NovelToon NovelToon
Transaksi Terakhir

Transaksi Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Anak Lelaki/Pria Miskin
Popularitas:859
Nilai: 5
Nama Author: Ray Nando

Seoul tidak pernah tidur, tetapi bagi Han Ji-woo, kota ini terasa seperti sedang koma.

Di bawah gemerlap lampu neon Distrik Gangnam, Ji-woo duduk di bangku taman yang catnya sudah mengelupas, menatap layar ponselnya yang retak. Angin musim gugur menusuk jaket tipisnya yang bertuliskan "Staff Event". Dia baru saja dipecat dari pekerjaan paruh waktunya sebagai pengangkut barang bagi para Hunter (pemburu).

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ray Nando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PELARIAN 5 MILIAR WON

​Matahari terbenam di Seoul, tapi lampu sirine polisi membuat jalanan tetap terang benderang.

​Di sebuah gang sempit di belakang distrik Cheongdam, terdengar suara kriet... kriet... kriet... yang menyedihkan.

​Itu suara roda troli belanja supermarket yang karatan. Di dalam troli itu, terlipat dengan posisi yang sangat tidak nyaman, duduklah Han Ji-woo—pria dengan saldo 5 Miliar Won, mengenakan jas seharga mobil, namun tidak bisa menggerakkan jempol kakinya sendiri.

​"Nona Choi..." rintih Ji-woo saat troli itu menghantam polisi tidur. "Pelan sedikit. Tulang ekor miliarder-mu sakit."

​Choi Yuna, yang kini berpenampilan kacau dengan rambut acak-acakan dan baju setengah hangus, mendorong troli itu sekuat tenaga.

"Tuan, diamlah! Polisi sedang mencari 'Teroris Butik' di blok sebelah. Kita harus sembunyi!"

​"Aku bukan teroris," bantah Ji-woo lemah. "Aku konsumen yang melakukan komplain agresif."

​"Anda membakar gedung!"

​"Itu bentuk protes terhadap kapitalisme!"

​Tiba-tiba, ponsel Ji-woo yang tergeletak di pangkuannya berkedip. Bukan notifikasi bank, tapi sebuah koordinat GPS misterius yang muncul dari aplikasi tak dikenal. Ikon aplikasinya adalah gambar mangkuk nasi yang retak.

​[UNDANGAN TERDETEKSI]

​Pengirim: Guild Defisit (The Deficit Guild).

Pesan: "Kami mencium bau uang busuk darimu. Datanglah jika ingin 'dibersihkan'."

Lokasi: Desa Guryong (Area Kumuh Terakhir di Seoul).

​Mata Ji-woo berbinar. Guild Defisit? Nama itu terdengar seperti musik di telinganya.

​"Yuna! Putar balik! Ke arah selatan. Kita ke Desa Guryong."

​"Desa kumuh itu? Tuan, dengan uang 5 Miliar ini kita bisa sewa helikopter ke rumah sakit terbaik!"

​"Rumah sakit tidak bisa menyembuhkan penyakitku," Ji-woo menatap langit malam dengan dramatis. "Hanya kemiskinan yang bisa menyelamatkanku. Cepat dorong!"

​Dengan menghela napas panjang—bertanya-tanya mengapa dia tidak melamar kerja di kedai kopi saja—Yuna mendorong troli belanja berisi bos lumpuhnya itu menembus malam.

​ GERBANG KEMELARATAN

​Satu jam kemudian.

​Pemandangan di depan mereka sangat kontras dengan gemerlap Gangnam. Desa Guryong adalah labirin gubuk kayu, atap seng berkarat, dan jalan tanah becek. Bau asap pembakaran sampah menyeruak di udara.

​Di sini, di antara tumpukan barang rongsokan, berdiri sebuah gerbang tua yang terbuat dari susunan botol soju bekas dan ban mobil.

​"Berhenti," suara berat terdengar dari balik bayangan.

