NovelToon NovelToon
MUTIARA SETELAH LUKA

MUTIARA SETELAH LUKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikah Karena Anak / Keluarga / CEO / Penyesalan Suami / Ibu Pengganti
Popularitas:528
Nilai: 5
Nama Author: zanita nuraini

“Mutiara Setelah Luka”

Kenzo hidup dalam penyesalan paling gelap setelah kehilangan Amara—istrinya yang selama ini ia abaikan. Amara menghembuskan napas terakhir usai melahirkan putra mereka, Zavian, menyisakan luka yang menghantam kehidupan Kenzo tanpa ampun. Dalam ketidakstabilan emosi, Kenzo mengalami kecelakaan yang membuatnya lumpuh dan kehilangan harapan untuk hidup.

Hidupnya berubah ketika Mutiara datang sebagai pengasuh Zavian anak nya. Gadis sederhana itu hadir membawa ketulusan dan cahaya yang perlahan meruntuhkan tembok dingin Kenzo. Dengan kesabaran, perhatian, dan kata-kata hangatnya, Mutiara menjadi satu-satunya alasan Kenzo mencoba bangkit dari lembah penyesalan.

Namun, mampukah hati yang dipenuhi luka dan rasa bersalah sedalam itu kembali percaya pada kehidupan?
Dan sanggupkah Mutiara menjadi cahaya baru yang menyembuhkan Kenzo—atau justru ikut tenggelam dalam luka masa lalunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zanita nuraini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 27. MAMA TIARA

Kemajuan kenzo dalam beberapa bulan terakhir benar-benar membuat semua orang di rumah merasa lebih tenang. Meski prosesnya bertahap dan tidak cepat, tapi hasilnya mulai terlihat jelas.

Terapi intensif yang dijalaninya dua kali seminggu membuat tubuhnya semakin kuat, dan sekarang dia sudah bisa berdiri tanpa bantuan. Untuk berjalan jauh masih perlu pegangan, namun beberapa langkah pendek sudah bisa dia lakukan sendiri.

Setiap kali sesi terapi berlangsung di rumah, rio dan bagas biasanya ikut mengawasi. Dokter yang menangani kenzo juga selalu memuji semangatnya.

Kenzo tidak lagi diam seperti patung tanpa ekspresi, sekarang dia mau bertanya, mau mendengar arahan, dan mau melakukan semua gerakan meski kadang wajahnya terlihat tegang menahan sakit.

Sore itu, terapi baru saja selesai dan kenzo sedang duduk di kursi ruang keluarga sambil mengatur napasnya. Bagas membereskan peralatan terapi, rio sedang memeriksa jadwal kerja kenzo besok, sedangkan tiara mengawasi zavian yang sedang bermain mobil-mobilan di lantai.

Saat kenzo berdiri perlahan, zavian yang sejak tadi memperhatikan langsung berhenti bermain. Mata kecilnya membesar dan dia bangkit sambil berpegangan pada sofa. Zavian kemudian memanggil dengan suara lantang.

“papa..! papa..!”

Kenzo refleks menoleh. Meski sudah sering dipanggil begitu, tetapi mendengar zavian memanggilnya sambil tersenyum lebar memberi rasa hangat yang berbeda baginya.

Dia merentangkan kedua tangannya sedikit untuk menunjukkan bahwa dia kuat berdiri.

Zavian tertawa kecil lalu berjalan cepat menghampiri papanya. Tiara terkejut karena biasanya zavian hanya berani jalan pelan-pelan. Begitu sampai di depan kenzo, zavian langsung memeluk kaki papanya.

“papa nana.. papa adek datang..”

Kenzo mengusap kepala anaknya pelan. “iya, sini sama papa.”

Tiara berdiri sambil tersenyum melihat kedekatan yang perlahan terbangun kembali. Dulu, sebelum kenzo tenggelam dalam kesedihan mendalam, dia selalu memeluk dan mengajak zavian bermain meski anak itu masih kecil dan banyak tidak mengerti. Melihat momen itu terjadi lagi, tiara merasa ada harapan baru untuk keluarga ini.

Zavian lalu mengoceh dengan bahasa bayi, lalu tiba-tiba dia menatap tiara dan memanggil, “mama.. mama liat.. papa..”

Tiara sontak diam. Ucapan itu bukan yang pertama, tapi sebelumnya hanya lirih. Sekarang terdengar jelas dan lantang. Kenzo pun terkejut, dia menatap wajah tiara, lalu menatap zavian lagi.

Rio yang sedang berdiri di belakang kursi tak sengaja mendengar. Bukan hanya rio, nyonya saras yang tadi baru turun dari lantai atas juga mendengar dengan jelas. Nyonya saras berhenti di tengah tangga dan menutup mulutnya pelan, terkejut sekaligus haru.

Zavian menunjuk tiara dengan semangat. “mama liat papa berdiri..”

Tiara mendekat. “zavi, panggil ibu ya sayang. ibu.”

Tapi zavian menggeleng keras. “mamaaa..”

Nyonya saras turun perlahan mendekati mereka. “tiara, kenzo… aku baru dengar.” Suaranya bergetar ringan tapi penuh harap.

Kenzo menghela napas dan duduk pelan. Dia mengangkat zavian ke pangkuannya, tapi anak itu malah berpindah ke pangkuan tiara dan memeluk lehernya.

Nyonya saras tersenyum kecil. “anakku… mungkin ini sudah saatnya. zavian sudah melihat tiara sebagai sosok ibu. kenapa tidak kau pertimbangkan untuk membuka hati? setidaknya untuk anakmu.”

