NovelToon NovelToon
Belenggu Terindah

Belenggu Terindah

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Cintamanis
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: wasabitjcc

Ilya Perry-Ivanova menikahi Nicholas Duncan hanya untuk satu tujuan: melarikan diri dari sangkar emas neneknya yang posesif.

Tapi Nicholas Duncan, sang pecinta kebebasan sejati, membenci setiap detik dari pernikahan itu.
Tujuannya Nick hanya satu: melepaskan diri dari belenggu pernikahannya, yang mana berarti Ilya. Istrinya yang paling indah dan jelita.

Ketika satu pihak berlari ke dalam ikatan itu, dan pihak lain mati-matian berlari keluar, mampukah mereka selamat dari perang rumah tangga yang mereka ciptakan sendiri?

×wasabitjcc

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wasabitjcc, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Kecurigaan

Sementara Ilya memandang Maui sebagai surga tropis, tempat mengagumkan yang diucapkannya dengan penuh pujaan, Nick malah menunjukkan ketidakpedulian yang dingin terhadap tempat itu.

Baginya, Maui adalah Maui. Maui hanya sebuah nama pulau di peta, sepotong daratan yang dikelilingi oleh air, persis seperti ribuan tempat lain di dunia.

Tidak ada keajaiban yang terasa di udara, tidak ada denyutan gairah yang berdetak di dada.

Tidak ada alasan bagi Nick untuk antusias pergi ke Maui. Tidak, terlebih ketika alasannya pergi ke pulau itu adalah untuk berbulan madu. Sungguh tidak masuk akal. Dirinya, seorang Nicholas Duncan, pergi berbulan madu. Bagaimana situasi itu dapat terjadi? Bagaimana bisa ia sampai ke titik ini?

"Nicky, besok kita akan pergi ke Maui, apa kamu antusias?" suara Ilya, dalam kegelapan kamar, menyapanya. Nick sudah tahu kalau perempuan itu belum tidur dari berapa banyak ia bergerak gelisah di bawah selimut.

"Kenapa aku harus antusias?"

"Karena kita akan ke Maui."

"Dan?"

Ilya sangat tidak memahami reaksi Nick, ia menelengkan kepala dan menatap pria itu. "Nick, kita akan ke Maui. Apa kamu pernah pergi ke sana?"

Kenapa Nick tidak antusias sepertinya, Ilya tidak mengerti.

"Kurasa."

"Apa maksudnya kamu rasa? Apa kamu pernah atau tidak?"

"Aku tidak ingat, Ilya. Aku pergi ke banyak pulau saat remaja." Nick jadi mengingat-ingat kehidupan remajanya yang hanya berisi pendakian dan pengarungan ke berbagai belahan benua, "Kurasa, aku mungkin pernah ke sana. Tapi sudah lama sekali."

"Pantas saja kamu tidak antusias, kamu sudah pernah ke sana."

Mungkin asumsi Ilya benar, tapi mungkin juga tidak. Nick hanya tidak melihat adanya kelebihan signifikan pada Maui yang mampu membuatnya antusias. 

Dan kembali lagi, keantusiasan—semburan energi emosional semacam itu tidak cocok untuk Nick yang selama ini mempunyai kendali besar terhadap emosinya. Seperti yang sudah Nick pikirkan, Maui hanya Maui, sebagai mana pantai adalah pantai, pohon palem adalah pohon palem.

Tempat itu hanya tempat yang menjanjikan pemandangan dan sedikit kehangatan. Sama seperti tempat-tempat lain.

Perasaan Nick adalah netralitas yang keras dan tidak mudah digoyahkan. ia akan pergi ke Maui karena itu adalah bagian dari rencana, bukan karena hatinya menginginkannya. 

Nick hanya akan berangkat ke sana, tanpa pujian, tanpa celaan, tanpa keantusiasan.

Jika tempat itu cantik, maka ia akan terkesan. Namun, jika tidak, ia tidak akan terlalu memikirkannya. 

"Nicky, apa menurutmu aku sudah memasukkan charger ke koper tadi?"

"Aku yakin kamu sudah melakukannya." Ilya sudah mempersiapkan segala bawaannya sejak tadi sore, mustahil masih ada yang terlewat.

"Bagaimana kalau aku lupa?"

"Maka kita bisa membeli charger baru di sana."

"Kameranya!"