​Seorang kakek tua muncul. Dia memakai kaos kutang bolong-bolong, celana training yang ditarik sampai perut, dan membawa sapu lidi.

​"Area pribadi," kata kakek itu sambil mengorek kuping. "Orang kaya dilarang masuk. Bau parfum kalian bikin hidungku gatal."

​Ji-woo berusaha menegakkan kepalanya di dalam troli.

"Kek, aku tidak ingin jadi kaya. Aku... aku menderita karena uang ini."

​Kakek itu menyipitkan mata, menatap Ji-woo, lalu menatap angka holografik samar di atas kepala Ji-woo (kemampuan khusus Hunter senior).

​"Hmm. Saldo 5 Miliar Won," gumam si Kakek. "Tapi Aura-mu tercekik. Kau tipe Ascetic (Petapa), ya? Yang dapat kekuatan dari penderitaan?"

​"Sesuatu seperti itu," jawab Ji-woo. "Bisa tolong aku? Aku lumpuh total."

​Kakek itu menyeringai, memperlihatkan gigi emas—satu-satunya benda berharga di tubuhnya.

"Guild Defisit tidak menerima sedekah. Tapi kami menerima... pembuangan limbah. Masuklah. Master sedang menunggu."

​Yuna mendorong troli masuk lebih dalam. Ternyata, bagian dalam desa itu bukan sekadar kumuh. Itu adalah kamuflase.

​Di balik dinding-dinding seng, terdapat para Hunter yang sedang berlatih.

​Seorang wanita sedang bermeditasi di atas paku, auranya biru menyala.

​Seorang pria kurus sedang membelah batu besar hanya dengan menjetikkan jari.

​Sekelompok orang sedang makan malam dengan lauk kerupuk, tapi otot mereka setebal batang pohon.

​Ini adalah markas para Hunter yang menolak harta duniawi demi kekuatan spiritual.

​Mereka akhirnya berhenti di depan sebuah gubuk yang sedikit lebih besar, bertuliskan: "KANTOR PENGURANGAN ASET".

​Di dalamnya, duduk seorang pria paruh baya dengan janggut panjang, mengenakan jubah biksu yang sudah ditambal ratusan kali. Dia sedang bermain catur sendirian.

​"Selamat datang," kata pria itu tanpa menoleh. "Aku Master Kang. Ketua Guild Defisit."

​"Tolong aku, Master," Ji-woo memelas. "Sistemku... agak unik. Aku dapat asuransi 5 Miliar dan sekarang aku tidak bisa bergerak."

​Master Kang menoleh. Matanya tajam setajam elang.

"Uang adalah racun bagi jiwa. Dan bagimu, racun bagi tubuh. Kau ingin membuangnya?"

​"Sangat."

​"Kenapa tidak kau bakar saja seperti tokomu?"

​"Sistemku licik," jelas Ji-woo. "Kalau aku membakarnya tanpa alasan jelas, dia menganggapku 'memiliki aset berupa abu'. Aku harus mentransaksikan uang ini untuk sesuatu yang... tidak bernilai ekonomis."

​Master Kang tersenyum misterius. Dia meletakkan bidak caturnya.

"Kebetulan sekali. Kami punya solusinya."

​Master Kang menunjuk sebuah kotak amal kayu yang sudah lapuk di pojok ruangan.

"Itu adalah Kotak Kehampaan. Uang yang masuk ke sana tidak akan digunakan untuk apapun. Tidak untuk membangun gedung, tidak untuk beli makanan. Uang itu akan dimusnahkan secara ritual sebagai persembahan kepada Dewa Ketiadaan."

​"Apakah ada biaya administrasinya?" tanya Ji-woo waspada.

​"Biaya administrasinya adalah... 5.000.000.000 Won," jawab Master Kang santai.

​Hening sejenak.

​"Tunggu," potong Yuna. "Maksud Anda, kami harus membayar 5 Miliar hanya untuk... membuang uang 5 Miliar?"

