NovelToon NovelToon
Dibalik Istana Naga

Dibalik Istana Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Romansa / Fantasi Wanita / Harem / Balas Dendam / Enemy to Lovers
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Black _Pen2024

Untuk membalaskan dendam keluarganya, Swan Xin menanggalkan pedangnya dan mengenakan jubah sutra. Menjadi selir di Istana Naga yang mematikan, misinya jelas: hancurkan mereka yang telah membantai klannya. Namun, di antara tiga pangeran yang berebut takhta, Pangeran Bungsu yang dingin, San Long, terus menghalangi jalannya. Ketika konspirasi kuno meledak menjadi kudeta berdarah, Swan Xin, putri Jendral Xin, yang tewas karena fitnah keji, harus memilih antara amarah masa lalu atau masa depan kekaisaran. Ia menyadari musuh terbesarnya mungkin adalah satu-satunya sekutu yang bisa menyelamatkan mereka semua.
Langkah mana yang akan Swan Xin pilih?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27 Pertolongan tak terduga.

Di sel besi dingin itu, dia terjaga oleh bunyi besi bergeser yang pelan. Suara penjaga rahasia itu, dia telah pergi. Sekarang giliran mereka yang datang. Musuh sejatinya. Raja Zhao dan Selir Agung. Swan terisak di sel, air matanya tak terbendung lagi. Sekarang mereka akan membuat dia bersaksi untuk melawan San Long.

Tepat saat ia ingin menyerah pada rasa kantuk, ia merasakan tanah di bawahnya bergetar sedikit. Getaran kecil, seperti gerakan tanah. Kemudian, bunyi gemuruh halus yang terdengar seperti tanah yang sedang dibongkar di suatu tempat jauh di bawah tanah itu.

Getaran itu semakin kuat. Bau anyir dan amis memenuhi udara. Guncangan kuat membuat lantai sel bergetar. Lampu lentera San Long uang yadi ditinggalkan terjatuh. Dia bisa mendengar pintu gerbang luar pecah. Bunyi gemuruh datang semakin kuat. Bunyi itu diikuti oleh suara teriakan perang, bukan dari luar, melainkan dari dalam kastil. Prajurit Bayangan yang datang.

Gubraakkk... Tembok pun runtuh.

Bunyi gemuruh itu datang dari perut bumi. Bukan ledakan tunggal yang memekakkan telinga, melainkan geraman panjang yang membuat dinding batu sel yang lembap bergetar hebat. Debu dan serpihan kecil plester berjatuhan dari langit-langit yang gelap, menimpa wajah Swan Xin yang masih basah oleh air mata kering. Ia tersentak bangun dari posisinya yang merosot di atas jerami busuk, jantungnya yang tadinya berdenyut lelah kini berdebar kencang karena adrenalin baru.

“Suara apa itu?” bisiknya pada kegelapan.

Gemuruh itu diikuti oleh serangkaian bunyi benturan yang tumpul dan jauh.

'Gedebuk… Gedebuk… BRAKKK'

Lalu teriakan. Bukan teriakan kesakitan, melainkan teriakan perang yang teredam oleh lapisan batu dan tanah di atasnya.

Keringat dingin membasahi pelipisnya. Prajurit Bayangan. Ia langsung tahu. Tapi bagaimana caranya mereka tahu lokasinya? Goresan di dinding. Tulisan tak terlihat. San Long.

Ia meraba-raba lantai yang kotor dan dingin, jemarinya yang panik mencari di antara jerami yang menusuk-nusuk. Di mana benda itu? Benda kecil yang berkilauan sesaat tadi.

“Kau masih hidup?”

Sebuah suara serak terdengar dari sisi lain jeruji besi, nyaris ditelan oleh suara dentuman lain yang lebih dekat. Swan mendongak. Sosok penjaga bertopeng itu kembali. Sendirian.

“Kenapa kau di sini?” desis Swan, merayap mundur. “Zheng Long mengirimmu untuk menghabisiku?”

“Zheng Long sedang sibuk lari terbirit-birit mencari perlindungan,” balas penjaga itu. San Long. “Ambil kawatnya, cepet! Aku tidak punya banyak waktu!”

Mata Swan akhirnya menemukan kilatan tipis di dekat kunci gembok. Kawat baja itu tergeletak di sana, nyaris tak terlihat. “Bagaimana aku bisa membukanya? Ini gembok tua.”

“Kau putri Jenderal Xin,” sahut San Long tak sabar. “Kau pasti bisa melakukannya. Aku yang mengalihkan perhatian para penjaga di koridor utama. Kau punya waktu kurang dari dua menit.”