Nick berbaring telentang, menghela napas panjang. Sepasang bola matanya terbuka, menatap kegelapan yang samar. Terima kasih pada Ilya, udara di kamar itu terasa sesak akibat kegelisahannya yang tak berkesudahan. 

Ilya, yang seharusnya sudah tenggelam dalam tidur yang damai, terus-menerus membalikkan badan, selimut tersingkap, dan kasur berderit pelan. Selalu ada saja yang ia cemaskan.

"Ilya," tegur Nick, mencoba bersabar, suaranya rendah dan sarat akan kejemuan. "Berhentilah bergerak dan memikirkan yang tidak perlu. Kita butuh istirahat untuk besok."

Ilya mendengus kecil, lalu langsung berbalik menghadap Nick. Dalam samar-samar cahaya bulan yang menyusup dari celah tirai, Nick bisa melihat kilatan cemas di mata Ilya.

"Bagaimana kalau aku melupakan sesuatu?"

"Maka kamu melupakannya." Tingkah Ilya tidak menunjukkan seseorang yang akan melupakan apa pun.

"Tidak bisa, Nick. Bagaimana kalau aku mengacau."

"Apa yang dapat bocah sepertimu lakukan, Ilya? Kekacauan macam apa yang bisa kamu timbulkan?"

"Aku bisa membuat kamu menikahiku, aku percaya aku bisa menciptakan apa pun."

Nick terkekeh atas kesadaran diri perempuan itu. "Benar juga, kamu bisa menciptakan bencana besar."

"Haha, lucu." Ilya kembali merebahkan punggungnya dan membiarkan matanya memandang langit-langit kamar.

"Apa yang kamu cemaskan?" tanya Nick.

"Kamera..."

"Bukan itu, Ilya. Apa sebenarnya yang kamu takutkan? Aku ada di sisimu. Apa pun yang kamu inginkan selalu kamu dapatkan, jadi aku tidak mengerti mengapa kamu takut melakukan kesalahan atau kekeliruan. Tidak akan ada yang memarahi kamu."

Nick mungkin ada benarnya. Ilya juga tidak mengerti kenapa ia begitu antusias dan cemas. Mengapa perjalanan pertamanya tanpa Ingrid menempel di bokongnya seperti bisul, memberikannya kecemasan. Apakah akan seperti ini dirinya nanti, ketika Ingrid meninggalkannya? Apakah dirinya sudah bergantung penuh pada Ingrid tanpa ia sadari?

"Ilya, semuanya akan baik-baik saja. Jadi beristirahatlah."

"Hmm, baiklah."

Tidak mau mengganggu Nick dengan obrolan tengah malamnya, Ilya pun memutuskan bungkam dan memaksakan diri memejamkan mata.

Namun, upaya Ilya untuk terlelap tak bertahan lama. Ia kembali memutar tubuhnya ke kiri dan kanan, mencari kenyamanan di tengah kegelisahan.

Kegelisahan Ilya yang meluap-luap membuat Nick tidak bisa memejamkan mata. Ia berujung terjaga.

Nick kembali diserang oleh kebingungan. Sikap Ilya yang menurutnya berlebihan, mulai terasa janggal dan tidak proporsional. 

Nick bergeser sedikit, menyangga kepalanya dengan tangan, lalu menatap perempuan di sampingnya dengan rasa ingin tahu yang menusuk. "Ilya, buka matamu dan dengarkan aku. Aku tahu kamu belum tidur, kamu sangat mencemaskan hari esok, kamu antusias, tapi sekarang sudah jam dua pagi." ujar Nick, nadanya bukan pujian melainkan sebuah kritikan. 

"Keantusiasanmu ini sudah di luar batas. Kamu bertingkah seperti tidak pernah berlibur sebelumnya. Apa kamu tidak pernah berlibur sebelumnya?"

Pertanyaan Nick terasa seperti menjatuhkan sebongkah es ke dalam kegembiraan Ilya. Antusiasmenya langsung mengerucut, dan bahunya menegang.

Padahal Nick hanya bertanya retoris. Tidak mungkin seorang Ivanov tidak pernah berlibur.

Ilya bergumam, suaranya tiba-tiba menjadi kikuk dan tidak yakin. "Ya, tentu saja. Tentu saja pernah. Di..., di Rusia. Aku sering ke Petersburg."

"Petersburg?" Hanya Petersburg?

