NovelToon NovelToon
AVENGERS

AVENGERS

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Jmn

Xander tubuh dengan dendam setelah kematian ibunya yang di sebabkan kelalain sang penguasa. Diam-diam ia bertekat untuk menuntut balas, sekaligus melindungi kaum bawah untuk di tindas. Di balik sikap tenangnya, Xander menjalani kehidupan ganda: menjadi penolong bagi mereka yang lemah, sekaligus menyusun langkah untuk menjatuhkan sang penguasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jejak yang Terhapus

Di ruang kerjanya yang dipenuhi tumpukan berkas, Detektif Luna duduk bersandar dengan kedua mata fokus menatap layar monitor. Rekaman CCTV dari sekolah Adelwyn Academy terus berulang, menampilkan lorong-lorong sepi, ruang guru, hingga halaman sekolah beberapa hari sebelum tragedi menimpa Ibu Citra. Namun, sejauh ia perhatikan, tidak ada satu pun pergerakan yang mencurigakan.

"Tidak mungkin sebersih ini..." gumam Luna lirih, jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja kayu, menunjukkan kegelisahan.

Ia mengambil salah satu map berwarna cokelat tebal HASIL FORENSIK-CITRA PRATIWI. Dokumen itu sudah ia baca berulang kali, dan hasilnya selalu sama: tidak ditemukan racun, tidak ada tanda paksaan selain luka yang di anggap kecelakaan.

Detektif Luna mendengus pelan.

"Kecelakaan? sama sekali tidak masuk akal. Wanita kuat dan setegas Ibu Citra, tiba-tiba... begitu saja?" ia menutup map itu dengan sedikit kasar, membuat beberapa kertas terjatuh ke lantai.

Pikirannya dipenuhi potongan-potongan puzzle yang sebelum tersusun rapi. Ada rasa yang tidak bisa ia abaikan–instingnya sebagai detektif berteriak bahwa kasus ini jauh dari kata selesai.

Tiba-tiba pintu ruangannya di ketuk dua kali.

Tok! Tok!

"Masuk," ujar Luna cepat, tanpa mengalihkan pandangan dari layar.

Seorang rekan kerjannya, Raka, masuk sambil membawa secangkir kopi. "Kamu dari tadi belum istirahat, Luna. Minum dulu," katanya sambil meletakkan cangkir itu di samping laptop.

"Terima kasih," jawab Luna singkat. Ia menunjukkan layar monitor. "Lihat ini, CCTV dari hari sebelum kejadian. Semua terlihat normal, terlalu normal malah."

Raka mendekat, matanya mengikuti rekaman yang terus berulang. "Ya... memang tidak ada yang janggal. Kenapa?"

"Itu dia masalahnya," Luna menoleh, tatapannya tajam. "Kasus pembunuhan tidak pernah sebersih ini. Selalu ada celah, selalu ada bayangan yang tertinggal. Entah pelakunya terlalu pintar, atau ada seseorang yang sengaja menghapus jejak."

Raka terdiam sejenak, lalu berusaha menenangkan. "Mungkin kita hanya terlalu curiga. Forensik sudah jelas–aman. CCTV juga... kosong.

Luna menggeleng tegas. "Raka, dengarkan aku baik-baik. Naluri Detektif tidak pernah salah. Ada yang ditutupi dibalik semua ini. Dan aku akan menemukannya."

Ia sedikit meneguk kopi, lalu kembali membuka map forensik, menandai beberapa bagian dengan stabilo kuning. Jari-jarinya mengetik cepat di laptop, mencocokkan data antara laporan medis, jadwal mengajar Bu Citra, dan rekaman kehadiran siswa.

"Jika CCTV tidak menunjukkan apa-apa," gumam Luna sambil mengetik, "maka pelakunya bukan hanya sekedar berani, tapi juga tahu cara menghapus jejak. Itu artinya... orang dalam."

Ruangan kembali hening, hanya terdengar bunyi kipas laptop yang berputar cepat. Detektif Luna tahu, perburuan baru saja dimulai.

•●•

Suasana di Adelwyn Academy masih diselimuti kabut duka. Lorong-lorong sekolah yang biasanya dipenuhi suara tawa dan riuh obrolan, kini terasa sunyi. Foto almarhumah Ibu Citra terpajang di depan ruang guru, dihiasi bunga-bunga segar yang terus berganti setiap hari dari murid maupun guru yang ingin mengenang kebaikannya.

Meski begitu, waktu tidak bisa berhenti. Pagi itu, bel sekolah tetap berbunyi seperti biasa, memanggil para siswa untuk masuk ke kelas masing-masing.

Di kelas XII-B, para murid duduk dengan wajah lesu. Sebagian masih berbisik lirih, membicarakan betapa mereka merindukan sosok guru yang selama ini selalu tersenyum dan menyemangati. Bahkan papan tulis masih ada tulisan terakhir dari tangan Ibu Citra, yang sengaja tidak dihapus oleh murid-murid sebagai kenangan.

Seorang guru pengganti masuk, mencoba memberi semangat. "Anak-anak, saya tahu kalian masih berduka. Tapi mari kita lanjutkan pelajaran. Saya yakin Ibu Citra ingin kalian tetap berjuang, bukan larut dalam kesedihan."

Arkan menunduk, kedua tangannya mengepal di atas meja. Xander yang duduk di sampingnya menoleh sekilas, melihat temannya berusaha keras menahan emosi.

“Lo kuat ya, Ar,” bisik Xander pelan. “Kita semua ada buat lo.”

Arkan hanya mengangguk singkat, matanya masih sembab.

Pelajaran berlangsung dengan tempo lambat, seakan semua orang di kelas masih setengah hati mengikuti. Bahkan ketika bel istirahat berbunyi, suasana tetap sama: tidak ada teriakan khas siswa yang biasanya berebut keluar kelas. Mereka hanya berjalan pelan, sebagian memilih diam di bangku.

Namun, di balik suasana muram itu, Xander justru semakin waspada. Ia tahu, di antara sekian banyak wajah duka, bisa saja tersembunyi satu wajah dingin yang sebenarnya menyimpan rahasia.

Xander menarik napas panjang. Bagi siswa lain, hari ini hanyalah hari pertama kembali belajar. Tapi bagi dirinya, hari ini adalah langkah baru untuk semakin mendekat pada kebenaran.

1
kaylla salsabella
ya Alloh tegang banget aku semoga Xander berhasil
Nona Jmn: Rawr🐯🤣😄🫡
total 1 replies
kaylla salsabella
lanjut Thor
Nona Jmn: Besok, malam yah🤭.
Upnya, jam 00:01
total 1 replies
kaylla salsabella
ikut tegang aku xan
Nona Jmn: 😄😄😄😄😄🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
kaylla salsabella
hoooo aku mampir Thor😍😍😍
Nona Jmn: Selamat datang, semoga suka yah🫡🤭
total 1 replies
Najid Abdullah
terbaikkk..,mantappp....👍👍👍
Najid Abdullah
terbaik Thor.....seruu....lanjuttt....👍💪
Nona Jmn: Terima Kasih🫡
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!