“Dua menit?”

“Satu menit lima puluh detik sekarang,” koreksinya. Tanpa menunggu jawaban, ia menghilang kembali ke dalam kegelapan lorong.

Sialan. Swan meraih kawat itu, ujungnya terasa tajam di jemarinya yang gemetar. Ia merangkak ke arah pintu sel, memasukkan ujung kawat ke dalam lubang kunci yang berkarat. Getaran dari pertempuran di atas membuat tangannya sulit untuk fokus. Ia memejamkan mata, mengabaikan suara-suara teriakan dan benturan logam, mencoba mengingat kembali pelajaran Guru Wen tentang mekanisme kunci.

“Rasakan pin-nya, Swan Xin,” seolah suara gurunya berbisik di telinganya. “Setiap gembok punya cerita. Dengarkan.”

*Klik.* Pin pertama.

“Bagus.” Ia bergumam pada dirinya sendiri. Tangannya berhenti gemetar, digantikan oleh konsentrasi yang dingin dan mematikan. Dinding kembali bergetar hebat, kali ini sebuah bongkahan batu jatuh dari langit-langit di ujung sel, nyaris mengenainya. Ia tidak bergeming.

*Klik.* Pin kedua.

Hanya satu lagi. Ia bisa mendengar suara derap langkah kaki berlapis baja di lorong di luar, menjauh. San Long berhasil.

*Klik.*

Dengan bunyi *krak* yang memuaskan, gembok itu terbuka. Swan mendorong pintu besi yang berat itu hingga terbuka dan melesat keluar. Lorong bawah tanah itu remang-remang dan kosong. Beberapa obor tergeletak di lantai, apinya nyaris padam.

“Sini!” San Long muncul dari balik sebuah pilar, kini topeng kain kasanya telah ia lepas, wajahnya tegang dan kotor oleh jelaga. “Kita lewat jalur pembuangan. Pertempuran di atas hanya pengalih perhatian.”

“Siapa yang kau panggil?” tanya Swan sambil berlari mengikutinya. “Seluruh Pasukan Bayangan?”

“Hanya satu unit elite,” jawab San Long tanpa menoleh. “Komandan Lei berutang padaku.”

Mereka tiba di depan sebuah teralis besi tua di lantai yang menutupi sebuah lubang hitam berbau busuk. San Long membukanya dengan satu sentakan kuat. “Setelah kau.”

Saat Swan melompat turun ke dalam terowongan yang gelap dan basah itu, ia berhenti. “Buku itu… Zheng Long mendapatkannya.”

“Aku tahu.” San Long mendarat di sebelahnya, menimbulkan bunyi cipratan air kotor. “Itu tidak penting sekarang.”

“Tidak penting?” seru Swan tak percaya. “Itu bukti utama!”

“Bukti tidak ada gunanya kalau kita mati.” San Long mencengkeram lengannya, menariknya untuk terus bergerak. “Fokus pada apa yang ada di depanmu. Bertahan hidup. Itu perintah.”

Pertempuran itu berakhir secepat ia dimulai. Unit Prajurit Bayangan menghilang kembali ke dalam malam, meninggalkan Istana Naga dalam keadaan kacau balau, terbakar di beberapa bagian, dan dipenuhi oleh teriakan para kasim yang panik. Itu adalah serangan bedah yang presisi, dirancang hanya untuk satu tujuan: menciptakan kekacauan yang cukup besar untuk menutupi pelarian satu orang.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Keesokan paginya, istana terasa seperti medan perang setelah gencatan senjata yang rapuh. Para penjaga berlarian ke sana kemari, para menteri berkumpul dalam kelompok-kelompok kecil sambil berbisik cemas. Swan, yang telah berhasil kembali ke paviliunnya yang pintunya sudah diperbaiki seadanya, menatap pemandangan itu dari jendelanya. San Long telah meninggalkannya di gerbang belakang taman sebelum fajar, dengan satu pesan singkat: “Tetap di dalam. Jangan terlihat.”

Tapi ia tidak bisa. Duduk diam terasa seperti menyerah.

“Nona, Anda mau ke mana?” tanya Bi Lan cemas saat Swan mengenakan jubah luar berwarna biru tua.

“Cari udara segar,” jawab Swan singkat.

“Tapi Pangeran San Long bilang…”

“Aku tahu apa yang dia bilang.” Swan menatap Bi Lan. “Tapi kalo aku bersembunyi sekarang, mereka menang.”

