"umurku 26 tahun, jika ingin melakukan seks knpa memang walau hanya main main, Tak semua seks itu dengan perasaan serius" sahut Jovanka ketus. Sean cukup tercekat mendengarnya, bahkan terdiam, hanya tangannya semakin erat mencengkram pinggang Jovanka tanda bahwa emosinya mulai terpancing. "Kau telat sekali ingin memulai di umur 26 tahun" ejek Sean, . "Tidak ada yang telat jika menyenangkan" ucap Jovanka seolah membalas ejekan sean. "Jadi kau senang melakukan nya dengan ku?" tanya Sean dengan wajah yang sangat menyebalkan Skak, jovanka tidak Bisa berkata-kata lagi, " Bukan begitu jugaa" sahut jovanka gugup mengalihkan pandangannya ke arah lain. **** "Astagaaaaaaa aku juga akan menjalani kontrak pernikahan" teriak Jovanka tak terima. "Jovanka, siapa tahu saat berjalannya waktu kalian bisa saling jatuh cinta" ucap Vivian ibunya dengan lembut. "Itu lebih tak mungkin lagi,! teriak jovanka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lian14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan Siang Bersama
Sean melangkahkan kakinya yang terbalut sepatu pantofel berwarna hitam mengkilap masuk ke dalam rumah kediaman keluarga wijaja dengan gayanya yang santai dan tengil, jika punya jadwal meeting di kediaman wijaja, Sean memang akan datang lebih pagi, bahkan sebelum jam sarapan keluarga wijaja di mulai, Karna biasanya setelah sarapan Morgan akan langsung masuk ke ruang kerjanya.
" Selamat pagi sekertaris sam" tegur Sean saat bertemu Sam di depan ruang tengah namun Sam hanya menatap malas pada sahabat sekaligus rekan kerja nya itu,
" pagi sekali aku harus bertemu bocil kematian ini " gumamnya.
" Heh umurku sudah 33 tahun, kau sebut bocil" sergahnya tidak terima
" kalau begitu om om kematian"sahut Sam kembali.
" Aku bahkan belum menikah, kenapa di panggil om, yang pantas di panggil om kan kau, kau sudah tua " ejeknya dengan kesal, Sam dan Sean memang tidak pernah akur saat bertemu, tapi selalu saling melindungi saat ada masalah.
"Tidak apa tua yang penting aku sudah menikah, dari pada kau perjaka tua" Sahut Sam tak kalah menyebalkan
" Kata siapa aku perjaka Tua, jika aku mau, aku sudah mempunyai empat istri sekarang " sahut Sean sombong.
Seperti biasa jovanka sudah siap untuk turun sarapan, Dia juga tidak tidur nyenyak tadi malam, Perdebatan Sean dan Sam terhenti ketika melihat jovanka melangkah turun tangga dengan riang. ,
"Dih pagi benget udah ngumpul dirumah orang, ga ada kerjaan kalian" tegur Jovanka melihat Sean dan Sam.
"Kamu fikir kita di sini pagi pagi mau apa kalo bukan kerja" sahut Sam merengut, Sean hanya tersenyum mendengar celoteh jovanka, hal yang paling jarang di lakukannya " tersenyum!"
"sudah sarapan om Sean?" Tanya Jovanka pada Sean dengan riang, namun. Senyum di wajah Sean seketika pudar mendengar jovanka menyebutnya om,
"Om haloo " panggil Jo mengibas tangannya di depan wajah Sean.
"Iya " sahut Sean singkat membuyarkan lamunannya.
"Aaah tua tua masih suka kesambet" ejek Jo,
Apa? Dia bilang aku tua gumam Sean yang membuat Sam mengulum senyumnya mendengar ucapan jovanka.
" Selamat pagi kakak ipaaar" sapa nya beralih pada Sam yang hanya melirik malas pada jovanka , senyumnya seketika hilang mendengar panggilan kakak ipar dari jovanka.
" Baik baik dikit yaaaaaa" teriak maira dari meja makan ,di sambut dengan tawa Jo yang menggema di seisi ruangan sambil berjalan menuju meja makan.
Langkahnya terhenti dan kembali berbalik pada Sean ," om Sean, Sudah di minum obatnya hari ini?" tanya nya manis.
"belum, nanti ku minum." sahut Sean tak enak, dia memang lupa meminum obatnya,
pun jovanka yang langsung cemberut memajukan bibirnya 10 cm.
" kenapa tidak di minum? Kan saya bilang obatnya di minum yang teratur!" protesnya.
" maaf nona saya lupa, saya akan minum nanti !" sahut Sean lagi.
" kok nanti? obatnya dimana? " tanya Jo mulai tegas.
" di mobil nona!" sahut Sean sedikit takut, entah kenapa dia merasa sedang melakukan kesalahan pada jovanka.
"ambil obatnya sana!" titah Jovanka pada Sean yang menurut langsung berdiri mengambil obatnya ke mobil. pun Sam yang memperhatikan nya dengan bingung, hal yang sangat tumben Sean mau di perintah orang lain selain Morgan batinnya.
