NovelToon NovelToon
Terjebak dalam Ikatan Cintamu

Terjebak dalam Ikatan Cintamu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / LGBTQ / GXG
Popularitas:44
Nilai: 5
Nama Author: Raylla Mary

"Briana Anderson, seorang miliarder berusia 30 tahun, bagaikan menggenggam dunia di tangannya. Dingin, penuh perhitungan, dan pemilik perusahaan multijutaan dolar, ia dikenal sebagai wanita yang selalu mendapatkan segala yang diinginkannya... hingga ia bertemu Molly Welstton.
Molly, yang baru berusia 18 tahun, adalah kebalikan sempurna dari Briana. Polos, pemalu, dan penuh dengan impian, ia berfokus pada studinya di jurusan manajemen bisnis. Namun, hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat ketika jalan hidupnya bersilangan dengan CEO paling berkuasa dan posesif di New York.
Apa yang awalnya adalah ketertarikan sederhana, berubah menjadi sebuah obsesi yang membara. Briana bertekad untuk memiliki Molly dalam hidupnya dan akan melakukan segalanya untuk melindungi gadis itu dari ancaman apa pun — nyata atau hanya dalam bayangannya.
Akankah cinta Briana yang posesif dan menguasai cukup kuat untuk meluluhkan kepolosan Molly? Atau justru gairah cemburu si miliarder akan membuat Molly terasa terkurung? Sebuah kisah tentang kekuasaan, kontrol, dan cinta yang menantang semua aturan."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raylla Mary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 27

Antara Harga Diri dan Kerinduan

Suara pintu yang dibanting bergema di seluruh apartemen yang kosong. Briana masuk dengan tergesa-gesa, melemparkan kopernya ke lantai, mantelnya masih terbuka, rambutnya berantakan karena perjalanan panjang kembali dari Zurich. Jam menunjukkan hampir tengah malam, tetapi jantungnya berdetak dengan ritme yang hiruk pikuk, seolah-olah mengharapkan untuk mendengar suara Molly setiap saat.

Dia memanggil namanya.

Tidak ada jawaban.

Keheningan mengembalikan gema kesepiannya sendiri.

Apartemen itu tampak berbeda — dingin, tanpa warna. Tanaman-tanaman mengering, mug favorit Molly tidak lagi berada di atas meja, dan lampu tidur yang selalu dia biarkan menyala sebelum tidur mati.

Briana merasa sesak.

Dia berlari ke kamar tidur, membuka lemari. Setengah dari pakaiannya tidak ada lagi di sana. Sebagai gantinya, hanya aroma lavender yang ringan dan kenangan yang menyesakkan.

Di atas tempat tidur, sebuah catatan dilipat dengan hati-hati.

> “Aku tidak tahu lagi siapa dirimu ketika kamu tidak menatapku.

Aku perlu bernapas sebelum cinta berubah menjadi sakit.

— M.”

Kertas itu bergetar di tangan Briana.

Dia menekannya ke dada, mencoba menahan teriakan yang naik dari tenggorokannya. Ketidakhadiran Molly adalah luka terbuka, dan sekarang dia berdarah sendirian di tengah kamar yang dulunya merupakan tempat perlindungan mereka berdua.

Dia duduk di lantai, tatapannya kosong.

Dia memikirkan pesan-pesan yang tidak dijawab, janji-janji yang ditunda, kebohongan-kebohongan diam yang tidak dia ceritakan, tetapi juga tidak dia sangkal.

— Aku menghancurkan segalanya… — bisiknya, merasakan rasa pahit penyesalan.

Pada hari-hari berikutnya, Briana menjadi hantu dirinya sendiri.

Dia berjalan-jalan di jalanan London, bertanya kepada kenalan, menjelajahi kafe, mengunjungi kembali tempat-tempat di mana mereka biasa tertawa dan berbagi rahasia.

Di setiap sudut jalan, dia mencari wajah Molly di antara kerumunan orang yang terburu-buru, tetapi hanya menemukan kekosongan.

Namun, berita utama tidak memberinya jeda:

> “Isabel Rains kembali ke Swiss setelah terlihat bersama Briana Anderson di hotel London.”

“Sumber mengklaim bahwa Briana mengakhiri hubungan sebelumnya untuk fokus pada kemitraan baru dengan Isabel Rains.”

Tangan Briana mengepal.

Dia tahu apa yang sedang dilakukan Isabel — mengendalikan narasi, menyebarkan rumor, mengubah keheningan antara dia dan Molly menjadi senjata publik.

Isabel menelepon keesokan paginya.

Suaranya terdengar manis, provokatif.

— Aku lihat berita itu mengganggumu.

— Kamu melakukan ini. — jawab Briana, dingin.