Ia melangkah keluar. Koridor-koridor yang biasanya rapi kini dipenuhi serpihan genting dan guci-guci yang pecah. Aura ketakutan begitu kental hingga nyaris bisa dirasakan. Saat ia berbelok di sebuah sudut menuju taman dalam, ia menabrak rombongan yang berjalan tergesa-gesa dari arah berlawanan.

“Minggir!” bentak sebuah suara yang angkuh dan familier.

Pangeran Sulung, Jiang Long, berdiri di sana, dikelilingi oleh beberapa pengawal pribadinya. Wajahnya merah padam karena amarah dan kurang tidur. Jubah sutranya yang mahal tampak sedikit kusut.

“Maafkan hamba, Yang Mulia,” kata Swan, menundukkan kepalanya.

Jiang Long menatapnya, matanya menyipit saat ia mengenali Swan. “Kau,” desisnya. “Selir pengacau. Sejak kau datang, istana ini tidak pernah tenang.”

“Aku tidak mengerti maksud Anda, Yang Mulia,” jawab Swan, suaranya tetap datar.

“Jangan berpura-pura bodoh!” bentak Jiang Long, suaranya menarik perhatian beberapa pejabat yang kebetulan lewat. “Istana diserang! Pertahanan kita ditembus seperti kertas! Dan kau malah santai berjalan-jalan di taman?”

“Aku hanya…”

“Semua ini terjadi karena kepemimpinan yang lemah!” potongnya, melampiaskan seluruh frustrasinya pada Swan. “Kalau saja para jenderal tua yang kompeten masih memegang komando, hal memalukan seperti ini tidak akan pernah terjadi!” Ia menatap Swan dengan tatapan menghina. “Ayahmu itu… Jenderal Xin… katanya dia pahlawan. Omong kosong! Dia pasti sama lemahnya! Mati karena fitnah murahan! Seorang jenderal sejati akan mati di medan perang, bukan di lantai rumahnya sendiri seperti anjing!”

Hening. Kata-kata itu menghantam Swan seperti tamparan fisik. Darah serasa mendidih di pembuluh darahnya, mengubah hawa dingin di dalam dirinya menjadi lahar panas. Tangan yang tersembunyi di balik lengan bajunya mengepal begitu erat hingga ia bisa merasakan kuku-kukunya menancap di kulit.

Ia mengangkat kepalanya perlahan. Tidak ada air mata. Tidak ada kemarahan yang meledak-ledak. Wajahnya tenang, bahkan ada senyum tipis yang mengerikan tersungging di bibirnya.

“Anda terlihat panik, Yang Mulia,” katanya, suaranya lembut namun mematikan.

“A-apa katamu?” gagap Jiang Long, terkejut oleh reaksi yang tak terduga itu.

“Panik,” ulang Swan. “Dan takut. Anda menyalahkan orang yang sudah mati karena Anda terlalu takut untuk menyalahkan diri sendiri.”

“Kurang ajar!” raung Jiang Long. “Jaga mulutmu!”

“Kenapa?” tantang Swan, melangkah lebih dekat. “Apa kebenaran menyakitkan? Anda Pangeran Sulung. Pewaris pertama. Tapi saat istana diserang, di mana Anda? Aku dengar Anda bersembunyi di bawah meja perjamuan sampai semuanya selesai.”

Wajah Jiang Long kini berubah dari merah menjadi ungu. Para pejabat yang menonton mulai berbisik-bisik di antara mereka.

“Itu bohong!” pekiknya. “Aku… aku sedang menyusun strategi!”

“Strategi untuk lari?” cibir Swan. “Ayahku mungkin sudah tiada, Yang Mulia. Tapi setidaknya, selama beliau masih hidup, tidak ada satu pun penyusup yang berani melompati tembok Istana Naga. Beliau mungkin mati karena fitnah, tapi beliau mati sebagai seorang pelindung. Sedangkan Anda?” Ia memandang Jiang Long dari atas ke bawah dengan tatapan jijik. “Anda hidup… sebagai seorang pengecut.”

“Kau… kau akan membayar untuk ini!” geram Jiang Long. Tangannya terangkat, siap menampar Swan.

“Silakan,” bisik Swan, tidak bergeming. “Pukul aku. Tunjukkan pada semua orang di sini bahwa satu-satunya kekuatan yang dimiliki Pangeran Sulung adalah melawan seorang wanita tak bersenjata. Itu pasti akan sangat meningkatkan wibawa, Yang Mulia pangeran sulung.”

