu. Biarkan saja wanita itu tetap sepweti ini, maafkan sikapku kemarin. Aku hanya terkejut melihatmu tadi pagi,"ucap ibu Renz.
Shelo memeluk ibu Renz.
"Aku punya pendukung, syukurlah aku tidak perlu melenyapkan Erin biar itu jadi urusan Reymond," batin Shelo.
Erin hanya bisa menangis mendengar pembicaraan Shelo dengan mertuanya, sebegitu bencinya kah mertuanya sampai-sampai mau menikahkan Renz dengan Shelo.
Di rumah Reymond.
Reymond gelisah, setiap malam ia mencoba tidur dengan tenang tapi tidak bisa, wajah Syafiqah selalu hadir selama beberapa tahun ini, Reymond mengambil kotak kecil di laci lemarinya.
"Syafiqah, hanya tinggal seminggu lagi kita akan menikah, tapi kamu justru pergi lebih dulu. Aku tidak bisa melupakan hari itu, hari di mana Erin menjatuhkanmu dari gedung sekolah " gumam Reymond.
(flashback)
Hari itu Reymond mencari perhiasan untuk melamar Syafiqah, moment yang penting karna Reymond akan melamar Syafiqah di sekolah, Reymond mendapat sebuah cincin yang begitu cantik, saat itu Syafiqah sedang mengajar bahasa inggris, murid-murid pada ribut di halaman sekolah, Syafiqah pun keluar dan melihat Reymond sedang bersimpuh menghadap pintu kelas Syafiqah.
"Pak Reymond!" kejut Syafiqah.
"Syafiqah, mungkin ini terlihat aneh dan memalukan, tapi ini lah yang selama ini ku inginkan, Syafiqah kita sudah saling mengenal dan sudah dekat untuk waktu yang lama aku ingin melamarmu hari ini, maukah kamu menikah denganku," Pinta Reymond.
Syafiqah terharu, tanpa banyak kata ia pun mengangguk mengiakan keinginan Reymond untuk melamarnya, tapi dari pojok koridor seorang murid meneteskan air matanya.
"Kenpa pak Rey melamar bu Syafiqah, kenapa." tangis gadis itu.
"Erin semua gadis di sekolah ini merasakan hal yang sama, jadi ikhlaskan saja," pinta laila yang juga sedang patah hati.
"Tapi aku tidak bisa, aku menyukai pak Rey, kamu tau kan pak Rey pun dekat denganku, tapi kenpa ia justru melamar bu Syafiqah." Tangis Erin.
beberapa hari kemudian Rey dan Syafiqah sudah menentukan tanggal, mereka membagi undangan ke guru-gutu yang lain, mereka sangat bahagia, Erin sakit hati lantas naik ke lantai atas seperti biasa ia meluapkan sakit hatinya dengan berteriak dan setelah itu lega, saat jam pelajaran di kelas Erin, Syafiqah tidak melihat Erin di kursinya.
"Apa ada yang melihat Erin?" Tanya syafiqah.
"Tidak bu." Ucap murid.
beberapa murid berlarian di halaman sekolah, mereka menunjuk ke atas gedung berlantai 3 itu, Syafiqah keluar begitupun guru lain sedang waktu itu Reymond ada sesuatu yang di urus untuk pernikahan.
"Siapa itu?" Tanya Syafiqah.
"Erin bu, dia frustasi." Ucap Laila.
"Frustasi kenapa?" tanya Syafiqah.
"Karena pak Rey akan menikah dengan ibu, sebenarnya banyak yang patah hati bu, kami mengidolakan pak Rey begtupun Erin, tapi sepertinya Erin tidak bisa terima," ucap Laila.
Syafiqah yang mendengar itu pun langsung naik menyusul Erin ke atas, di atas Syafiqah meminta Erin tenang dan tidak mengambil keputusan yang salah, Erin lantas bingung dengan apa yang di katakan Syafiqah.
"Erin kita turun ya, tidak baik disini kamu bisa celaka, ayo turun. Ibu tau kamu sakit hati pada ibu tapi bukan begini caranya,"ucap Syafiqah.
"Ibu bicara apa sih, aku bingung." Kata Erin.
"Kamu sakit hati karna ibu dan pak Rey akan menikah, apa benar begtu. Maaf jika harus terjadi seperti ini." Ucap Syafiqah.
"Siapa yang bilang bu, aku sudah ikhlas kok lagi pula aku hanya mengidolakan pak Rey, aku sadar aku hanya murid yang mngidolakan gurunya." Kata Erin.