Tak berapa lama, Sean kembali masuk ke kediaman wijaja dengan menenteng obat di tangannya.
" mana obatnya !" pinta Jo pada Sean yang kembali menurut menyerahkan obatnya pada Jo yang ikutan duduk di ruang keluarga itu.
Tangannya telaten merobek satu persatu obat Sean dan mengumpulkannya di piring kecil yang sedari tadi sudah di ambilkan oleh pelayan beserta air minumnya.
" kamu sudah sarapan nggak om? " tanya nya masih sibuk membuka bungkus obat.
" sudah nona, makan roti!" sahut Sean singkat kaku dan dingin namun di paksa untuk di lembut lembutkan
" roti tawar apa gandum?" tanya nya lagi.
" tawar dengan selai kacang!" sahut Sean menjelaskan tanpa di minta.
" lain kali minum obatnya sebelum makan, dan jangan makan roti tawar dulu, ganti sama gandum!" titahnya mengangkat kepalanya menatap Sean.
" minum obatnya" titahnya menggeser piring kecil berisi 3 biji obat dan segelas air putih, pun sean kembali menurut untuk meminum obatnya.
"Itu tas kamu?" Tanya Jo menunjuk pouch kecil di samping Sean
" benar nona !" sahut Sean sopan.
" saya boleh ijin buka nggak om?" tanya nya lagi.
" buka tas saya? Untuk apa?" tanya Sean bingung, namun Jovanka dengan cepat meraih tasnya. Membukanya dan meletakan beberapa obat di slot nya. " biar kamu ingat minum obat nanti!" ucap Jovanka kembali menutup tas nya dan mendorongnya kembali mendekat pada Sean.
Sudut bibir Sean tersenyum tipis menerima perlakuan wanita di hadapannya itu. , baru kali ini ada yang memperhatikan nya begitu detail.
jo bangkit berlalu melewati Samuel yang terlihat jelas bingung dengan sikapnya yang begitu perhatian pada Sean, padahal kemarin Sean yang membuat nya mengamuk histeris tak sekira.
" permisi kakak ipar" goda Jo lagi pada Samuel yang melirik nya malas,
" udah aku bilang baik baik dikit yaaaaa!" teriak maira lagi pada kakak perempuannya itu, di sambut gelak tawa Jo kembali
Vivian melotot tajam ke arah putri nya yang mendekat ke meja makan
" JOOO, kamu tertawa terlalu keras, " sergahnya lalu Giliran maira yang tertawa keras, Vivian kembali melotot ke arah maira
"Duluuuu ya waktu kakek nenek kalian ada , jangankan senyaring itu, tertawa bersuara aja mama gak pernah" ucap Vivian bangga
" Kasian banget" sahut Jo spontan
" Hehh," ucap Vivian kesal,
" Kasian banget kan dek? Ketawa aja gak bisa " ucap Jo mengejek mamanya.
"Kita mau di bikin gitu juga lagi "sahut maira tak kalah heboh usil pada mamanya.
"Heeeeh mama siram kalian berdua yaaa" ancam Vivian
"Ih jangan gitu ma, ntar jadi orang tua durhaka loh" sahut Jovanka.
"Bener bener yaaa anak ini" kesal Vivian menaikan suaranya.
"Loh loh maaa ga boleh ngomong kenceeeng" timpa maira ,"Mama tu harus anggun rapi lembut dan beradab" ucapnya menirukan kata kata Vivian setiap dua anak nya itu bicara kencang.
hingga terdengar langkah kaki Morgan mendekat d ikuti Hana " Ramai sekali, cuma bertiga tapi kayak pasar" sindir nya sinis.
" Sedang menatar dua adikmu yang tertawa kayak lagi sriosa 4 oktav tinggi nadanya " ucap Vivian kesal, Maira dan jovanka saling pandang dengan malas.
" Hmmm sampai terdengar ke rumah tetangga" ucap Morgan sarkas.
" Berlebihan " sahut Jo santai.
" Kalian tidak sadar, suara kalian seperti petir" jawab Morgan lagi namun Jovanka dan maira hanya memutar matanya malas.
Di ruang keluarga Sean tersenyum tipis melihat tingkah Jovanka di meja makan, "Jangan senyum senyum melihatnya" sergah Sam dingin yang menyadari tingkah Sean.
Senyum Sean seketika hilang berganti menatap Sam dengan wajah kesal. "Ganggu" tegasnya pada Sam.
"Akan ku congkel mata mu jika berani menatap nya lagi" ancam Sam.
"Apaaa Masalah mu jika aku memandanginya?"kesal Sean. .
"Masalah ku? , kau berbahaya !" jawabnya ketus pada Sean. .
"Bahaya aapaa?, aku ini laki laki paling baik di dunia " sahut Sean tak mau kalah pada Sam
"Halah menjijikan" ucap Sam kesal.