Tangan Jiang Long membeku di udara. Ia menatap ke sekeliling, melihat tatapan para pejabat yang penuh dengan keraguan dan sedikit rasa jijik. Ia terpojok. Dipermalukan. Ia menjatuhkan tangannya dengan kasar.

“Kau… kau lihat saja nanti,” desisnya, suaranya bergetar karena amarah yang tak tersalurkan. “Aku akan pastikan kau menyesali hari ini.” Ia berbalik dengan kasar, jubahnya menyapu lantai. “Pergi!” bentaknya pada para pengawalnya, lalu berjalan pergi dengan langkah cepat, meninggalkan kekalahan yang memalukan di belakangnya.

Swan tidak bergerak sampai sosok Jiang Long benar-benar lenyap dari pandangan. Amarah di dalam dirinya perlahan surut, digantikan oleh kepuasan yang dingin. Ia berhasil. Ia telah memancing serigala itu keluar dan membuatnya tampak seperti anjing pesek di depan umum. Kesalahannya telah terungkap. Dia panik, dan seorang kaisar tidak boleh panik.

Ia berbalik untuk kembali ke paviliunnya, tubuhnya terasa lelah karena ketegangan emosional. Saat ia melirik ke arah balkon di seberang taman, matanya menangkap sebuah gerakan. Sesosok tubuh berpakaian hitam berdiri di sana, tersembunyi sebagian di balik pilar berukir.

Itu San Long. Dia telah menyaksikan semuanya.

Dia tidak tersenyum. Dia tidak menunjukkan emosi apa pun. Tapi saat mata mereka bertemu dari kejauhan, Swan melihatnya. Sebuah anggukan kepala yang nyaris tak terlihat. Sebuah pengakuan. Sebuah persetujuan murni.

1
Yunita Widiastuti
tahta...oh ...tahta..
Yunita Widiastuti
🌹💪💪💪
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: gift. maaf typo
total 2 replies
Ita Xiaomi
Cara aman menghilangkan bukti.
Eskael Evol
luar biasa
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih kakak bintang limanya. jangan bosan baca karya karya author yang ongoing ya...🌹🥳🙏😄
total 1 replies
Eskael Evol
cerita nya sangat bagus
trmkash thor good job👍❤
Ulla Hullasoh
terlalu ingin tau xin jd membahayakan orang lain
Jeffie Firmansyah
awal cerita yg mantap 💪
Wiji Lestari
penasaran💪
Wiji Lestari
💪💪
Eskael Evol
keren trmksh thor👍❤
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: 🙏🙏🥳Terima kasih kakak. semua dukungan kakak sungguh berharga buat author. Terima kasih🙏
total 1 replies
Eskael Evol
keren cerita nya smg ttp seru hingga ahir👍
Eskael Evol
bisa nggak ya nama² pemeran pakai nama biasa aja biar gak ribet dan bingung, sayang cerita bagus tapi malas baca nya
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: maaf. akan saya perhatikan selanjutnya. Terima kasih untuk masukannya. 🙏🙏
total 1 replies
Ulla Hullasoh
karya yang bagus Thor.....🥰
Ulla Hullasoh
akhirnya selamat...sampe tarik nafas 👍
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih kak. udah mampir di cerita author. semoga suka. boleh klik napen author untuk pilih novel author yang lain. berbagai genre juga.
jangan lupa subscribe, like, komen, gift, vote dan klik bintang limanya. Terima kasih dukungan para pembaca setia sangat berharga buat author. lope lope sejagat... 🥳🌹😍🙏
total 1 replies
Ita Xiaomi
Demi kelangsungan hidup Kasim Li😁
Arix Zhufa
ku kira MC cewek nya kuat...ternyata
Arix Zhufa
cerita awal nya bagus tp setelah baca sampe bab ini alur nya bertele tele
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih masukannya. Akan saya perhatikan kembali. 🙏🌹
total 1 replies
Arix Zhufa
sampe di bab ini MC cewek nya keren
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: semangat bacanya ya kak. thx all.🌹🥳🙏
total 1 replies
Arix Zhufa
bab 2 aja udh keren
Arix Zhufa
mampir thor
Black_Pen2024 Makin Sukses 🎉✨: Terima kasih kakak. semoga suka ya. masih banyak kisah author yang lain. bisa klik aja napen author dan pilih kisah kisah author yang mana yang suka boleh dibaca. Jangan lupa subscribe, like, komen, gift, vote dan klik bintang limanya thx u. lope lope sejagat😍🥳🌹🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!