Putri Perawan Milik Daddy Season 2

Kembali kemasa kemarin

Mansion utama Murat Al Jaber

"Apa Aland memperlakukan dirimu dengan baik?"

Pertanyaan paman baik hati terdengar sedikit aneh di telinga nya, tapi Ailee fikir mungkin itu hanya pertanyaan spontan yang terlontar untuk orang yang saling mengenal.

"Hmm dia begitu baik pada ku"

Jawab Ailee pelan.

"Maafkan aku, maafkan Daddy karena terlambat mengenali dirimu"

Satu baris kalimat itu membuat tubuh Ailee membeku secara tiba-tiba.

"Apa?"

Ailee jelas tercekat, dia mengerutkan dahinya.

Saat Eden melepaskan pelukannya, Ailee jelas masih menelisik wajah paman baik hati itu.

"Aku tidak mengerti"

Ucap Ailee cepat masih mencoba untuk tersenyum.

"Dia Daddy mu"

Aishe tahu-tahu sudah berada di samping Ailee, untie nya itu bicara pelan sambil mengelus punggung Ailee dengan lembut.

Belle jelas ikut kaget, menoleh ke arah Bern dan Murat secara bergantian, dia cukup tidak paham dengan suasana saat ini. Murat hanya memberikan dia kode seakan berkata nanti akan kami jelaskan semuanya.

Leher Ailee seketika terasa tercekik, mata nya jelas membulat, Senyumannya seketika menghilang, Dengan perasaan bingung dia berusaha menjauhi Eden.

"Ailee?"

Eden berusaha mendekati dirinya, tapi secepat kilat Ailee mencoba menghindar.

"Sayang?"

Aland tampak bingung melihat perubahan ekspresi sang istri.

"No.. jangan mendekat, aku bilang jangan mendekat"

Ailee berteriak histeris.

Ingatan soal kehidupan nya, bagaimana Aland begitu membenci nya di masa kanak-kanak, cerita bik Sumi soal mommy nya, pernikahan mommy nya yang gagal dengan Aland, pengkhianat mommy nya, cerita untie Selena nya soal jebakan terhadap mommy nya seketika menghantam kepala Ailee.

Tiba-tiba kaki nya menjadi lemas, bola mata nya seketika terasa menggelap dan tubuhnya kehilangan penopang.

Brugggg

"Ailee"

Teriakan beberapa orang memenuhi seisi mansion saat itu.

********

Aishe merapikan selimut Ailee secara perlahan, Belle tampak duduk di dekat kepala Ailee, gadis itu pingsan saat mengetahui soal kenyataan, lebih tepat nya Ailee merasa cukup shok dengan keadaan.

"Aku Titip Ailee"

bisik Aishe pada Belle.

Belle mengangguk pelan.

Aishe secara perlahan keluar dari kamar nya lantas menutup pintu dengan gerakan lembut.

"Aku akan bicara dengan nya"

Aishe bicara cepat ke arah Eden, menatap iba pada wajah laki-laki itu. Jelas sekali gurat kekhawatiran menghantam laki-laki itu.

Yah Eden fikir mungkin Ailee pantas membenci dirinya, sejak awal dia memang bersalah pada valentine bahkan lebih bersalah lagi pada Ailee.

"Mungkin dia tidak menyukai ku, maksud ku mungkin benar aku orang tua yang begitu buruk"

Aishe mencoba tersenyum.

"Kau tahu adik ipar? tidak ada orang tua yang sempurna didunia ini"

Aishe bicara cepat ke arah Eden.

"Sejati nya Semua orang tua ingin yang terbaik untuk anak-anaknya tapi terkadang Meski sudah berusaha yang terbaik, sedihnya jadi orang tua adalah kita tidak bisa mencegah anak untuk tidak tersakiti dan membenci kita. Karena itu Kita harus selalu ingat kalau tidak ada orang tua yang sempurna di dunia ini. Sebagai manusia kita pasti pernah berbuat salah pada anak"

"Apalagi di masa lalu kalian yang jelas tertanam di memori Ailee bukan kenangan yang baik, dia hanya tahu kak Aland di khianati, dan kak Valentine meninggalkan dirinya dengan jutaan beban hingga dewasa"

Ucap aishe sambil mencoba menarik nafasnya pelan.

"Anak-anak seusia Ailee masih begitu labil, masih tidak paham mana yang benar dan mana yang salah, dia masih terlalu muda untuk langsung merespon secara bijaksana untuk suatu perihal yang dia anggap tidak masuk akal"

"Apalagi saat ini dia tengah berbadan dua, temperamental dan emosinya jelas naik turun secara tidak teratur"

Eden hanya bisa menelan salivanya.

"Semua butuh proses, secara perlahan setahap demi setahap untuk mengambil hatinya"

Aishe mencoba menggenggam erat bahu Eden.

"Aku akan bicara dengan nya, mungkin setidak nya kedepan bisa membuat dia merasa cukup hanya sekedar menyapa, tapi untuk menerima kamu sebagai Daddy nya atau menjadi dekat itu adalah proses yang harus kamu tempuh sendiri dengan perlahan namun pasti"

Eden hanya bisa mengangguk pelan, mencoba kembali mengintip disaat Aishe membalikkan tubuhnya dan membuka kembali pintu kamar itu secara perlahan.

Bisa Eden lihat gadis kecil itu tampak masih terlelap di dalam tidurnya.