Morgan yang sudah ada di dekat mereka berdehem melerai perdebatan itu, Sejak kapan dia disini fikir Sean menunduk
"Masuk" titahnya sambil berlalu masuk keruang kerja di ikuti Sam dan Sean yang sambil merengut pada Samuel, dia memang bersikap kekanak-kanakan jika bersama Samuel.
" Bagaimana adikmu Sean " tanya Morgan sambil membuka berkasnya.
"Sudah membaik tuan, tinggal tunggu izin dokter Frans untuk pulang" sahutnya hormat
"Syukurlah" sahut Morgan lagi.
Mereka larut dalam perbincangan-perbincangan bisnis sampai Berjam jam berlalu tanpa terasa,Sampai waktu menunjukan pukul 12 siang. "Kita makan siang dulu," titah Morgan pada Sam dan Sean
Mereka mulai beranjak bangun menuju meja makan yang sudah ada anggota keluarga yang lain di sana., "Sayang" ucap Hana menyambut Morgan yang mendekat duduk di bangku utama.
"Duduk Samuel, Sean" titah Vivian pada Sam dan Sean, Sam mengambil kursi di sebelah maira yang bersebrangan duduk dengan jovanka.
"Sini" panggil jovanka semangat menepuk kursi di sebelahnya pada Sean yang menurut melangkah mendekat ke arah kursi di samping jovanka, samar senyuman di bibirnya hampir tak terlihat, jujur saja aku memang mengincar duduk dekat Dengan dia. Gumamnya dalam hati bersorai
"Aaaaaa makanan mama yang selalu dirindukan" ucapnya semangat bertepuk tangan membuat Sean melirik tingkah jovanka yang persis seperti anak kecil menemukan makanan enak.
"Hari ini yang masak mama, kalian harus banyak makan" ucap Vivian tersenyum .
"Iyaaa dong makanan mama kan paling enaaaak seduniaaa" Sorai maira
Jovanka mengambil mangkok nasinya, mengisi ke piringnya, Lalu beralih mengisi piring Sean.
"Tidak apa nona, aku bisa sendiri" sergahnya tak merasa enak,Masa adik bos ku melayani ku makan fikirnya. .
"Tak masalah, sudah cukup?" tanya jovanka lembut. .
"sudah" sahut Sean kaku.
"Okee" ucapnya riang
Maira mulai menyendok nasi di piring nya, Lalu beralih ke Sam, "Sudah cukup dek" ucap Samy lembut pada maira yang membuat Hana, hessa, dan Sean melirik jawaban lembut Samy pada maira. Sam memang tak pernah bicara lembut pada orang lain kecuali istrinya.
"Counternya memang cuma adik adikmu dan istrinya ya" bisik Hana pada Morgan yang tersenyum mendengarnya.
"Jangan makan dengan cepat" titah jovanka menatap tajam Samy. .
"Iyaaaa" jawabnya lembut. .
"Kamu juga" bisik Jovanka mencondongkan badannya ke arah Sean dan berbisik.
"Iya" sahut Sean dingin dan datar, padahal dadanya sedang berdegup kencang ketika jovanka berada dekat dengannya,hidungnya sampai bisa mencium bau parfum jovanka, aroma musk rose lembut menyentuh penciuman.
Jovanka menyuapkan makanannya ke mulut, "Mmmmmm enaaaaakkknyaaaaa" teriaknya menggoyang kan kepalanya membuat Morgan menatapnya kesal
"Oke maaf aku lupa" ucapnya langsung menunduk setelah menyadari ia sedang melakukan kesalahan
"Etitude mu benar benar kacau ketika hidup sendirian!" hardik Morgan kesal. .
"Aku hanya lupa" lirih jovanka.
"Tidak ada lupa berkali kali jovanka, Sudah berapa kesalahan yang kau buat?" ucap Morgan tajam,ini kesempatan nya menentang Jo kembali ke desa.
"Hanya bicara saat makan, kan dulu juga biasa lupa" sahut Jovanka malas.
"Bukan Hanya bicara saat makan, kau juga turun tanpa mengeringkan rambut mu kemarin, Apa lagi kebiasaan buruk mu?"ucap Morgan tajam.
"Aaah astagaaaa" gumam Jovanka dengan nada lelah.
Tidak ada yang menimpali atau menjawab, pun jovanka hanya menunduk kembali menyuap makanannya,Tidak ada yang bicara saat makan, hanya hening, Sampai makanan mereka habis.
Morgan membersihkan mulutnya dengan serbet tanda ia sudah menyelesaikan makannya
"Selesai makan masuk keruang kerja ku!" Titah Morgan dingin pada jovanka yang mengurut kepalanya, "Panjang nih cerita" gumamnya. .
Sean dan Sam juga sudah menyelesaikan makannya dan mengekor Morgan ke ruang kerja nya untuk melanjutkan pekerjaan mereka.
Pun Hana juga sudah menyelesaikan makannya, "Jo ku temani keruangan kakak mu?"ucap Hana. Sebelumnya Vivian sudah mengode Hana untuk ikut masuk ,Dia khawatir dua anaknya itu akan adu pendapat dengan panas lagi.