​"Tepat sekali," Master Kang mengangguk. "Sebuah transaksi yang sangat merugi. Transaksi paling bodoh di dunia. Apakah kau bersedia?"

​Ji-woo tersenyum lebar, meski bibirnya masih kaku.

"Transaksi bodoh? Itu keahlianku."

​Dengan susah payah, Ji-woo menggerakkan jarinya di layar ponsel yang dipegang Yuna.

Transfer ke: Rekening Yayasan Kehampaan.

Nominal: 5.000.000.000 Won.

Keterangan: Biaya Keanggotaan Guild.

​KLIK.

​TING!

​[TRANSAKSI SUPER-MERUGI TERDETEKSI]

​Anda membeli: "Keanggotaan Guild Orang Miskin".

Nilai Barang: 0 Won (Tidak ada fasilitas, tidak ada gaji, tidak ada asuransi).

Harga Bayar: 5.000.000.000 Won.

​TINGKAT KEBODOHAN: LEGENDARIS.

​HADIAH SISTEM:

​Status Fisik: PULIH TOTAL & DIPERKUAT.

​Skill Baru Terbuka: Debt Collector's Sprint (Lari Penagih Utang).

​Judul Baru: Anggota Kehormatan Kaum Papa.

​BOOM!

​Aura emas meledak dari tubuh Ji-woo, menghancurkan troli belanja tempat dia duduk. Roda-roda troli terlempar ke segala arah.

Ji-woo berdiri tegak. Otot-ototnya kembali padat. Energinya meluap-luap. Dia merasa begitu kuat karena sekarang dia benar-benar tidak punya uang sepeser pun.

​"Luar biasa," Ji-woo mengepal tinjunya, menciptakan ledakan udara kecil. "Rasanya senang sekali menjadi miskin lagi."

​Master Kang tertawa terbahak-bahak. "Selamat datang di Guild Defisit, Nak. Di sini, kita merayakan kekurangan."

​Namun, momen kebahagiaan itu tidak berlangsung lama.

Ponsel Yuna berdering. Wajah asisten itu berubah pucat pasi saat mengangkat telepon.

​"Tuan Han..." suara Yuna bergetar. "Itu... dari Panti Asuhan Harapan Bunda. Tempat adik Anda tinggal."

​Ji-woo langsung menoleh, auranya menajam. "Ada apa dengan adikku?"

​"Seseorang... seseorang baru saja membeli tanah Panti Asuhan itu," Yuna menelan ludah. "Pengembang properti bernama PT. Golden Tooth memberikan waktu 24 jam untuk mengosongkan panti. Atau mereka akan meratakannya dengan buldoser."

​Ji-woo terdiam.

PT. Golden Tooth. Dia tahu logo perusahaan itu. Gambar koin emas dengan gigi taring. Itu perusahaan milik Broker dan Park Min-ho.

​Ini bukan penggusuran biasa. Ini undangan perang.

​Ji-woo menatap Master Kang.

"Master, apakah Guild ini punya kendaraan?"

​Master Kang menunjuk ke halaman belakang. "Ada sepeda onthel tua dan sebuah truk tinja yang remnya blong."

​Ji-woo menyeringai dingin, matanya memancarkan niat membunuh yang tak terbendung.

"Siapkan truk tinjanya. Kita akan mengunjungi kantor pemasaran properti."

​"Yuna," panggil Ji-woo.

​"Y-ya, Bos?"

​"Cari tahu berapa harga pasaran untuk satu gedung pencakar langit."

​"Kenapa?"

​"Karena aku berencana untuk menghancurkannya, dan aku benci berutang tanpa tahu harganya."

1
Pretty_Mia
Author, kapan nih next chapter?
Ray void: terimakasih support nya update nya pagi besok yaa😄😄😍
total 1 replies
Shoot2Kill
Ceritanya keren, bahasanya juga mudah dimengerti!
Ray void: terimakasih atas support nya😁😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!