— Aku hanya memanfaatkan momen itu, sayang. — Isabel tertawa lembut. — Kamu pergi, gadis kamu menghilang, dan media… yah, mereka suka mengisi kekosongan.

— Jauhi aku, Isabel.

— Aku bisa, tetapi dunia tidak akan. — Suaranya turun dengan nada serius. — Kamu pikir Molly akan menanggung beban citramu? Skandal itu? Apa yang akan orang katakan tentang dia, tentang kalian?

Briana menutup telepon, darahnya mendidih.

Tetapi kata-kata Isabel bergema di benaknya — bukan karena benar, tetapi karena mengungkap ketakutan yang paling dia coba sembunyikan: kehilangan Molly selamanya.

Tiga hari kemudian, Briana akhirnya menemukan di mana dia berada.

Sebuah desa kecil di utara, tempat Molly menginap di penginapan yang sederhana.

Perjalanan itu sunyi. Tidak ada musik, tidak ada pikiran selain wajahnya.

Ketika dia tiba, hari sudah sore. Langit dicat dengan warna oranye dan angin bertiup kencang, seolah-olah ingin mendorong Briana kembali.

Tetapi dia tidak mundur.

Dia menaiki anak tangga kayu ke kamar yang ditunjukkan oleh resepsionis dan mengetuk pintu.

Suara langkah kaki di seberang adalah indikasi pertama bahwa Molly masih ada di sana — hidup, nyata, tetapi jauh.

Ketika pintu terbuka, Briana melihatnya.

Molly berambut terurai, wajah tanpa riasan, mata bengkak karena menangis.

Untuk sesaat, tidak satu pun dari mereka yang bisa berbicara.

Waktu berhenti.

Udara menjadi padat, berat, sarat dengan kenangan dan kerinduan yang terpendam.

— Apa yang kamu lakukan di sini? — tanya Molly, suaranya serak.

— Mencari kamu. — Briana maju selangkah. — Sejak saat aku menyadari bahwa aku telah kehilanganmu.

— Kamu kehilanganku sebelum itu, Briana. — Molly mengalihkan pandangannya. — Ketika kamu membiarkan dunia percaya bahwa aku bukan apa-apa.

— Aku mencoba melindungi kamu…

— Melindungi aku? — Molly tertawa, pahit. — Dari siapa? Dari dirimu sendiri? Atau dari wanita yang suka tampil di sisimu itu?

Nama “Isabel” tidak disebutkan, tetapi melayang di antara mereka berdua seperti bayangan.

Briana menarik napas dalam-dalam, merasakan beban rasa bersalah.

— Tidak ada apa-apa antara aku dan dia. Itu semua permainan media.

— Lalu kenapa kamu tidak pernah menyangkalnya? — Molly menatapnya, matanya berkaca-kaca. — Kenapa kamu membiarkan semua orang berpikir itu benar?

— Karena aku… — Briana ragu-ragu. — Aku pikir aku masih punya waktu untuk menjelaskan.

Molly mundur selangkah. — Waktunya sudah habis.

Keheningan menyebar. Hanya suara ombak yang memecah di pantai terdekat yang memenuhi udara.

Briana mendekat perlahan.

— Aku mencintaimu, Molly. Itu tidak berubah.

Dia menggelengkan kepalanya. — Cinta bukan hanya tentang mengatakan, Briana. Ini tentang berada. Ini tentang memilih. Dan kamu tidak memilihku.

Kata-kata itu memotong lebih dalam dari berita utama mana pun.

Briana merasakan dadanya terbakar, tetapi meskipun demikian dia memegangi wajahnya dengan lembut, tatapannya mantap.

— Katakan padaku bahwa kamu tidak merasakan apa-apa lagi. Bahwa aku bisa pergi tanpa berjuang.

Molly mencoba menjawab, tetapi suaranya gagal. Air mata mengalir diam-diam, mengkhianati apa yang ingin disembunyikan oleh harga dirinya.

Briana menariknya ke dalam pelukan, dan untuk beberapa detik dunia berhenti berputar.

Rasanya seperti kembali ke rumah dan, pada saat yang sama, menyadari bahwa itu tidak ada lagi.

Ketika Briana meninggalkan penginapan, telepon bergetar.

Pemberitahuan baru.

> “Isabel Rains mengonfirmasi perjalanan ke London untuk bertemu kembali dengan Briana Anderson.”

Briana menatap langit gelap, hatinya hancur berkeping-keping.

Perjuangan masih jauh dari selesai.

Dan sekarang, lebih dari sebelumnya, dia tahu: Isabel tidak hanya berniat mengambil bisnisnya…

Dia ingin menghancurkan apa yang tersisa dari hatinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!