"Lo-London. Aku sering ke kota, Nicholas. Aku jarang ke pantai, makanya aku antusias."

Nick merasakan adanya kejanggalan dalam jawaban Ilya. Entah bagaimana ia bisa mendeteksinya, rubah cilik itu berdusta. Dusta yang begitu kentara.

Mengikuti dusta Ilya, pertanyaan baru muncul di benak Nick saat itu juga. Jika firasatnya benar, bahwa Ilya berdusta, maka..., dapatkah ia mengartikan kalau Ilya tidak pernah bepergian sebelumnya?

Apa dia seperti Seryozha yang anti bersosialisasi dan lebih mencintai kamarnya sendiri?

Tapi tingkah Ilya dalam menyambut liburan ini terlalu antusias. Wanita yang tidak suka keluar, tidak akan menyukai ide berada di luar. Ilya bertingkah sebaliknya.

Merasakan kalau sepasang bola mata Nick sedang memindainya dalam kamar yang berpencahayaan temaram itu, Ilya dengan gugup mengalihkan pandangan, menghindari tatapan Nick.

Sebenarnya, kalau Ilya mau jujur, dia belum pernah berlibur. Ingrid selalu melarang keras gagasan tentang liburan padanya. Ingrid menanamkan keyakinan padanya bahwa liburan adalah aktivitas yang berbahaya. Bahwa dunia ini adalah sarang psikopat, dan Ilya bisa mati kalau dia keluar rumah.

Ilya tentu saja tidak percaya pada Ingrid, tapi apakah dia bisa membantah perempuan itu, maka jawabannya tidak.

...----------------...

Pada pagi harinya, mereka pun berangkat ke Maui sesuai rencana. Mereka terbang dengan jet pribadi milik keluarga Duncan. Perjalanan itu akan memakan waktu kurang lebih sepuluh jam.

Sementara pesawat itu melayang di udara, membawa mereka ke Maui, Nick duduk di kursi kulit mewah yang berseberangan dengan Ilya.

Kendati Nick bersikap santai dan cenderung abai pada perjalanan itu, Ilya dilingkupi kegembiraan besar. Ini pertama kalinya ia bepergian tanpa Ingrid, mustahil Ilya tidak antusias.

Ilya terus berbicara, menunjuk ke jendela, dan sesekali juga, ia akan tertawa dengan nada yang terlalu tinggi. Perempuan itu memancarkan energi yang murni dan tidak tercemar. Nick hampir iri.

Namun, seiring jarum jam berjalan, menunjukkan pertengahan perjalanan, Ilya mulai kewalahan. Antusiasme yang meluap itu perlahan terkuras, tergantikan oleh kantuk. Tak berselang lama dari itu, Ilya ambruk dan tertidur. Kepalanya jatuh ke samping, bersandar pada sandaran kursi—napas menjadi tenang dan teratur.

"Sudah kuduga," kata Nick pada dirinya sendiri.

Nick, yang sedari tadi hanya mengamati tingkah Ilya dengan jenuh dan jengah, kini beranjak dan menyelimuti tubuh perempuan itu dengan selimut yang terlipat rapi di bahu kursi.

Setelah menyelimuti Ilya, Nick mengambil kesempatan itu untuk mengamati Ilya tanpa gangguan. Mengamati wajah jelita istrinya yang ketika tertidur, terlihat amat tenang dan lembut.

Tanpa ekspresi ceria yang terasa berlebihan, sikap manja yang menyebalkan, atau kepolosannya yang melelahkan, sejujurnya Ilya sangat menawan.

Dia sangat cantik, tapi juga sangat membingungkan.

Nick mengerutkan dahi. Pada Ilya yang terlelap nyenyak, ia bertanya, "Apa sebenarnya yang kamu pikirkan?"

Nick sebenarnya penasaran, bagaimana mungkin ada seorang seperti Ilya, seorang yang mampu mempertahankan keceriaan yang konsisten, hampir tanpa cela, setiap hari?

Kegelisahan Ilya semalam juga mengganggu benaknya. Kebohongan canggung Ilya tentang liburan, dan keceriaan yang nyaris histeris pagi ini, semuanya terasa janggal dan menyimpan misteri.

...----------------...

1
carlos cupu
Jangan berhenti menulis, kami butuh cerita seru seperti ini 😍
Cute/Mm
Cerita yang mencairkan hati, romantis abis!
kozumei
Meresap dalam hati
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!