"Lalu untuk apa kamu disini, kamu bukan mau bunuh dori kan," tanya Syafiqah.
"Bunuh diri, untuk apa bu aku hanya pusing dengan keluargaku, dan disini lah aku bisa berteriak untuk melegakan hatiku." Kata Erin.
"Ya sudah kalau begitu ayo kita turun," pinta Syafiqah.
Erin tersenyum dan mengangguk, di bawah semua sudah cemas sampai-sampai kepsek menelphon Rrymond. Reymond segera datang ke sekolah, saat Erin ingin mlangkah kakinya terpeleset karna ada air tergenang yang membuat licin, Syafiqah yang ingin menolong Erin justru tersandung dan hampir terjatuh, Syafiqah masih menggantung dengan kedua tangannya, Erin mencoba memegang tangan Syafiqah. Erin meminta tolong beberapa guru naik untuk menolong Syafiqah, tapi Syafiqah sudah tidak kuat berpegangan sementara Reymond terkejut saat datang melihat Syafiqah tergantung memegang tangan Erin.
"Bu, Erin tidak kuat bu," ucap Erin terus memegangi tangan bu Syafiqah.
"Lepaskan tangan ibu Erin, kita bisa jatuh bersama," ucap Syafiqah
"Tidak bu, aku tidak mau melepasnya, bertahan bu." Pinta Erin menangis.
"Lepaskan Erin." ucap Syafiqah.
Erin menggeleng tidak mau. Salah satu guru berlari mendekati Erin dan syafiqah tapi genggaman Erin tak bisa di tahan, genggaman mereka terlepas satu dengan yang lain..
"Ibuuuuuu ..." teriak Erin.
Semua yang menjaga di bawah tidak bisa menangkap Syafiqah yang sangat cepat jatuhnya, Syafiqah jatuh tepat di depan Reymond.
"Syafiqaaaaaahhh," histeris Reymond
Reymond melihat ke atas gedung di sana Erin menangis sambil di peluk guru yang mau menolong mereka, mata Rey memerah.
"Aku tidak terima semua ini." Marah Reymond.
(Flasback off)
Air mata Reymond tak terbendung, tanpa sadar ia memegang kotak cincin sangat keras, kotak itu pecah di tangan Reymond, cincin Syafiqah terjatuh bersama aliran darah dari tangan Reymond.
"Semua ini kesalahanmu Erin, kamu sudah membunuh calon istriku," marah Reymond.
****
Ke esokan harinya
orang tua Renz mengumpulkan semua anggota keluarga.
"Apa yang mau kamu katakan?" Tanya nenek.
"Bu, aku ingin Renz menikah kembali, karna Erin tidak bisa apa-apa kan hanya terbaring koma dan entah sampai kapan, jadi aku memutuskan Renz akan menikah lagi dan kali ini aku yang memilihkannya, toh dia bisa mengurus wanita koma itu"sini ibu Renz.
"Apa yang ibu katakan, tidak aku tidak mau menikah lgi sampai kapanpun, aku akan menunggu Erin sadar sampai kapanpun, lagi pula untuk apa kamu mengatur hidupku." Kesal Renz.
"Lalu sampai kapan, dokter saja tidak bisa memprediksi kapan wanita itu akan bngun, mungkin dia tidak akan bangun lagi untuk selamanya," sinis ibu Renz.
"Cukup bu,"kesal Renz membentak ibunya.
"Renz kali ini nenek sependapat dengan ibumu, apa yang ibumu katakan ada benarnya, sepertinya kecil kemungkinan Erin sadar, usiamu sudah tidak muda lagi. Kamu harus menikah lagi Renz." ucap nenek
Renz terdiam sementara Erin hanya bisa menangis, ia tidak bisa mengatakan jika dia masih ada dan ia juga tidak bisa menyentuh apapun kembali, Erin hanya pasrah semoga gadis yang di jodohkan dengan Renz bukan Shelo karena ibu Renz terlihat sangat menyukai Shelo.
"Nana! Siapa wanita yang mau kau nikahkan dengan Renz?" Tanya nenek.
"Shelo." Ucap ibu Renz.
Bagai petir menyambar Erin terasa lemah karna mrndengar nama Shelo lah yang di sebut mertuanya, sedang Shelo tersenyum bahagia mendengarnya.
#Bersambung...
. semangat Up, ya