Tiara menunduk malu. “maaf bu… zavi memang sering begitu, mungkin karena saya yang paling sering dekat..”

“bukan hanya karena itu, ara.” nyonya saras meraih tangan tiara. “zavi merasa nyaman denganmu. itu sesuatu yang besar.”

Kenzo tidak langsung menanggapi. Dia menatap tiara lama. Dulu dia pernah menghindar, menolak, bahkan berkata hal-hal yang menyakitkan.

Sekarang, setelah dia kembali berusaha bangkit, dia mulai bisa melihat semua lebih jelas. Tiara bukan hanya pengasuh anaknya, tapi perempuan yang selama dua tahun menemani masa-masa terburuknya.

Namun dia belum menjawab apapun saat itu. Hanya menghela napas panjang dan berkata, “kita bicarakan nanti. sekarang zavi mandi dulu.”

Nyonya saras mengangguk. Dia mengerti bahwa kenzo butuh waktu.

---

Di kantor, suasana juga berubah sejak kenzo mulai aktif lagi. Meskipun dia hanya datang dua atau tiga kali dalam seminggu, itu sudah membuat para karyawan merasa lega. Banyak yang sebelumnya khawatir perusahaan akan goyah karena ditinggal terlalu lama oleh pemilik utamanya.

Rio sering menemani kenzo ke kantor. Bagas ikut juga jika jadwal terapi tidak bertabrakan. Begitu kenzo muncul di lobby kantor pertama kali setelah sekian lama, banyak karyawan yang saling pandang lalu tersenyum lega.

Beberapa bahkan berbisik antusias, “akhirnya direktur balik lagi,” “semoga keadaan membaik,” “dia kelihatan lebih sehat ya.”

Di ruang rapat, kenzo kembali memimpin diskusi dengan suara tegas. Meski belum selincah dulu, tapi arahan dan pemikiran strategisnya masih sangat berpengaruh.

“rio, presentasikan progres minggu lalu,” ucap kenzo.

Rio berdiri dan menjelaskan. Kenzo mendengarkan dengan fokus, sesekali bertanya. Para manager yang hadir ikut terkejut melihat perubahan besar ini.

Setelah rapat selesai, para karyawan saling memberi salam hormat kepada kenzo dengan wajah cerah. Tidak ada satu pun yang tidak merasa bahagia.

Rio sempat mendekat dan berkomentar pelan, “tuan, senang melihat anda kembali memimpin seperti dulu.”

Kenzo hanya mengangguk. “terima kasih. tanpa kalian saya tidak bisa sampai sejauh ini.”

---

Sore itu, setelah pulang dari kantor, kenzo duduk di teras belakang sambil melihat tiara dan zavian bermain bola kecil. Zavian tertawa setiap kali bola itu menggelinding ke arahnya.

Tiara mengajarinya menendang, tapi hasilnya hanya dorongan kaki kecil yang membuat bola melambung perlahan.

Kenzo memperhatikan dengan wajah tenang. Ada bagian dari dirinya yang masih merasa bersalah pada tiara.

Semua perlakuan buruknya dulu, semua kata kasar, semua ketidakadilan yang diterima perempuan itu tanpa membalas sedikit pun.

Setelah zavian berlari mengejar bola ke arah taman, kenzo memanggil pelan, “tiara, sini sebentar.”

Tiara menghampiri dengan hati-hati. “iya pak kenzo?”

Kenzo menggeleng. “panggil aku kenzo seperti biasa.”

Tiara menunduk. “iya.. kenzo.”

Ada jeda. Kenzo menatap matanya langsung.

“terima kasih,” katanya pelan tapi tegas. “untuk semuanya. untuk tidak menyerah selama ini. untuk merawat zavi. untuk bertahan menghadapi aku waktu aku… bukan diriku yang sebenarnya.”

Tiara terdiam. Dia tidak menyangka kenzo akan mengucapkan itu secara terbuka.

“saya hanya melakukan apa yang bisa saya lakukan,” jawabnya jujur. “zavi butuh keluarga. saya hanya ingin membantu.”

“tetap saja,” kenzo melanjutkan, “kalau bukan kau, mungkin aku tidak akan bisa bangkit.”

Tiara tersenyum tipis tanpa berkata apa-apa.

Zavian kemudian berlari kembali dan memanggil, “mamaaa… papa.. bola..”

Kenzo dan tiara menoleh bersamaan. Tiara menghela napas kecil, sedangkan kenzo menatap anaknya lama. Kenzo lalu berkata pelan kepada tiara, “dan tentang panggilan itu… kita bicarakan nanti ya.”

Tiara hanya mengangguk.

Hari itu menjadi salah satu titik besar dalam perubahan hubungan mereka. Perubahan yang tidak dipaksakan, tapi tumbuh perlahan.

Sejak hari itu, semuanya berjalan lebih baik. Kenzo semakin disiplin terapi, semakin aktif di kantor, dan semakin sering berinteraksi dengan putranya.

Zavian pun makin lengket pada papanya dan tiara, membentuk ikatan keluarga kecil yang tidak mereka sadari mulai tumbuh.

Dari kejauhan, nyonya saras memandang mereka bertiga sambil berdoa agar apa yang dia harapkan selama ini bisa benar-benar terjadi.

Haii readers selamat malam

Tinggalkan jejak kalian like komen subscribe vote dan juga hadiah nya ya...

Terima kasih...

Selamat membaca...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!